Precedence: bulk 7.700 Pengungsi Kritis, 85 orang sudah meninggal dunia Dili, STT Sebanyak 7.700 pengungsi di Kabupaten Ermera dan Liquica terancam kritis kesehatannya karena kelaparan akibat kekurangan persediaan bahan makanan dan obat-obatan. Hal itu dikemukakan Koordinator Tim Kemanusiaan untuk Pengungsi Timtim, Jose Luis de Oliveira di hadapan puluhan wartawan dalam dan luar negeri dalam konferensi pers di Aula Kantor Yayasan HAK, Selasa (6/7).# Turut hadir pada kesempatan itu ketua Yayasan HK Aniceto Guterres Lopes, Ketua Yayasan Etadep Gilman Santos, Pastor Fransisco Baretto (Caritas), Josefus Luan (yayasan kasimo) dan Jose Antonio Neves dari Yayasan Timor Aid. Menurut Jose, dari 7.700 pengungsi itu, kini 4.200 orang ditampung di daratan Sare, Kec. Hatolia, Kab. Ermera. Mereka mengungsi dari beberapa desa di kec. Maubara, Kab. Liquica yakni dari desa Guiso, Lisadila, Maubaralisa, Vaviwuinia dan Liquica Kota sewaktu penyerangan milisi Besi Merah Putih ke gereja Liquica pada 4-5 April lalu. Sejak April hingga 4 Juli lalu, di lokasi pengungsian Faulara dilaporkan sekitar 70 orang telah meninggal dunia karena kekurangan makanan dan obat-obatan. Sedangkan di kampung Faulara, Kec. Maubara, Kab. Liquica terdapat 3.500 pengungsi yang berasal dari desa-desa tersebut. Sekitar 15 orang lainnya dilaporkan telah meninggal dunia karena kekurangan bahan makanan dan obat-obatan. Lebih jauh Jose menjelaskan, kekurangan makanan dan obat-obatan disebab oleh persediaan makanan lokal sangat terbatas. Masyarakat di kedua tempat itu hanya makan ubi-ubian yang dicari di hutan. "Kadang-kadang warga yang mencari ubi-ubian di hutan pun masih diburu oleh milisi. Hingga saat ini ada 1 orang Sare dan 1 orang Faulara yang mati dibunuh oleh milisi sewaktu mereka mencari ubi-ubian di hutan," kata Jose. Dikatakan, kondisi riil para pengungsi itu menggugah sejumlah LSM Timtim untuk memberikan bantuan kemanusiaan sesuai dengan kebutuhan. Karena itu, beberapa LSM melakukan koordinasi beberapa kali dan disepakati untuk membentuk Tim Kemanusiaan untuk Pengungsi. Tim itu yang kemudian melakukan distribusi bantuan makanan dan pelayanan kesehatan yang dipusatkan di base camp P3M Etadep pada sabtu (3/7). Usai mendistribusi bahan makanan dan pelayanan kesehatan, Tim kemanusiaan kembali ke Dili. Dalam perjalanan, rombongan 13 truk (1 truk lolos) dijemput sebuah truk berisi anggota polisi di sekitar Desa Vaviquinia. Rombongan dengan kawalan polisi itu melanjutkan perjalanan ke Liquica. Disekitar carimbala, rombongan truk itu bertemu dengan 2 mobil pickup kijang penuh milisi. Rombongan pun sempat dihentikan dan para milisi melakukan ancaman secara brutal. "Untung kalian dijemput duluan oleh polisi. Kalau tidak, kalian akan mati semua," teriak salah seorang milisi. Disebutkan pula bahwa di antara para milisi terdapat beberapa anggota TNI dan polisi yang berpakaian seperti milisi dan dikenal sebagai anggota Tim kemanusiaan. Di antaranya, Simon (anggota polisi), Paulo (TNI), Tome Diogo (TNI), dan beberapa orang bertampang non-Timor yang diduga anggota SGI. Setiba di Liquica, rombongan langsung ditahan di Polres Liquica untuk diintrogasi. Tiga truk dipaksa oleh polisi untuk mengantarkan Brimbob ke Lordahar, Kec. Liquica. Hal itu dimaksudkan untuk melakukan penyerangan atau tembak-menembak dengan Falintil. Setiba di Loidahar, datang dua kendaraan milisi BMP dan para milisi yang ada di dalamnya langsung mengeroyok ketiga pengemudi truk tersebut. Anggota Brimob Brimob yang melihat kejadian itu hanya masa bodoh dan membiarkannya saja. "Di sini kita bisa melihat bagaimana keberadaan polisi dan TNI. Kita tidak perlu memvonis mereka tetapi masyarakat akan menilai dan merasakan sendiri apa yang telah dilakukan polisi dan TNI selama ini. Masyarakat selama ini sulit mendapatkan jaminan keamanan dan perlindungan hukum," demikian Jose. (012) ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html