wacana pelestarian pencak silat tradisional 
Filed under: Sketsa
"Untuk mengerjakan suatu pekerjaan besar, Tidak diperlukan orang-orang besar, 
yang diperlukan adalah orang yang berdedikasi. Orang-orang biasa, kalau cukup 
berdedikasi dapat mewujudkan hal-hal yang luar biasa."

Kata-kata bijak ini memberikan sedikit gambaran bahwa setiap manusia dibekali 
kemampuan yang luar biasa, dengan dedikasi dan tanggung jawab yang dimilikinya 
tidak mustahil suatu hal yang terlihat sederhana menjadi sesuatu yang luar 
biasa.

Begitupun ketertarikan kawan-kawan dalam milis silatbogor, cukup menarik 
melihat simpati kawan-kawan dimilis pencak silat ini dalam diskusinya 
akhir-akhir ini, melihat dari semangat dan juga opini yang berkambang terlihat 
sekali bahwa anggapan pencak silat yang selama ini merupakan beladiri yang kaku 
dan tertutup nampaknya tidak terlihat dari perbincangan dalam milis tersebut.

Walupun belum banyak pesilat yang bergabung dalam milis tersebut tidak akan 
menyurutkan semangat dalam kolaborasi dalam membangun opini positif. Seperti 
contoh wacana pelestarian pencak silat tradisional yang diangkat dalam forum 
tersebut mengisyaratkan bahwa ada tujuan yang menjadi cita-cita yang 
mudah-mudahan saja mendapatkan dukungan dari pesilat hingga organisasi pencak 
silat di Indonesia.

Orientasi global memang saatnya diangkat dalam berkomunitas, tidak 
membeda-bedakan perguruan dan aliran yang mereka ikuti, perbedaan adalah sebuah 
tanda kekayaan pencak silat yang memang beragam. Kekayaan inilah yang menjadi 
tujuan utama untuk memberikan kesadaran pada kita khususnya pesilat ataupun 
praktisi pencak silat bahwa jangan sampai terjebak pada pandangannya yang 
sempit.

Memang berpandangan global bukanlah solusi pencak silat dimasa yang akan datang 
akan lebih maju, namun setidaknya ada rasa kebersamaan dan kepedulian sesama 
pecinta pencak silat agar pencak silat tersebut tetap lestari. Dan bukan tidak 
mungkin sebuah diskusi yang selama ini berkembang akan memberikan manfaat yang 
besar bagi kemajuan pencak silat tersebut.

Forum pecinta pencak silat tradisional itulah rencana yang akan mengawali 
pembentukan forum ini, dan kelihatannya memang sulit dan membutuhkan 
pemikiran-pemikiran yang terbuka dan cerdas dalam merealisasikannya, karena 
bila melihat sumber daya manusia yang ada terutama member-members dalam forum 
tersebut memang belumlah terlalu banyak, oleh sebab itu perlunya sosialisasi 
kepada pecinta pencak silat lainnya di Tanah Air agar konsep yang ditawarkan 
menjadi sebuah konsep yang dapat mendorong kemajuan pemahaman terhadap 
pandangan-pandangan sempit yang selama ini menjadi tradisi perguruan silat yang 
takut kehilangan murid-muridnya dan hengkang keperguruan lain.

Kita telah lama menganggap pencak silat sebagai olahraga yang menjadi milik 
seseorang atau organisasi tertentu, sehingga tidak sedikit keseimbangan 
informasi malah membuat pencak silat berpaku pada salah satu perguruan besar, 
namun sepatutnya sebuah perguruan besar dengan jumlah pesilat-pesilatnya dapat 
memberikan arahan-arahan atau pemikiran bahwa kekayaan dan keragaman ini 
bukanlah menjadi persaingan yang negative namun menjadi rasa persaudaraan yang 
kokoh seperti apa yang diemban oleh pencak silat sebagai salah satu alat 
silaturahmi yang akan membuat ikatan-ikatan batin yang kuat tidak hanya dalam 
perguruannya semata namun lebih dari itu yaitu pencak silat pada umumnya.

Catatan : pernahkah anda melihat sebuah kejuaraan pencak silat antar perguruan, 
dimana persaingan dalam sportifitas dijunjung tinggi sebagai salah satu ciri 
khas pencak silat, dimana keseluruhan agenda kejuaraan tersebut merupakan niat 
yang luhur.., tidak hanya mencari siapa yang menang dan siapa yang kalah, namun 
dari itu semua seharusnya terbesit dalam benak kita bahwa kejuaraan antar 
perguruan silat ini adalah acara besar, acara dimana komunitas atau masyarakat 
pencak silat dapat bersilaturahmi dan mempererat tali persaudaraan.(yanweka)



  ----- Original Message ----- 
  From: Yanweka 
  To: silatindonesia@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, April 16, 2007 4:28 PM
  Subject: [Bulk] Re: [silatindonesia] Re: Silat & kecintaan pada silat 
tradisional


  Seperti hakiki mahluk hidup yang pasti saling beda satu dengan yang lainnya, 
dua bersaudara kembar siam pun atau bahkan hasil kloningpun, tetap saja 
berbeda. Bisa jadi ada beda berat badan, panjang rambut hingga beda dalam cara 
perpikir, dan inilah yang disebut dengan hakiki kehidupan, selalu ada perbedaan 
dan keunikan.

  Salah satu cara menjebatani perbedaan adalah melalui belajar dan 
bersosialisasi dengan mahluk hidup lainnya, dalam membentuk sebuah komunitas 
yang unik, jujur dan terbuka. Lalu apakah saat ini pencak silat membutuhkan 
semua itu?, pertanyaan yang tentunya tidak mudah dijawab namun gampang dicerna 
oleh batin kita, karena sifat dasar manusia adalah kebutuhan ikatan manusia 
yang satu dengan manusia lainnya sebagai mahluk social.

  Perguruan pencak silat adalah salah satu komunitas yang sifatnya lebih formal 
dan memiliki aturan atau birokrasi yang sudah ditetapkan, melalui perguruan 
inilah pesilat diasah menjadi pesilat yang memiliki loyalitas terhadap 
perguruannya, tentunya loyalitas tersebut tumbuh dari kesadaran dan kecintaan 
yang mendalam, bahkan terkadang membuahkan sifat fanatisme.

  Sifat fanatisme lahir karena adanya factor persaingan dengan perguruan 
ataupun dengan organisasi pencak silat lainnya, hal ini adalah wajar manusia 
akan membela sebuah jati diri yang telah membangun dan menciptakan dirinya. 
Begitu pentingnya kah rasa atau sifat fanatisme?, tergantung dari sisi mana 
kita melihat dan merasakan fanatisme tersebut.

  Untuk menghindari fanatisme yang merugikan tentunya perguruan pencak silat 
mulai membangun rasa keterbukaan dan keseimbangan dalam informasi, sehingga 
terciptanya rasa kebersamaan dengan pesilat dari perguruan lainnya. Kesadaran 
bahwa setiap manusia hingga organisasi dalam hal ini adalah perguruan, pasti 
memiliki perbedaan dan keunikan, factor inilah yang seharusnya menjadi alasan 
bahwa persaingan antara perguruan satu dengan perguruan lainnya, adalah 
persaingan dalam kualitas dalam berbagai hal.

  Dalam membangun kompetisi dalam berorganisasi perguruan pencak silat memiliki 
organisasi induk yang mewadahi mereka, melalui IPSI inilah ragam perguruan 
ditampung dalam satu visi dan misi yang terarah tanpa menghilangkan keunikan 
yang dikandung setiap perguruan. Iklim kompetisi yang dilakukan IPSI adalah 
membangun pembinaan atlit yang berprestasi, tentunya IPSI harus mulai 
mempertimbangkan kompetisi yang saat ini dijalankan, masih banyak puluhan 
perguruan yang belum dijangkau oleh IPSI, sehingga ditakutkan akan timbul 
kecemburuan yang sifatnya merugikan.

  Kompetsisi bukan ditujukan untuk 'menusia menajamkan manusia', mencapai hasil 
terbaik dan itu dinikmati oleh satu organisasi semata, cara yang terbaik adalah 
bagaimana agar seluruh potensi pencak silat dapat dinikmati hasilnya bersama, 
tentunya orientasi bersama dalam hal kemajuan dan bukan hirarki semata, dengan 
melihat prestasi, akan timbul kebutuhan evaluasi dan adaptasi terhadap 
pencapaian - pencapaian yang diharapkan dan tidak melupakan proses awal, 
walaupun budaya adaptasi terhadap keragaman perguruan yang ada secara tidak 
langsung berorientasi pada komunitas.

  Komunitas yang diharapkan menjebatani kebutuhan-kebutuhan setiap organisasi 
tidak harus lahir dari birokrasi namun melalui kesadaran untuk berfikir terbuka 
dan bekerja sama dengan berbagai pihak dengan menerapkan pendekatan holistic 
yang fleksibel yakni kemampuan untuk melibatkan, mengidentifikasi dan memenuhi 
kebutuhan semua pihak dalam komunitas tersebut.

  Idelanya memang sebuah komunitas terbentuk dari orang-orang yang berniat 
tanpa pamrih dalam tujuan yang jelas, tujuan tersebut dapat bermacam-macam 
sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan perlu, salah satu contohnya adalah 
membantu IPSI dalam memasyarakatkan pencak silat dengan cara yang tentunya 
lebih umum, dapat pula komunitas tersebut melakukan apa yang belum dilakukan 
oleh perguruan ataupun organisasi lain, sehingga tidak ada tumpang tindih 
kepentingan yang seharus dapat diselaraskan.

  Sekali lagi memang tidak mudah membangun sebuah komunitas ditengah-tengah 
kepentingan yang berbeda, namun melalui pendekatan diharapkan semakin banyak 
dukungan terhadap komunitas tersebut, dalam bekerja sama dan meluangkan sedikit 
waktu dalam suasana berbagi dengan tujuan satu dan niat yang esa, sehingga 
komunitas tersebut lahir sebagai jembatan yang mewadahi segala kepentingan yang 
positif. 

  Dalam era teknologi yang terus akan berkembang, jarak dan waktu seakan tidak 
dibatasi, mungkin cara yang paling tepat saat ini adalah membangun komunitas 
tersebut melalui fasilitas internet dalam mailing-list (milis) yang sejak lama 
banyak dimanfaatkan sebagai media komunikasi yang efektif dan kini tinggallah 
kita merealisasikan sebuah komunitas pencak silat melalui milis yang kita 
impian kita bersama.

  Yanweka

  ----- Original Message ----- 
  From: Alda Amtha 
  To: silatindonesia@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, April 16, 2007 4:06 PM
  Subject: [silatindonesia] Re: Silat & kecintaan pada silat tradisional

  Saya sependapat dg pak Bambang, seharusnya FP2STI tidak perlu ada
  kalau pencak silat betul2 telah dicintai oleh rakyat Indonesia, jadi
  fungsi pelestarian telah dilakukan oleh semua anggota masyarakat
  secara otomatis.

  regards.

  --- In silatindonesia@yahoogroups.com, "bambang sarkoro [CBN-NET]"
  <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > Silat dan Kecintaan pada silat tradisional
  > 
  > 
  > Pendapat bahwa silat traisionil perlu dilestarikan menurut saya
  adalah pandangan yang salah kaprah, Karena silat bukanlah barangan
  yang langka. Disemua wilayah negeri tercinta ini , sedikitnya ada satu
  aliran silat. 
  > 
  > Silat harus lestari dan dicintai di negeri tercinta ini. Oleh karena
  itu hadirnya forum pelestari dan pecinta silat tradisional (FP2ST)
  adalah langkah maju dan positip dalam upaya membuat silat sebagai
  olahraga beladiri dan seni menjadi lestari, bahkan memposisikan silat
  tradisional menjadi asset budaya yang memiliki tingkat keluhuran budi
  pekerti yang tinggi.
  > 
  > Tidak satupun warganegara Indonesia yang tidak mengenal silat.
  Semuanya kenal. Tetapi tidak semuanya dalam artian banyak yang tahu
  apakah silat itu.
  > 
  > 
  > 
  > Anggapan bahwa silat adalah olahraga keras, olahraga resiko tinggi,
  olahraga mematikan, olahraga laga yang difahami masih melekat dan
  terposisi di benak masyarkat. Kesan semacam ini terjadi mungkin
  disebabkan oleh pengaruh media yang menayangkan cerita laga yang penuh
  kekerasan, sehingga menurunkan citra cita rasa olahraga beladiri
  secara umum.
  > 
  > Kalau kita bicara soal resiko tinggi. balap mobil, power boat,
  akrobat, panjat tebing, memilik resiko yang tidak kalah tingginya
  dibanding dengan silat. 
  > 
  > 
  > 
  > Silat sebagai seni dan beladiri kita yakini telah berusia ribuan
  tahun, dimana ada kehidupan budaya di suatu wilayah negeri kita,
  dipastikan disitu ada silat. Oleh karena itu silat adalah produk
  budaya yang memiliki nilai luhur.
  > 
  > 
  > 
  > Naluri manusia untuk mempertahankan diri untuk tidak di dzalimi oleh
  spesies lain ( sejenis, atau hewan) adalah sesuatu yang sangat wajar.
  Mengingat dalam diri manusia tidak memiliki senjata. Berbeda dengan
  hewan seperti ular dengan upas yang mematikan, macan dengan cakarnya
  dan taring yang kuat, gajah dengan tenaga yang kuat. Manusia cuma
  memiliki tangan, kaki dan kecerdasan. Memanfaat kaki, tangan dan
  kecerdasan dalam melindung diri agar tidak di dzalimi inilah yang
  membuat manusia menjadi unggul diantara spesies lain dimuka bumi.
  Omong besarnya manusia menjadi khalifah di planet bumi.
  > 
  > 
  > 
  > Menyadari atas keterbatasan manusia, baik jangkauan dan tenaga maka
  diperlukan pengaturan gerak yang efisien, Gilbreth seorang penemu
  teori industrial engineering, menyatakan bahwa dari 17 gerak dasar
  manusia, hanya 8 gerak saja yang memiliki nilai tambah. Kelak
  dikemudian hari dikenal dengan istilah "Therblig analisys".
  > 
  > Dengan menggunakan gerak yang memiliki nilai tambah maka disipasi
  tenaga bisa dikurangi secara significant. Tidak keras tetapi efisien.
  Dan ini merupakan seni / arts dari silat.
  > 
  > 
  > 
  > Pertanyaanya dimana letak seninya ?
  > 
  > Disipasi (penghamburan) tenaga akan menurunkan kecepatan gerak dan
  memandulkan reflek. Letak seninya berada pada menurunkan keterampilan
  gerak yang tidak perlu... (susah kan membayanginya). Yang lebih
  penting adalah bagaimana gerak silat memanfaatkan gerak yang tidak
  perlu sebagai gerak untuk menghindari benturan fisik. Disitulah letak
  seninya. Tidak diperlukan tapi dipulung agar memiliki manfaat tinggi. 
  > 
  > 
  > 
  > Setiap gerak silat memiliki harmony / selaras dengan lingkunganya, 
  seperti tepak 2 (tarik, tahan), tepak 3 ((pukul (maju), tarik
  (mundur), tahan (diam)), menjadikan gerak silat terlihat indah, akan
  lebih terasa indah jika di iringi musik yang di aransemen sesuai
  dengan ritme gerak. Sehingga menimbulkan sensasi yang spesifik.
  > 
  > 
  > 
  > Benang emas yang ingin dipaparkan disini, adalah bagaimana
  memposisikan silat tradisional sebagai seni dan olahraga beladiri agar
  dicintai oleh masyarakat kita. Jauh dari kesan gagah2an, jauh dari
  kesan kekerasan, jauh dari kesan pede yang berkelebihan. 
  > 
  > Kalau kita bicara soal cinta, maka rasa yang ada didalam sini,
  adalah rasa keindahan, rasa ayom, rasa memperoleh pengakuan, Oleh
  karena itu, kalau kita cinta pada silat tradisional, kita harus
  mengenalkan silat tradisional dengan cita rasa keindahan, cita rasa
  ayom, cita rasa untuk diakui, sebagai penetrasi kebutuhan dasar 
  seperti yang disebut pada hierarki Maslow yang menyatakan bahwa
  kebutuhan rasa aman (security feeling) adalah kebutuhan berikutnya
  setelah kebutuhan dasar, dan kebutuhan untuk diakui telah dicapai.
  > 
  > 
  > 
  > Wassalam
  > 
  > Bambang Sarkoro
  > 
  > http://www.margaluyu-pusat.net
  > 
  > 
  > 
  > 
  > [Non-text portions of this message have been removed]
  >

  [Non-text portions of this message have been removed]



   

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to