James A wrote:
> --- "m.c. ptrwn" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > James A wrote:
> > > --- Budi Rahardjo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > > >
> > > > On 3/12/06, James A <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > > Semoga revisi RUU APP ini bisa mengakomodir hal2 itu, terutama 
> > > menghormati existensi
> > sensualitas
> > > budaya (seperti di Bali, Papua, Jawa misalnya) yang sudah ada di 
> > > Indonesia selama ratusan
> > tahun.
> > >
> > > Apabila ternyata tidak, ya orang seperti saya akan tetap berusaha 
> > > menolaknya ;)
> > >
> >
> > kalau itu masalahnya mudah solusinya kan oom, setahu saya RUU tsb
> > memang tidak diaplikasikan di Bali, Papua dan Batam.
> >
> > DI lain pihak kita harus menghormati juga daerah yang ingin menegakan
> > syariah sesuai aslinya seperti di NAD.
>
> Ya itu salah satu solusi memang, meskipun terkesan solusi yang "dipaksakan" 
> :) Karena para
> pencetus RUU APP itu sudah kehabisan akal (mungkin) ? Karena memang sulit, 
> berbicara tentang
> pornografi tentu berbeda dengan "sensualitas" atau dengan "erotika (erotis)" 
> misalnya. Sensual
> belum tentu porno (menurut pengertian saya). Ada banyak orang bilang tari 
> jaipong itu erotis :)
> Tapi apakah itu porno?

Ya dari jaman dulu kan juga selalu argumen ini yang dipakai , padahal
kalau mau jujur dengan diri sendiri ya kita tahu mana yang porno dan
mana yang tidak.

>
> Celakanya, dalam RUU APP itu, masalah sensualitas juga disinggung. Ini yang 
> saya maksudkan sebagai
> suatu hal yang tidak jelas, karena interpretasi orang bisa berbeda.

kalau kata2 sensualitas ini perlu di edit , no problemo.


> Balik lagi ke solusi (workaround?) RUU APP untuk tidak diterapkan di beberapa 
> daerah tertentu.
> Apakah tidak takut bahwa hal ini berdampak buruk dikemudian hari? 
> Diskriminasi? Jangan sampai ini
> malah menjadi "alasan" untuk tidak menerima UU lain dengan alasan 
> "kedaerahan" (mungkin ini
> terlalu mengada-ada, tapi menurut saya, bisa jadi 'concern' juga).

Iya Indonesia ini kan bineka tunggal eka, bermacam2 kebudayaan muncul
jadi satu , kalau di satu tempat berbuat sesuatu dianggap wajar,
ditempat lain belum tentu , jadi masalah apakah UU diterapkan di satu
daerah saja atau tidak sebagai satu solusi/workaround itu bukan
problem.


> Kita lihat saja sekarang, bagaimana hasil revisi RUU APP yang baru itu, dan 
> bagaimana tanggapan
> dan reaksi yang muncul.

saya sendiri merasa bersyukur akhirnya di Indonesia ini masih ada
pemimpin atau wakil rakyat yang bermoral dan punya otak sehingga
pornograpi (akhirnya) bisa dilarang di Indonesia.

kalau saya sich, maunya kalau pulang indonesia itu pulang ke NAD ;
kalao gak mungkin brunei/MY ya :-)

-mcp

Kirim email ke