Saya Mau tambahin lagi bahwa tanpa kesadaran spritual, kadang pesilat lupa diri ingin sesakti-saktinya dengan jalan yang kurang masuk akal, ( saya tidak membicarakan beladiri lain, hanya silat) coba perhatikan laku mereka yang mau cepet-cepet sakti, mandi kembang, baca doa yang nggak jelas apa maksud dan tujuannya dan kepada siapa doa itu di tujukan. dan yang semakin angker-nya kadang-kadang di tambahin dengan laku yang semakin aneh dengan pantangan dan syarat puasa segala yang menurut agama (contohnya Islam) tidaka ada kewajiban apalagi sunnahnya. maka hal-hal seperti ini menandakan kekuatan Imannya lemah ( kuat dan lemahnya Iman seseorang hanya Tuhanlah Yang tahu) tapi dari sini jelas terlihat hanya ada hawa nafsu yang aktif mengarahkan menusia agar menjadi sakti, bodo amat dengan jalan benar apa salah.
"Jujur saja perbuatan ini, sekali lagi hanya tuhan saja yang tahu", manusia hanya bisa menilai dengan apa yang menjadi pedoman hidupnya, apakah ingin menjadi sakti, apakah ingin hidup lebih damai dengan rasa kecintaanya pada Tuhannya. apapun yang kita perbuat ujung-ujungnya adalah kasih dan kuasanya Tuhan, tidak ada yang lain dan tidak perlu yang lain apalagi mahluk yang hanya sederajat. Begitu pentingkan unsur spritual dalam olahraga beladiri, sangat penting agar dihati ini tumbuh kecintaan bukan lagi rasa ingin membunuh, membeladiri memang penting akan tetapi keselamatan diri lebih penting. sehingga berhati-hatilah belajar silat kalau tidak tahu Ilmunya. Maaf kalau sedikit menyinggung aliran-aliran lain. tidak ada maksud negatif loh. ----- Original Message ----- From: Alda Amtha To: silatindonesia@yahoogroups.com Sent: Thursday, March 15, 2007 6:45 PM Subject: [silatindonesia] Re: new member (sarana silat ) penjelasan mas Dasaman top banget...... ane sependapat nih.....(biasa, kalo ilmu belon sampe, kita gayanya dukung mendukung aja dah dulu....) --- In silatindonesia@yahoogroups.com, "dasaman_allaria" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > --- In silatindonesia@yahoogroups.com, > "devil_buddy" <devil_buddy@> wrote: > > jadi bagaimana agar beladiri bisa di eksplore tanpe terikat > filosofi > > spiritual, jikapun pake filosofi maka filosofinya adalah bagaimana > > caranya agar bisa membela diri dgn teknik, trik, mental dll tanpa > > harus ada upacara ritual, atau pemahaman filosofis dari setiap > > gerakannya, jadi gerakan itu diekplore agar berguna dan bukan utk > > menjelaskan suatu pemahaman spiritual > > > Di sini mungkinlah bedanya antara beladiri "self-defense" dan > beladiri "martial art." > > Begitu kita ngomong beladiri sebagai jalan hidup, IMO itu namanya > "martial art." > > Kalau hanya sekedar teknik untuk membela diri, tanpa masalah filosofi > spiritual, itu IMO lebih ke "self-defence." > > Kalau beladiri sebagai ajang pembuktian diri... bisa jadi itu namanya > "martial sport." (Lho, ada kategori lain lagi?) > > Untuk self-defense sendiri, gak perlu yang namanya spiritual, teknik > kelit, elak, pukul, grappling, seringkali yang dibutuhkan hanyalah > "keawasan" agar tidak jatuh dalam kondisi harus pakai beladiri dan > bila sudah kepepet... "KEBUASAN." > > Makanya bila diperhatikan di dunia barat, pelatihan beladiri yang > murni bertujuan "self-defense" sangat menekankan aspek "keawasan" dan > "KEBUASAN" ini. > > Masalah jurus, teknik, dsb? Mungkin baik pesilat maupun MMA bakal > bilang kayak anak bayi yang gak tahu apa2. > [Non-text portions of this message have been removed]