Wilujeng enjing Neng Lia...
Nepangkeun abdi Roro, kawit ti Sumedang linggih
di Bandung ayeunamah...
Resep nu gampil? Seueur Neng...naroskeun we ka
Cep Google geura pasti kagunganeun. Atanapi pami hese2 teuing mah masak "Endog"
we atuh... tah ieu aya tipsna kenging ti milis tatanggi, punten teu diSundakeun
mugia mangpaat.
cr (ceu roro) nurutan nu sanes nami teh
disingkat-singkat heheh...
Telur
Goreng
KETIKA belanja di sebuah pasar swalayan di Bandung, secara kebetulan saya menemukan "cai-po", yaitu lobak yang dikeringkan dan dimaniskan. Hati saya bersorak girang. Dulu ketika kecil, ayah sering menggoreng telur dadar dengan "cai-po" ini. Hasilnya memang luar biasa. Telur yang sederhana, kalau diberi "cai-po" memang bisa terasa sangat gurih, dan menjelma menjadi hidangan istimewa. Ayah pernah mengajarkan sebuah filosofi tentang telur. Kata beliau, telur memang selalu terlihat sederhana. Tapi justru kesederhanaan sebuah telur membuatnya menjadi sangat fleksibel. Bisa hanya di goreng mata sapi, didadar, ditim, di buat sup, atau dimasak dengan apa pun. Itu sebabnya, ketika saya mau kuliah ke Australia, ayah wanti-wanti agar saya menguasai ilmu memasak dengan telur. Kalau dihitung-hitung saya punya resep canggih lebih dari selusin. Semua berkat nasihat ayah. Saat kuliah di Australia, dengan bujet hidup yang serba pas, saya juga belajar improvisasi. Dari teman-teman, saya belajar resep yang lain. Akhirnya ketika pulang ke Jakarta, koleksi resep saya, sudah banyak sekali. Andaikata saya mau bikin sebuah restoran yang menyajikan menu khusus telur, pasti saya mampu. John Steinbeck, novelis dan pengarang terkenal Amerika, pernah sekali menulis, "Ideas are like rabbits. You get a couple, learn how to handle them, and pretty soon you have a dozen." Jadi bukanlah sebuah keajaiban kalau saya tahu aneka cara memasak telur yang kreatif. Melainkan situasi yang unik yang membuat saya seperti itu. Saya hanya menjadi murid yang patuh. Kebetulan saja, saya orangnya selalu penuh rasa penasaran. Sehingga saya yang akhirnya memanfaatkan situasi bujet hidup yang ngepas, untuk menciptakan resep telur yang kreatif. Memanfaatkan sebuah situasi, merupakan ilmu pemberdayaan tersendiri. Trik ini juga memerlukan imajinasi tersendiri. Alkisah di Pulau Tarakan, Kalimantan banyak pengusaha tambak udang. Konon beberapa tahun yang lalu, hingga kini juga, tambak-tambak udang ini memiliki "by product" atau produk sampingan yaitu kepiting. Bagi petani tambak udang, kepiting-kepiting ini adalah hama. Karena mengurangi produktivtas udang. Penduduk Pulau Tarakan sendiri, kurang dari 200.000 orang. Sehingga praktis kepiting yang dihasilkan tidak ada nilainya, harganya pun cukup murah. Beberapa tahun yang lalu, ketika berkunjung ke Tarakan, saya diajak ke sebuah restoran yang menyajikan masakan Kepiting ala saos Tarakan. Terus terang saya kaget, karena ketika dihidangkan, kepiting besar-besar terhidang di piring sangat besar, begitu banyaknya. Jenis masakannya cuma satu. Yaitu kepiting saos itu. Tidak ada yang lain. Rasanya memang gurih. Saya sampai kekenyangan makan kepiting. Setelah peristiwa itu, berbulan-bulan saya tidak selera lagi makan kepiting. Mungkin saking kagetnya. Sayang, restoran itu tidak imajinatif untuk membuat hidangan lain dengan kepiting. Ketika Minggu lalu kembali ke Tarakan, saya diajak makan lagi di restoran yang sama. Mulanya saya takut. Ingat pengalaman tempo doeloe. Malam itu, ketika kami tiba di restoran, suasana restoran masih persis sama seperti beberapa tahun yang lalu. Tanpa ada perbaikan. Juga tidak ada tanda-tanda kemajuan. Semua serba sama. Beda dengan cerita di Balikpapan. Di kota yang cuma satu jam terbang dari Tarakan, kini sudah ada beberapa restoran yang menyajikan kepiting ala saos Tarakan. Rupanya ada juga pengusaha yang imajinatif, yang memanfaatkan situasi kepiting murah di Tarakan. Restoran-restoran kepiting dibangun jauh lebih mewah, menawarkan suasana makan yang lebih nyaman. Sehingga kepiting Tarakan lebih nikmat kita nikmati di Balikpapan dibanding di Tarakan sendiri. Kadang situasi di sekeliling kita dipenuhi dengan berbagai peluang yang unik. Bagi mereka yang tidak terlatih, peluang itu mirip dengan angin semilir yang lewat. Nah, lain ceritanya bagi mereka yang telah terlatih dengan jiwa entrepeneur. Jangankan angin semilir, angin baru mau bergerak saja, mereka sudah tahu. Mereka selalu sigap menyergapnya. Dan imajinasi adalah jaring mereka untuk menangkap peluang. Kafi Kurnia >>> [EMAIL PROTECTED] 04/17/06 10:06PM >>> wilujeng wengi....
abdi teh hoyong diajar masak...isin atuh da teu acan tiasa
keneh...heheheheh.
nyungkeun bantosanana...abdi nyungkeun resep...tapi nu gampil heula
nya...
teras abdi teh kost, janten upami aya mah resep na nu praktis. hatur nuhun kanggo sadayana....
-Lia-
Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com
YAHOO! GROUPS LINKS
|
- Re: [Urang Sunda] naroskeun resep Roro Rohmah
- Re: [Urang Sunda] naroskeun resep kumincir
- RE: [Urang Sunda] naroskeun resep totong usman
- RE: [Urang Sunda] naroskeun resep ibnu hujaimah
- Re: [Urang Sunda] naroskeun resep --> kang... ndoell
- RE: [Urang Sunda] naroskeun resep Emod Morales
- RE: [Urang Sunda] naroskeun resep Roro Rohmah
- Re: [Urang Sunda] naroskeun resep Dudi Herlianto
- RE: [Urang Sunda] naroskeun resep tia kecil
- Re: [Urang Sunda] naroskeun resep ndoell
- Re: [Urang Sunda] naroskeun resep ~~+wildan thoyib+~~