Kumaha ieu the hanas dibaca resep masak
endog da kuring oge budak kos, bet pabaliut carita kepiting sagala teu nyambung
mana resepna........ieu tehhhhh
Aduh lamun ceuk tukang ng"o"r"o"ng
duka lebet kana naon narasi atawa roman atanapi naon
Pundung ieu mah...........
Pokokna mana resep masak
endog-na, sim kuring oge bade di ajar masak endog
Resep......resep
.....resep
-----Original Message-----
From: urangsunda@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, April 18, 2006 8:19
AM
To: urangsunda@yahoogroups.com
Subject: Re: [Urang Sunda]
naroskeun resep
Wilujeng enjing Neng Lia...
Nepangkeun abdi Roro, kawit ti Sumedang linggih di Bandung
ayeunamah...
Resep nu gampil? Seueur Neng...naroskeun we ka Cep Google geura
pasti kagunganeun. Atanapi pami hese2 teuing mah masak "Endog" we
atuh... tah ieu aya tipsna kenging ti milis tatanggi, punten teu diSundakeun
mugia mangpaat.
cr (ceu roro) nurutan nu sanes nami teh disingkat-singkat heheh...
Telur Goreng
KETIKA belanja di sebuah pasar swalayan di Bandung, secara kebetulan saya menemukan
"cai-po", yaitu lobak yang dikeringkan dan dimaniskan. Hati saya
bersorak girang. Dulu ketika kecil, ayah sering menggoreng telur dadar dengan
"cai-po" ini. Hasilnya memang luar biasa. Telur yang sederhana, kalau
diberi "cai-po" memang bisa terasa sangat gurih, dan menjelma menjadi
hidangan istimewa.
Ayah pernah mengajarkan sebuah filosofi tentang telur. Kata beliau, telur
memang selalu terlihat sederhana. Tapi justru kesederhanaan sebuah telur
membuatnya menjadi sangat fleksibel. Bisa hanya di goreng mata sapi, didadar,
ditim, di buat sup, atau dimasak dengan apa pun. Itu sebabnya, ketika saya mau
kuliah ke Australia, ayah wanti-wanti agar saya menguasai ilmu memasak dengan
telur. Kalau dihitung-hitung saya punya resep canggih lebih dari selusin. Semua
berkat nasihat ayah.
Saat kuliah di Australia, dengan bujet hidup yang serba pas, saya juga belajar
improvisasi. Dari teman-teman, saya belajar resep yang lain. Akhirnya ketika
pulang ke Jakarta, koleksi resep saya, sudah banyak sekali. Andaikata saya mau
bikin sebuah restoran yang menyajikan menu khusus telur, pasti saya mampu.
John Steinbeck, novelis dan pengarang terkenal Amerika, pernah sekali menulis,
"Ideas are like rabbits. You get a couple, learn how to handle them, and
pretty soon you have a dozen." Jadi bukanlah sebuah keajaiban kalau saya
tahu aneka cara memasak telur yang kreatif. Melainkan situasi yang unik yang
membuat saya seperti itu. Saya hanya menjadi murid yang patuh. Kebetulan saja,
saya orangnya selalu penuh rasa penasaran. Sehingga saya yang akhirnya
memanfaatkan situasi bujet hidup yang ngepas, untuk menciptakan resep telur
yang kreatif.
Memanfaatkan sebuah situasi, merupakan ilmu pemberdayaan tersendiri. Trik ini
juga memerlukan imajinasi tersendiri. Alkisah di Pulau Tarakan, Kalimantan
banyak pengusaha tambak udang. Konon beberapa tahun yang lalu, hingga kini
juga, tambak-tambak udang ini memiliki "by product" atau produk
sampingan yaitu kepiting.
Bagi petani tambak udang, kepiting-kepiting ini adalah hama. Karena mengurangi produktivtas
udang. Penduduk Pulau Tarakan sendiri, kurang dari 200.000 orang. Sehingga
praktis kepiting yang dihasilkan tidak ada nilainya, harganya pun cukup murah.
Beberapa tahun yang lalu, ketika berkunjung ke Tarakan, saya diajak ke sebuah
restoran yang menyajikan masakan Kepiting ala saos Tarakan. Terus terang saya
kaget, karena ketika dihidangkan, kepiting besar-besar terhidang di piring
sangat besar, begitu banyaknya. Jenis masakannya cuma satu. Yaitu kepiting saos
itu. Tidak ada yang lain. Rasanya memang gurih. Saya sampai kekenyangan makan
kepiting.
Setelah peristiwa itu, berbulan-bulan saya tidak selera lagi makan kepiting.
Mungkin saking kagetnya. Sayang, restoran itu tidak imajinatif untuk membuat
hidangan lain dengan kepiting.
Ketika Minggu lalu kembali ke Tarakan, saya diajak makan lagi di restoran yang
sama. Mulanya saya takut. Ingat pengalaman tempo doeloe. Malam itu, ketika kami
tiba di restoran, suasana restoran masih persis sama seperti beberapa tahun
yang lalu. Tanpa ada perbaikan. Juga tidak ada tanda-tanda kemajuan. Semua
serba sama.
Beda dengan cerita di Balikpapan. Di kota yang cuma satu jam terbang dari
Tarakan, kini sudah ada beberapa restoran yang menyajikan kepiting ala saos
Tarakan. Rupanya ada juga pengusaha yang imajinatif, yang memanfaatkan situasi
kepiting murah di Tarakan. Restoran-restoran kepiting dibangun jauh lebih
mewah, menawarkan suasana makan yang lebih nyaman. Sehingga kepiting Tarakan
lebih nikmat kita nikmati di Balikpapan dibanding di Tarakan sendiri.
Kadang situasi di sekeliling kita dipenuhi dengan berbagai peluang yang unik.
Bagi mereka yang tidak terlatih, peluang itu mirip dengan angin semilir yang
lewat. Nah, lain ceritanya bagi mereka yang telah terlatih dengan jiwa
entrepeneur. Jangankan angin semilir, angin baru mau bergerak saja, mereka
sudah tahu. Mereka selalu sigap menyergapnya. Dan imajinasi adalah jaring
mereka untuk menangkap peluang.
Kafi Kurnia
>>> [EMAIL PROTECTED] 04/17/06
10:06PM >>>
abdi teh hoyong diajar masak...isin
atuh da teu acan tiasa keneh...heheheheh.
nyungkeun bantosanana...abdi
nyungkeun resep...tapi nu gampil heula nya...
teras abdi teh kost, janten upami aya mah resep na nu praktis.
hatur nuhun kanggo
sadayana....
Send instant messages to your
online friends http://uk.messenger.yahoo.com
Komunitas Urang Sunda --> http://www.Urang-Sunda.or.id
YAHOO! GROUPS LINKS