Fatih wrote:
> ikut nimbrung dikit soal IT india,
>
> (1) benar, nehru pencetak awal IIT yg menghasilkan IIT-ans di seluruh dunia
> termasuk mgkn kolega2 dan juragan Carlos di SV. :)

koq tahu sich kalau juragan saya orang IIT ? :-))

Testimonial saya, kalau Indonesia punya 1000 saja lulusan yang
sekaliber dengan lulusan IIT, mungkin Indonesia sudah sejajar dengan
Jepang sekarang. Btw, ini tanggapan yang cukup konservatif lho :)

>
> (2) dalam konteks investasi asing di IT india, keterlibatan pemerintah
> (political will) dlm bisnis IT di india sebenarnya terjadi tidak lama. kira2
> baru setelah pemerintah melihat para pebisnis IT jadi pembicaraan dunia dg
> mengglobalnya klien infosys (terbesar) dan wipro (runner up) dll.

Di buku "Flight Capital", jangan dilupakan bahwa Pempus India dan Pemda
Karnataka
banyak sekali merubah peraturan yang tadinya sangat protektif
(contohnya banyak di Indonesia) menjadi lebih liberal dan terbuka
(a.k.a. kapitalisme).

Misalnya dengan menyempitkan peran union, memberi insentif tax untuk
persh asing yang buka bisnis di India dsb.

Awalnya mendapatkan tantangan dari masyrakat sekitarnya (seperti di
milis ini .. he he he ), akan tetapi sekarang terlihat buah hasilnya.




> thomas friedman dalam salah satu kolomnya di NYT (kira2 3thn lalu waktu dia
> berkunjung ke india khusus unt melihat/mengulas soal IT ini) menulis bahwa
> pda dasarnya pebisnis raksasa IT india berkembang sendiri tanpa bantuan
> pemerintah (maksudnya negara bagian bangalore maupun pusat). pernah mereka
> ini meng-"get-out-of-my-way"-kan seorang pejabat yg coba2 ikut campur urusan
> bisnis mrk.

sebenarnya mereka milih ke sana (bangalore/karnataka) karena insentif
dari pemerintah juga selain memang karena infosys basenya disana.

Kalau sekedar "India", kan persh tersebut tidak buka office di
Rajasthan, Assam atau West Bengal yang masih dikuasai kaum komunis :-))

Yang menarik, orang2 yang bekerja di Bangalore/Karnataka sebenarnya
berasal dari banyak state di India, bukan hanya yang berasal dari
Karnataka saja.

> dlm konteks india waktu itu, yg sistem birokrasinya masih korup (sedikit di
> bawah kita) pengusaha2 IT ini berjalan sendiri. untungnya mrk dah 'punya
> orang' di mana2 yg bantu dapatin proyek.

betul sekali , buat persh2 India ini emang hebatnya mereka punya
koneksi yang super kuat, jauh lebih gampang buat kita untuk bekerja
sama dengan inside-channelnya Indians daripada coba coba berkompetisi
langsung dengan persh India :-)

Alias, saya pikir bagusnya emang persh seperti Infosys dan Wipro itu
punya subsidiary di Indonesia, daripada orang (Indonesia) yang harus
berjuang mati matian bersaing dengan mereka.

Jadi kuncinya imo: Partnership dengan Indian dan The Chineese :)

> era pemrintah Congress skrg political will itu baru tampak banget.
>
> jadi, mana yg perlu didahulukan di indo? political will pemerintah atau
> pebisnisnya cari2 proyek dulu di LN? krn. kondisi indo dan india (soal IT)
> memang beda, saya setuju political will pemerintah maju dulu dg membuat
> kebijakan2 khusus bidang investasi IT.

Di Indonesia saya lihat Jatis sudah punya CMM Level 3 tuch, not bad.

Kalau saya sebenarnya tidak perduli persh mana yang terangkat, mau
persh Indonesia, China , India , Arab atau Turki sekalipun is okay,
yang penting potensi SDM anak muda di Indonesia tergali (tidak seperti
15 tahun terakhir).

Saya pikir kuncinya sebaiknya begitu, hindarkan isu2 yang sebenarnya
merugikan kita secara long term(seperti pengusaha lokal minta proteksi
,etc...passwd..). Jadi undanglah mereka semua (investor asing) untuk
berinvestasi di Indonesia.



-mcp



>
> salam,
>
>
> On 4/16/06, Adjie <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> >
> >
> > > Pak Budi,
> > > masih di IEEE Spectrum edisi yang sama, ternyata hampir semua CEO
> > > perusahaan2 itu talk dengan PM India atau Menkominfo India, bukan dengan
> > > rektor atau dosen. Artinya ada political will baik dari pusat maupun 
> > > negara
> > > bagian. Bangalore juga maju karena negara bagian Karnataka mengambil
> > > inisiaif. Calcutta mulai ikut2an walaupun kemiskinan di mana2,
> >
> >
> > Betul Om, Kebetulan CEO ALA sendiri waktu itu datang ke India dan ketemu
> > dangan PM dan menteri telekomunikasi di India dan akhirnya beberapa pusat
> > riset yang ada di europe di pindahkan ke India, juga bbrap department di
> > soft development boyongan kesana,  dan investnya geeuudeee banget,
> >
> >
> >
> > > tapi toh jalan kalau ada political will.
> > > Kalau katanya Bill Gates sudah talk dengan SBY tapi masyarakat luas
> > > ternyata belum mendengar kelanjutannya, berarti something wrong dengan 
> > > kita.
> > > Atau sebaliknya: kalau katanya ada proyek IGOS sudah dicanangkan tetapi
> > > gemanya masih terbatas walaupun sudah diusahakan, artinya ada something
> > > wrong dengan kita.
> >
> >
> > yaa, selalu managment dan komunikasi  top down dan bottom up process ngga
> > pernah jalan di Indo, mungkin protocolnya beda, atau ada bottleneck
> > dimana-mana, karena pembantu presiden mungking kurang paham benar mau kemana
> > tunggu arahan dari bapak. kalau soal proyek IGOS katanya project ini ngga
> > menguntungkan buat  supplier makanya banyak yang mundur, dan kelihatan juga
> > sich pemerintah ragu-ragu mau kemana arahnya IGOS ini masih kurang focus dan
> > greget....
> >
> >
> >
> >
> > rgds
> >
> >
> > Adjie
> >
> 
> 
> 
> --
> Fatih
> http://afsyuhud.blogspot.com

Kirim email ke