Secara institusi silat di Condet nasibnya tidak kurang & tidak lebih dari duku 
dan salaknya, 
dimana akhir 70an saat saya merasakan banyaknya pilihan untuk latihan silat di 
Condet 
khususnya dan Kramat Jati umumnya. Sebut saja Mutiara, Putra Condet, Putra 
Setia, Sapu 
Jagat, Persahabatan, Tapak Merah Abdul Jabbar, Al Hikmah, Silo Macan (sebelum 
bernama 
IPOSI), Selendang Putih, Macan Betawi, Sunda Kelapa, Ki Atu, Ki Jirimin dan 
Beriak Naga.

Secara personil kita masih dapat menjumpai orang-orang yang masih merindukan 
silat 
seperti dulu, seperti Baba Nahali, Bang Ali, Bang Salim, Bang Dudung meski 
tidak 
semuanya masih berdomisili di Condet. Namun apa lacur, kehidupan modernisme dan 
hedonisme menjadikan silat Condet dilupakan generasi mudanya.

Sekarang tinggal niatan kita sebagai generasi muda, untuk terus menggiatkan 
lagi pencak 
silat tradisional Condet yang dulu pernah banyak menghasilkan Jawara dan 
Pejuang. Tidak 
harus memandang dia dari suku mana, sebagaimana peranan Pak'E semalam dalam 
acara 
TV El Shinta yang justru orang Jawa, tapi sangat peduli dengan kesenian Betawi.

Semoga menjadi perenungan kita semua, wabil khusus generasi muda Betawi.

Tabe;...





--- In silatindonesia@yahoogroups.com, alamsyah sk <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
> silat condet yang mulai terbias, terkikis habis dan tercodet oleh senjata 
> yang dinamakan 
modernisasi...
> 
> huuh.... :-(....
> 
> --- On Wed, 9/24/08, Yanweka <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> From: Yanweka <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: [silatindonesia] CONDET dan kisah Silat yang terlupakan
> To: silatindonesia@yahoogroups.com
> Date: Wednesday, September 24, 2008, 2:22 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>     
>             
> 
> Malam ini iseng nonton Elsinta TV kebetulan yang lagi di sorot adalah KAwasan 
> Condet 
di acara Kampng Kita, di ceritakan mengenai sejarah condet dahulu hingga 
sekarang, 
kawasan yang katanya hijau kini sdh menjadi ramai dengan pendatang dan gedung2 
yang 
menggusur kawasan hijjau disana.
> 
> 
> 
> Tidak ketinggalan seni dan budaya yg di angkat, seperti peninggalan berupa 
> rumah, 
gedung, dan keseniannya, di sorot pula kegiatan pemuda yang minoritas 
mempelajari 
gambang kromong dan tari-tarian. setelah itu habis dech acaranya.
> 
> 
> 
> Bagi para pecinta silat tentu ada yg kurang bila hanya mengangkat condet 
> hanya  pada 
seni budaya dan sejarahnya, padahal kalau kita simak condet juga menjadi salah 
satu 
bagian perkembangan pencak silat di Indonesia, walaupun yang tersisa hanya 
beberapa 
gelintir perguruan asli, yang lainnya sdh musnah di telan waktu. 
> 
> 
> 
> silat tidak hanya di lupakan oleh  media seperti televisi namun juga warga 
> condet itu 
sendiri. tidak banyak pemuda yang menekuni silat sebagai budaya dan olahraga 
mereka, 
padahal jaman dahulu dalam sejarah tanah betawi silat adalah bagian yang tidak 
bisa di 
pisahkan dari kehidupan sehari-hari, dimana selesai mengaji lalu belajar silat, 
kini 
semuanya sdh berubah, pradigma mengenai silat menjadi berbeda, dimana tidak 
banyak 
lagi kalangan muda yang selesai mengaji lalu belajar silat...malah silat kini 
menjadi bagian 
yang seolah di pisahkan dan terlupakan.
> 
> 
> 
> akankah silat masih bisa bertahan di tanah condet, lalu bagaimana silat 
> dahulu bisa 
menjadi bagian rantai budaya bahkan agama?? mengapa kini tidak lagi, adakah 
yang 
bergeser atau berubah, kita tidak tahu. hanya rumput yang bergoyang yang tahu 
jawabannya.
> 
> 
> 
> salam
> 
> Yanweka
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
> 
>       
> 
>     
>     
>       
>        
>       
>       
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>       
> 
> 
>       
>       
> 
> 
>       
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>



Kirim email ke