Precedence: bulk MAYJEN TNI (PURN) SUWARNO ADIWIJOYO JAKARTA, (TNI Watch! 15/2/2000). Mayjen TNI (Purn) Suwarno Adiwijoyo masuk lagi dalam susunan Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Amanat Nasional (PAN). Tim Formatur Kongres I PAN di Yogyakarta pekan lalu, yang dipimpin Amien Rais, memasukkan nama jendral purnawirawan itu sebagai salah satu Ketua DPP PAN. Dalam kepengurusan DPP yang lalu, Suwarno juga menduduki jabatan yang sama. Siapakah Suwarno Adiwijoyo? Ia adalah mantan Asisten Kasospol ABRI tahun 1996 dan mantan Kapuspen ABRI yang ikut terlibat dalam penyerbuan, pembantaian dan penghilangan para pendukung Megawati Soekarnoputri yang bertahan di Kantor DPP PDI, Jl Diponegoro, Jakarta Pusat, 27 Juli 1996. Suwarno ketika itu adalah asisten salahs atu "arsitek" penyerbuan itu: Kasospol ABRI, Letjen TNI (Purn) Syarwan Hamid. Suwarno adalah lulusan Akmil 1966, satu kelas dengan Syarwan Hamid di akademi untuk perwira Angkatan Darat di Magelang itu. Bagaimana Suwarno bisa diterima sebagai salah satu Ketua PAN, partai reformis itu? Tidak terlalu banyak diketahui, namun ia masuk bersama-sama dengan A.M. Fatwa. Masuknya dua orang ini dulu membuat para penggagas PAN di kubu Faisal Basri kaget. "Bagaimana seorang pensiunan jendral yang tangannya berlumuran darah seperti Suwarno bisa jadi Ketua DPP PAN?" ujar seorang penggagas PAN ketika Suwarno direkrut Amien jadi pengurus PAN. Presiden KH Abdurahman Wahid berjanji akan membuka kembali Peristiwa 27 Juli 1996 dengan memerintahkan mantan Pangab, Jendral TNI (Purn) Feisal Tanjung untuk diperiksa ihwal penyerbuan itu. Gus Dur memang punya kegeraman pribadi dengan penyerbuan Kantor DPP PDI itu, soalnya, Minggu, 28 Juli 1996, tepat hari Maulud Nabi SAW, ia akan berceramah di kantor itu, namun sebelum itu terlaksana, kantor itu sudah diserbu pasukan Feisal Tanjung. Nah, membuka kasus penyerbuan Kantor DPP PDI, berarti mengingatkan kita pada Mayjen TNI Suwarno yang di seputar Juli 1999, adalah salah satu jendral yang ikut menindas PDI. Ketika itu ia Kapuspen ABRI sebelum naik pangkat menjadi Asospol Kasospol ABRI. Sebagai Kapuspen, bersama-sama dengan Syarwan, ia mengorganisir aparat-aparat militer dan pemerintah di daerah untuk menciptakan dukungan terhadap Kongres PDI di Medan, untuk menggusur Megawati Soekarnoputri dari kursi Ketua Umum PDI. Suwarno adalah salah satu arsitek Kongres PDI di Medan yang mengangkat Soerjadi jadi Ketua Umum. Sebagai Asospol Kasospol (jabatan Kapuspen kemudian diserahterimakan ke Brigjen TNI Amir Sjarufudin), Suwarno pun gencar "memfitnah" keluarga Ketua PRD (yang dituduh dalang kerusuhan pasca penyerbuan Kantor DPP PDI), Budiman Sudjatmiko. Suwarno, Syarwan dan Amir Sjarifudin, beberapa kali menuduh ayah Budiman adalah Sudjatmiko, eks-tapol PKI golongan B-2. Suwarno bahkan menuduh Budiman sudah menggunakan jargon-kargon komunis sejak SMA yakni dengan menggunakan kata "kamerad" atau "kawan" untuk memanggil kawan-kawannya. Padahal itu tak benar. Juga tentang tuduhan "tiga serangkai" itu bahwa ayah Budiman adalah Sudjatmiko, bukan Haji Wartono Karyo Utomo, pemeluk Islam yang taat, anak seorang anggota Hisbulah di zaman penjajahan Belanda. Gagal menyerang dengan alat komunisme dari pihak ayah Budiman, Suwarno dan kawan-kawan menyerang lagi dari garis keluarga ibu Budiman, yakni Hajjah Sri Sulastri, yang sehari-harinya mengenakan jilblab. Menurut tiga serangkai itu: Sri Sulastri punya ayah bernama Hadi Sudi Pranowo, seorang mantan anggota Koramil di Kroya, Jawa Tengah yang masuk dalam tapol PKI golongan C. Tuduhan itu pun tidak benar. Kakek Budiman itu memang pernah diperiksa atasannya soal G 30 S/PKI, sebagaimana umumnya anggota Angkatan Darat pada waktu itu, namun Lettu Inf Hadi Sudi Pranowo bebas dari segala tuduhan. Suwarno, kepada sejumlah wartawan, hingga kini masih meyakini bahwa Budiman memang anak PKI, ia masih yakin ia anak Sudjatmiko, eks-tapol PKI golongan B itu. Suwarno, dalam berbagai kesempatan bahkan tetap pada pendiriannya bahwa penyerbuan Kantor DPP PDI itu adalah tindakan yang benar. Dengan prilaku di masa lampau sebagai jendral yang buruk itu, apakah ia pantas berada di sebuah partai yang reformis seperti PAN? Bagaimanapun, jika kasus penyerbuan Kantor DPP PDI dibuka kembali, ia bakal terseret. Berikut daftar pejabat militer dan pejabat sipil yang diduga terlibat dalam penyerbuan, penghilangan dan pembantaian para pendukung Megawati Soekarnoputri di Kantor DPP PDI, Jakarta Pusat. 1. Presiden RI Jendral TNI (Purn) Soeharto 2. Panglima ABRI Jendral TNI Feisal Tanjung 3. KSAD Jendral TNI Hartono 4. Menko Polkam Jendral TNI (Purn) Soesilo Soedarman (alm) 5. Kasum ABRI Letjen TNI Soeyono (tidak dilibatkan) 6. Kasospol ABRI Letjen TNI Syarwan Hamid 7. Asospol Kasospol ABRI Mayjen TNI Suwarno Adiwijoyo 8. Kapuspen ABRI Brigjen TNI Amir Syarifudin 9. Pangdam Jaya Mayjen TNI Sutiyoso 10. Kasdam Jaya Brigjen TNI Soesilo Bambang Yudhoyono 11. Kepala BIA Mayjen TNI Syamsir Siregar 12. Pangkostrad Letjen TNI Wiranto 13. Danjen Kopassus Mayjen TNI Prabowo Subianto 14. Kapolri Jendral Pol Dibyo Widodo 15. Kapolda Metrojaya Mayjen Pol Hamaminata 16. Mendagri Letjen TNI (Purn) Yogie S Memet 17. Dirjen Sospol Depdagri Mayjen TNI Sutoyo NK 18. Komandan Kodim Jakarta Pusat Letkol Inf Jul Effendi Syarief 19. Kapolres Jakarta Pusat Letkol Pol Abu Bakar _______________ TNI Watch! merupakan terbitan yang dimaksudkan untuk mengawasi prilaku TNI, dari soal mutasi di lingkungan TNI, profil dan catatan perjalanan ketentaraan para perwiranya, pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan, politik TNI, senjata yang digunakan dan sebagainya. Tujuannya agar khalayak bisa mengetahuinya dan ikut mengawasi bersama-sama. ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html