Punten teh leli Dupi linggih di pedes na di mana? Caket puskesmas anu
payunenana Irigasi sanes? Anu ngalangkungan upami teu lepat mah Kantor
PDAM Karawang cabang Pedes. Ayeuna oge masih lega PAsawahan di pedes
Mah, anu janten Kawasan Industri mah di Karawang Selatan. Anu perbatasan
ka Bekasi sareng Jonggol

 

 

Ari abdi mah di Karawang Kota na Caket ka Pasar Johar

 

 

  _____  

From: leli nurleli [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, May 22, 2007 10:53 AM
To: urangsunda@yahoogroups.com
Subject: Re: [Urang Sunda] Karawang<<<<kota kenangan....

 

melihat perjalanan panjang kota karawang....eh naha jadi bhs indonesia
punten ah...

abdi janten emut waktos kapengker....waktos pribados ngabakti di tanah
karawang sekitar tahun 1996 sampai 1999.....kalelersan pribados di
tempatkeun di kacamatan pedes...caket sareng rengas dengklok....selama 3
tahun abdi ulung biung di desa eta....dikecamatan eta....waktos eta mah
masih seueur...pasawahan....suasana desa masih sangat kental....

hanya 3 tahun saya ditempatkan disana tapi rasanya saya sudah menjadi
bagian dari masyarakat tersebut...suka duka...pengalaman di
demo...karyawan....wah...semua jadi kenangan yg tak terlupakan...setiap
malam selalu ada masalah yg melanda masyarakat disana....upami aya
anggota milis ini anu sok ka puskesmas kecamatan Pedes...pang nitip keun
salama wae ti pribados....kanggo karyawan..puskesmas na...

jadi sedih...tur sono....anu sono ka lembur.......

"Marwan Faizal A. Bachtiar" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

         

        Sekilas perjalanan Kabupaten Karawang dari waktu ke waktu.

        
        Kapan terbentuknya daratan di daerah Kabupaten Karawang dan
kapan orang pertama kali menetap di daerah ini tidak dapat ditentukan
dengan pasti. Yang jelas adalah bahwa Jawa dan Indonesia (dalam nama
lain Colandia, Kun - lun, Dvipantara, Zabag, Bhar Al - Jawa) sudah di
kenal oleh orang-orang India (Asia Selatan), Timur Tengah, Eropa dan
China sejak sekitar 2000 tahun yang lalu. Bahkan di Jawa, berdasar
tulisan dari India, sudah ada beberapa negara/kerajaan.

        
        Pada awal abad ke 4 TU (sekitar 1600 tahun yang lalu),
berdasarkan prasasti dan catatan dari China, di Indonesia sudah beberapa
negara di Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Berdasarkan catatan dari China
ada negara Kan-toli (di Sumatera) dan di Jawa ada negara Ho - lo -
tan/To - lo - mo (Taruma). Berdasarkan prasasti, ada negara/kerajaan
miliknya raja Mulawarman di Kalimantan Timur (di Kutai) dan negara
Taruma miliknya raja Purnawarman di Jawa  Barat (di Jakarta dan
sekitarnya). Masih berdasarkan catatan dari China, di Jawa juga ada
negara Cho - po (Jawa). 

        
        Pada abad ke 4 TU hingga awal abad ke 7 TU, menurut catatan
China, terdapat 2 (dua) negara besar di Indonesia, yaitu Kan-to-li (di
Sumatera) dan Ho-lo-tan (To-lo-mo, Taruma) di Jawa.

        Negara Ho-lo-tan/To-lo-mo (Taruma) yang pusatnya di sebelah
barat Sungai Citarum/Karawang sangat mungkin juga berkuasa di daerah
Kabupaten Karawang (sebelah timur kali Citarum/Karawang).

        
        Pada awal paroh pertama abad ke 7 TU, Negara Kan-To-li di
Sumatera telah digantikan/ diteruskan oleh negara Mo - lo - you (Malayu,
di Jambi), Shi-lI-fot-shi (Sriwijaya, di Palembang) dan To - lang dan
Poh - wang(Tulang Bawang, di Lampung). Pada akhir abad ke 7 TU
negara/kerajaan Shi-li-fo-shi (Sriwijaya) sudah menaklukan dan memasukan
Mo-lo-you (Melayu), To-lang dan Poh-wang (Tulang Bawang). Shriwijaya
juga menaklukan Bangka-Belitung dan menaklukan Kedah (di seberang Selat
Malaka di Semenanjung Malaysia) dan To-lo-mo (Taruma, di seberang
tenggara Laut Jawa di Jawa). Boleh dikatakan juga bahwa saat ini pun
daerah Kabupaten Karawang ikut masuk dalam wilayah jajahan Shriwijaya.
Tetapi Bhumi Jawa di Jawa Tengah (di bawah raja-raja Dinasti Syailendra)
menolak bergabung dengan Shriwijaya.

        
        Pada awal abad ke 8 TU, raja Sanjaya (salah satu pangeran dari
Dinasti Shailendra) telah menyatukan kembali kerajaan/negara Jawa milik
kakak ibunya. Seperti raja-raja Sriwijaya, Sanjaya berusaha menyatukan
Jawa dan Indonesia. Berdasarkan catatan dari China, para penggantinya
meneruskan usaha ini bahkan melanjutkan penyatuan/penaklukan ke Daratan
Asia Tenggara (Khmer di Kamboja dan Champa di Vietnam Tengah). Para
Penggantinya mulai memakai gelar Shri Maharaja (The King of kings) dan
keturunan dari penggantinya menjadi raja di Suwarna (Shriwijaya,
Sumatera) dan di Angkor (Kamboja). Dan seperti Dinasti Shailendra di
Jawa, para keturunan/cabang Dinasti Shailendra di Sumatera dan Kamboja
juga banyak membangun bangunan-bangunan yang indah. Pada saat ini boleh
dikatakan bahwa daerah Kabupaten Karawang juga termasuk dalam wilayah
para Maharaja Shailendra Jawa. 

        
        Pada pertengahan akhir abad ke-9 TU, "persatuan" negara Dinasti
Shailendra ini (Jawa dan Indonesia) sudah tidak utuh lagi. Angkor
(Kamboja) sudah menyatakan merdeka. Demikian juga dengan Suwarna
(Sumatera/Shriwijaya) dan Kedah (Semenanjung Malaysia). Jawa sendiri
juga dalam beberapa tahun mengalami "chaos", dan Maharaja Balitung dan
penggantinya untuk beberapa saat berhasil memulihkan kerajaan. Pada saat
ini boleh dikatakan, bahwa daerah Kabupaten Karawang masih tetap menjadi
bagian dari Dinasti Shailendra di Jawa.

        
        Pada awal abad ke 10 TU, negara/kerajaan Shriwijaya (Sribuza,
San-fot-tsi) sudah bangkit kembali dan berhasil menguasai kembali Kedah
(di Semenanjung Malaysia) serta kemudian juga Jambi di kuasai kembali.
Sementara itu, Dinasti Shailendra digantikan/diteruskan oleh Dinasti
Ishana dan memindahkan pusat kekuasaannya di Jawa Timur bagian barat. Di
Jawa Barat, di sebelah barat sungai Citarum/Karawang, Rahyang Juru
Pangambat berhasil memulihkan kembali haji/kepangeranan Sunda. Sangat
mungkin tadinya daerah Sunda adalah kepangeranan/vasal dalam negara
Taruma.

        
        Pada akhir abad ke 10 TU, Maharaja Teguh Darmawangsa berhasil
menyatukan Jawa, dan berdasarkan informasi dari China meluakan
wilayahnya ke San-fot-tsi (Shriwijaya/Sumatera). Dari prasati diketahui
bahwa kerajaannya/negaranya hancur akibat serangan dari haji/gubernur
Wura Wari (Jawa Tengah bagian barat). Pada tahun-tahun ini bisa
diperkirakan bahwa daerah Kabupaten Karawang pun masuk dalam wilayah
Maharaja Teguh Dharmawangsa. 

        
        Pada awal abad ke 11 TU, Maharaja Airlangga berhasil memulihkan
kembali wilayah kerajaan mertuanya dan dalam prasatinya menyebutkan
banyak daerah (asal para pedagang) di seluruh Indonesia, Asia Tenggara,
India (Asia Selatan) dan China. Pada saat yang sama kerajaan Shriwijaya
dan daerah-daerah bawahan/jajahannya sedang mengalami serangan-serangan
secara besar-besaran dari Kerajaan/Kekaisaran Cola (Tamil Nadu, India
Selatan). Sementara itu, Jayabhupati, haji/gubernur Sunda (sebelah barat
sungai Citarum/Karawang) sangat mungkin tetap setia pada Maharaja
Airlangga. Daerah Kabupaten Karawang pun pada saat ini sangat mungkin
tetap setia kepada Maharaja Airlangga.

        
        Pada akhir abad ke 11 TU, negara-negara Indonesia sedang
mengalami kelemahan/kekalutan. Di Jawa, persaingan para raja pengganti
Maharaja Airlangga menjadikan Jawa dalam masa kegelapan. Di Sumatera,
akibat serangan besar-besaran dari Negara Cola (Tamil, India Selatan)
hingga masa ini mengakibatkan Kerajaan Shriwijaya menjadi tak berdaya.

        
        Pada awal abad ke 12 TU, raja-raja Dinasti Ishana di Daha-Kediri
berhasil menyatukan Jawa. Dan selanjutnya Maharaja Jayabhaya berhasil
menyatukan Indonesia. Pada saat ini boleh dikatakan, bahwa daerah
Kabupaten Karawang juga ikut masuk dalam wilayah Maharaja Jayabhaya.
        
        Pada akhir abad ke 12 TU, para pengganti Jayabhaya mengalami
penurunan kekuatan dan berdasarkan catatan dari China wilayah dari
Su-ki-tan di Jawa terfokus daerah-daerah Indonesia Timur. Sedang di
wilayah bagian barat Indonesia, negara-negara di Indonesia bagian barat
menjadi bagian/jajahan dari San-fot-tsi (Melayu? yang telah bangkit
kembali). Berdasarkan catatan ini, Sun-to (Sunda, daerah yang banyak
bajak lautnya) dan Palembang ikut menjadi wilayah/jajahan dari
San-fot-tsi.

        
        Pada awal abad ke 13 TU, Dinasti Rajasa telah
menggantikan/meneruskan Dinasti Ishana di Jawa dan berpusat di Jawa
Timur bagian timur. Sejak awal Dinasti ini telah menguasai Jawa dan
pulau-pulau lain. 

        
        Pada separoh akhir abad ke 13, Maharaja Kertanegara berhasil
menyatukan Indonesia, dan juga Malaysia dan Brunei. Dan negara Jawa dan
Indonesia berhadapan dengan Kekaisaran Mongolia Raya yang juga telah
menguasai negara-negara daratan Asia Tenggara. Pada saat ini boleh
dikatakan daerah Kabupaten Karawang juga termasuk dalam Kekaisaran
Maharaja Kertanegara.

        
        Pada abad ke 14 TU, boleh dikatan seluruh Indonesia dan juga
Malaysia serta Brunai dan Filipina Selatan boleh dikatan menjadi
wilayah/jajahan dan pengaruh para Maharaja Dinasti Rajasa di Majapahit.
Dan daerah Kabupaten Karawangpun demikian juga.

        
        Pada awal abad ke 15 TU, "persatuan" Indonesia-Majapahit sudah
tidak ada lagi. Malaka (Semenanjung Malaysia) dan Brunai (Kalimantan
Utara) sudah merdeka dan meminta perlindungan ke China dari ancaman Siam
(Thailand) dan Vietnam serta Sulu (Filipina). Palembang pun mulai sering
melakukan pemberontakan.

        
        Pada pertengahan abad ke 15 TU, terjadi anarki di Majapahit.
Palembang lebih sering berontak. Dan di Sunda, Prabu Wastu (Wastu
Kancana) berhasil menguasai seluruh Jawa Barat. Pada saat ini boleh
dikatakan, daerah Kabupaten Karawang pun ikut dalam wilayah Prabhu
Wastu. Di Indonesia Timur mulai timbul Negara - negara baru.

        
        Pada akhir abad ke 15 TU, Dinasti Demak-Pajang telah
menggantikan Dinasti Rajasa dan berpusat di Jawa Tengah. Wilayahnya
selain di Jawa Tengah, juga termasuk beberapa daerah di Jawa Barat
(Cirebon), Jawa Timur (Gresik), Sumatera (Palembang dan Jambi) dan
Kalimantan (daerah barat daya) dan pulau-pulau lain. Pada saat yang
sama, negara Pajajaran didirikan di daerah Bogor dan daerah Kabupaten
Karawang termasuk di dalam wilayah Pajajaran. 

        
        Pada awal abad ke 16 TU, wilayah Sultan-sultan Dinasti
Demak-Pajang di Jawa melebar ke barat (pantai utara dan pedalaman Jawa
Barat)) dan timur (Pantai Utara, Madura dan pedalaman Jawa Timur). Pada
saat ini wilayah Kabupaten Karawang juga termasuk dalam wilayah
Sultan-sultan Demak. Di Kalimantan dan Indonesia timur pengaruh Demak
juga ada/terasa. 

        
        Pada akhir abad ke 16 TU, terjadi kerusuhan dan raja Pajang
memindahkan pusat kerajaan. Daerah pesisir utara Jawa Barat dibagi
menjadi wilayah Banten (di barat) dan wilayah Cirebon (di timur).
Sementara daerah Jakarta menjadi wilayah Banten, sangat mungkin daerah
Kabupaten Karawang menjadi wilayah Cirebon. Akhirnya Dinasti
Demak-Pajang di gantikan oleh Dinasti Mataram dan sejak awal ingin
menguasai seluruh Jawa dan Indonesia serta menyerang Banten lewat laut.

        
        Pada awal abad ke 17 TU, Sultan/Susuhunan Mataram sudah
menguasai hampir seluruh Jawa dan beberapa daerah lain di Indonesia
(luar Jawa). Sementara itu VOC sudah mulai berpusat di Batavia
(Jakarta). Daerah Kabupaten Karawang dan sekitarnya menjadi wilayah yang
sangat penting bagi Dinasti Mataram. Tumenggung Singoranu (salah satu
Pate Sultan Agung) sangat mungkin juga sering mengunjungi daerah ini,
selain Ciasem (Subang Utara). Demikian juga para pejabat lainnya. Pada
saat ini daerah Kabupaten Karawang ikut dalam wilayah/propinsi Pesisir
(Utara) Barat yang berpusat di Tegal.

        
        Pada akhir abad ke 17 TU, Sunan Amangkurat Agung sudah sejak
awal menganggap bahwa VOC adalah vazal/bawahan bagi dirinya dan para
penggantinya. Daerah kabupaten Karawang tetap menjadi daerah yang
penting bagi Dinasti Mataram. Banyak orang-orang dari Karawang ikut
membangun Kraton Susuhunan di Plered (Bantul, Yogyakarta). Pangeran
Martasana, pejabat pesisir (utara) timur sering mengunjungi daerah ini.
Demikian juga lainnya. Saat inipun daerah Kabupaten Karawang ikut dalam
wilayah Pesisir Barat. Perjanjian antara Amangkurat II (Sunan) dan VOC
(vasal Sunan) mengatakan bahwa daerah Karawang diserahkan (disewahkan,
dikelola) oleh VOC.

        
        Pada awal abad 18 TU. Daerah Kabupaten Karawang dan sekitarnya
tetap dikelola oleh VOC (secara teori vasal Sunan di Kartasura). 

        
        Pada akhir abad 18 TU. Daerah Kabupaten Karawang dan sekitarnya
tetap dikelola oleh VOC (secara teori vasal Sunan/Sultan di Surakarta
dan Yogyakarta). Pada saat ini VOC mengalami kebangkrutan, dan sering
meminjam uang dan tentara ke para Sultan/Sunan dan semakin terpisah dari
Belanda/Eropa. Pada tahun 1800 VOC ditutup (tutup buku untuk selamanya).


        
        Pada awal abad 19 TU. Gubernur Jenderal Daendels
memutuskan/menghentikan hubungan "teoritis" Sunan/Sultan - Vazal dengan
para Sunan/Sultan dan "merdeka penuh". Daerah Karawang sejak saat ini
menjadi wilayah Daendels. Letnan Gubernur Jenderal Raffles (orang
Inggris) mengikuti jejak Daendels, dan mengklaim dirinyalah yang
benar-benar penerus para Maharaja di Majapahit dan penguasa
Nusantara/Indonesia, bukan Sultan/Sunan di Yogya dan Surakarta. Demikian
juga dengan Pemerintah Hindia-Belanda (1816-1942), mengikuti jejak
Daendels dan Rafles, mereka benar-benar tidak mau lagi mengakui
kemerdekaan para Sunan/Sultan dan memasukkan mereka dan wilayah mereka
sebagai bagian dari Hindia-Belanda.

        
        Pada akhir abad 19 TU, Daerah Kabupaten Karawang tetap menjadi
wilayah Hindia - Belanda (masuk dalam Propinsi/Karesidenan Batavia) dan
sebagai salah satu penghasil sumber hasil bumi. 

        
        Pada awal abad 20 TU. Daerah Kabupaten Karawang tetap menjadi
wilayah Hindia - Belanda (masuk dalam Karesidenan Batavia). Saat di
bentuk West Jawa Province (Propinsi Jawa Barat-nya Hindia Belanda,
1926), Karesidenan dan Kabupaten tadi ikut masuk dalam propinsi
tersebut. Pada masa pendudukkan Jepang, Daerah Kabupaten Karawang ini
juga ikut diduduki. Pada masa Perang Revolusi Kemerdekaan Indonesia,
daerah ini menjadi daerah yang sangat penting. Saat menjelang
proklamasi, calon Presiden Indonesia yang pertama ada di Rengasdengklok
(sebelah utara Karawang).

        
        Pada akhir abad ke 20 TU, Daerah ini (Kabupaten Karawang)
merupakan daerah penting bagi Indonesia, karena dekat dengan pusat
pemerintahan Indonesia. Di jaman orde Baru (1966 - 1998), daerah selatan
dari Kabupaten Karawang menjadi daerah industri yang penting. Banyak
industri ada di daerah ini seperti : Pupuk Kujang, Texmaco, Timor, Bukit
Indah, Kota Delta? Dan lain - lain. Demikian juga dengan
perumahan-perumahan modern untuk para boss, pegawai/pekerja, baik
pemerintahan maupun swasta. Daerah Tengah dan Utara, seperti daerak
Kabupaten Bekasi bagian utara Utara dan timur laut dan Kabupaten Subang,
tetap dalam ketertinggalan dan miskin. Miskin penduduknya dan juga
miskin infrastrukturnya. 

        
        Pada awal abad ke 21 TU, Kabupaten Karawang memiliki Otonomi
Daerah, seperti Kabupaten - kabupaten dan Kota - kota lain di Indonesia.
Seperti Kabupaten - kabupaten di sebelahnya, penduduknya adalah
masyarakat yang multi kultur (plural), baik dilihat dari asal-usul,
etnik, budaya, bahasa, agama, pendidikkan, kekayaan dan tingkat
pendapatan. Diperlukan demokrasi, kebebasan dan toleransi yang
sungguh-sungguh untuk melindungi dan menjamin keamanan/memberi rasa aman
(untuk hak dan kewajiban) dari masyarakat yang beragam ini.

          

         

          

        
  _____  


        Building a website is a piece of cake. 
        Yahoo! Small Business gives you all the tools to get online.
<http://us.rd.yahoo.com/evt=48251/*http:/smallbusiness.yahoo.com/webhost
ing/?p=PASSPORTPLUS>   

<<image001.gif>>

Kirim email ke