Assalamualaikum:) Waduh... panjang juga ya diskusi tentang dzikir dan gila:) Jadi ingat Majnun (gila) dan Laila:) Keduanya, menurut persepsi kaum sufi adalah simbol cinta yg abadi laksana romeo dan juliet. juga menjadi simbol cinta yang tulus kepada-Nya. Lalu seorang gembala yang mabuk kepayang kepada Allah sehingga dia dicap gila oleh Nabi Musa:) ah... ini lain kasus yha?:)
Focus in discuss, hakikat dzikir bukan gila, bukan juga orang jadi gila karena dzikir. Menurut saya, apa yang menimpa adik kelas mas Aman, dia sedang kemasukan iblis atau ghurur, tipu daya iblis yang ampuh untuk mengacaukan seseorang. Ada teman suami saya murid Anand Krishna yang mengaku merasa lebih dekat dengan Tuhan setelah mengamalkan ajarannya (ajaran Anand). Dia kalau berwudhu bisa sampai menangis, katanya. Tetapi, menurut seorang sufi yang sudah kasyaf, itu adalah "tangisan yang menipu" (seperit pernah dikatakan Imam al- Ghazali) - artinya tangisan itu tidak keluar dari ruhnya yang merindukan Allah, tetapi dari nafs-nya, yang "menyamar".. wallahu a'lam. Tetapi menurut suami saya sufi itu benar, sebab jika kita mencampuradukkan agama (Islam dengan ajaran Anand Krisnah), hasinya adalah sesuatu yang tidak selaras dengan jalur Islam. Bisa jadi yang membisikkan adalah jin yang musyrik (seperti kasus Lia Aminudin). Memang dalam sufi ada banyak bahayanya. Yang kita hadapi bukan lagi konsep abstrak tetapi kenyataan. Dalam Qur'an dikatakan bahwa sesunggunya setan itu musuhmu yg nyata. Kata seorang sufi, jika kita sudah kasyaf, maka benar-benar menghadapi setan secara nyata, hadir, "face-to-face" dan tipu dayanya lebih mengerikan karena orang yg naik maqamnya itu dia akan mulai merambah alam di atas alam jasmani (ruhani) - di "dunia lain" ini yg dihadapi bukan lagi sekedar yuwas wisufi sudurinas, tetapi langsung tipu daya yg makin bahaya. Syaikh Abdul Qadir Jailani juga pernah dicoba oleh Iblis, yang mengambil bentuk cahaya dan mengaku Tuhan. Tetapi selama syariat kokoh, biasanya Allah-lah yg akan melindungi kita. Tapi kalau seseorang jadi kepanasan karena terlalu banyak dizkir, saya kira Rosulullah dulu engga:) beliau malah kedingingan ketika wahyu itu disampaikan padanya. Sedang Nabi Musa sendiri malah diperlihatkan "loncatan api" (gunung yang terbelah) ketika beliau ingin melihat Allah. Jadi nggak slalu bisa disebut panas itu kaerna dekat dengan Allah, atopun sebaliknya dingin itu karena lagi dekat degnan Allah :) Oh ya tentang Al-Hallaj , beliau itu pembela iblis. Sebenarnay dalam bersufi (menurut teori diceritakan suami saya lho) yang paling penting untuk dipahami dulu adalah perkokoh syari'at. Kadang orang tergesa-gesa menyelami hakikat padahal cuma sekedar membaca buku, merenungkannya, atau merenungkan kejiwaannya, atau merenungkan pikirannya sendiri. Dzikir belum lagi dawam dan istiqamah, tahajud belum setiap malam, tetapi sudah buru-buru bicara soal asma, soal wahdatul wujud, dan seterusnya. Benar bahwa hal-hal seperti itu bisa menjadi kajian filosofis yang menarik, dan itu tidak mengapa, tetapi jika tidak hati-hati dan rendah hati, pengetahuan itu bisa membangkitkan "api" dalam dirinya, atau membangkitkan kesadaran "nar" dalam dirinya. Padahal, dalam tradisi sufi, tujuan sebenarnya adalah mengubah kesadaran "nar" itu menjadi kesadaran "nur" dari api (neraka/nar) menjadi cahaya/nur, sebab bukankah Allah berfirman bahwa Allah adalah cahaya (nur) langit dan bumi? Kita ingat bahwa bahan bakar neraka (nar) adalah manusia dan batu. Dalam konteks ini kita sesungguhnya telah menjadi bahan bakar nar, kecuali kita mau mengubahnya menjadi nur. Syariat adalah informatif, tarekat adalah transformatif dan hakikat adalah afirmatif. selama kita belum menekuni syariat dan menjalani transformasi kesadaran melalui tarekat (dalam arti yg luas), bagaimana mungkin kita bisa mengafirmasikan hakikat? Begitulah yang selalu disalahfahami dan terlalu buru2 sehingga iblis mudah memasuki "ruhaniyah" seseorang. sufi memang pada kebanyakan sudah dicampuradukan dengan spiritualisme, padahal sufi itu Islam. Ini pulalah yang membuat sufi menjadi borok, terkesan mistik, sesat, dll.maaf jadi ikut2an panjang nih:) Wassalam, Fiyyah --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Aman FatHa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Saya aja yang jawab ya, minta izin. > > Mas Sutiyoso, > Persoalan zikir kepada Allah itu bisa membuat seseorang gila memang tidak > ada secara teori, tapi ada dalam kenyataan. > Salah seorang adik kelas saya, setelah mengamalkan zikir selama seminggu > secara rutin, tiba-tiba dia menjadi kacau. Otaknya melayang-layang seperti > orang yang tidak menginjak bumi lagi. Susah bagi saya menjelaskan > kondisinya, karena disebut gila juga tidak tepat. Itu bukan gila. Namun > kesadaran duniawinya atau kesadaran kemanusiaannya lenyap. Saya menduga saja > awalnya, ini disebabkan mentalnya tidak siap dan belum kuat. Secara teori > saya membayangkan bahwa orang yang rutin melakukan zikir dengan segala > keikhlasan dan penghayatannya akan membawa seseorang ke kondisi yang tenang > secara batin. Namun tidak terbatas itu saja, dalam rumusan sufi ada yang > disebut dengan "terbuka hijab". Dinding penghalang yang bersifat duniawi > atau manusiawi itu terbuka dan kepadanya diperlihatkan kebesaran Tuhan yang > sangat besar dan luas. > > Pada kasus adik kelas saya itu, saya menduga hijab itu dibukakan untuknya. > Ketika itu dia tidak akan merasakan lagi nikmatnya makanan ketika makan. Dia > tidak lagi melihat apa yang ada di depannya seperti yang biasa kita lihat. > Pandangannya sudah menembus rahasia di balik sesuatu dan itu bukan > kehendaknya sendiri. Ketika kesiapan mental masih lemah, pada saat itulah > kondisi seperti gila itu muncul. Dia masih belum bisa memahami lebih jauh > apa yang sedang terpampang di depannya. Dia masih belum bisa menafsirkan > rahasia yang terbuka untuknya itu. Dalam setiap detik hembusan nafas dan > setiap pandangannya, yang ia lihat hanya Allah semata. Dari mulutnya pun > akan keluar secara refleks dan terus menerus, Allah.. Allah.. Allah.. > > Akhirnya kawan-kawan saya membawanya ke rumah Habib Abdullah al- Habsyi, > ustazd di Pondok kami. Beliau menyarankan kepadanya untuk berhenti berzikir. > Bagi orang yang konseptual mainded, ini adalah saran yang lucu dan aneh. > Bukankah setiap muslim dianjurkan untuk berzikir? Namun itulah kenyataannya. > Bayangkan saja, menyampaikan saran ini saja sangat susah. Dia hanya > mendengarkan Allah. Dia seperti tidak sadar kalau secara nyata sebenarnya > dia sedang mendengarkan saran Ustadz kami itu. Karena saran itu agak aneh > sehingga susah untuk dilaksanakan, akhirnya diminta kepadanya untuk > memperbanyak shalawat. Pesannya, shalawat harus lebih banyak dari zikir yang > ia ucapkan. > > Pesan memperbanyak shalawat ini juga yang sering disampaikan oleh > ustazd-ustadz kami. Kalau saya ingin menafsirkan rahasia pesan itu, > sebenarnya adalah ingatlah pada Nabi yang Manusia itu dan Dia sebagai > manusia adalah orang yang paling dekat kepada Allah; Imamul Muttaqin. > Tujuannya, mendudukkan kembali posisi sebagai manusia sebagaimana Nabi > adalah manusia. Atau dengan kata lain, menumbuhkan kesadaran manusiawi > secara sempurna ketika (sebelum) menggapai Dzat yang abstrak yang tidak bisa > ditembus karena ketidak-sempurnaan manusia itu sendiri. Istilah sufi, wal > 'ajzu 'anil idraki idraakun. Itulah fungsi utama shalawat dalam pemahaman > saya. Alhamdulillah, anak itu perlahan-lahan bisa menginjakkan kembali > kakinya di bumi, tidak seperti al-Hallaj -:) > > Itulah maksudnya perkataan ulama, zikir itu panas dan harus diimbangi dengan > shalawat untuk mendinginkannya. > Tentu saja, ini tidak akan (atau jarang) terjadi pada orang yang berzikir > hanya mulut belaka. Ini hanya (sering) terjadi pada zikir yang penuh dengan > penghayatan dengan segenap jiwa dan perasaan, seperti kata Abu Abbas > al-Mursi, jika saya lupa kepada Allah sekejap mata, maka saya hukumkan diri > saya murtad. > > Pada sudut ini orang seringkali keliru dalam menilai, bahkan khususnya oleh > kalangan sufi sendiri, bahwa seperti al-Hallaj itulah maqam (kedudukan) yang > paling tinggi. Sebenarnya soal kedudukan (Maqam) seperti itu kita serahkan > saja kepada Allah. Namun kalau saya beranikan diri mengukurnya sesuai dengan > logika saya, kondisi seperti al-Hallaj itu malah tenggelam dan kesadaran > manusiawinya hilang. Dan orang yang dalam kondisi seperti itu sangat > beresiko apabila masih terjun di tengah-tengah masyarakat. > > Kalau kita ukur dengan konsep Wihdatul Wujud, masih ada satu tingkatan lagi > di atas al-Hallaj. Yaitu, syuhudul katsrah fil wahdah dan Syuhudul Wahdah > fil Katsrah. Dua kondisi ini setara dan sama-sama berada dalam tingkatan > yang paling tinggi. Pertama, Musyahadah yang banyak dalam Yang Satu. Kedua, > Musyahadah Yang Satu dalam yang banyak. Manusia yang padanya tergabung dua > konsep ini sekaligus hanya ada pada Nabi Muhammad Saw. Orang yang berada > dalam kondisi pertama akan lebih sering menyendiri, sedangkan orang yang > berada dalam kondisi kedua akan lebih sering terjun dalam masyarakat. Namun > yang lebih penting--dan ini yang ingin saya tekankan-- yaitu bahwa kedua > konsep ini sama-sama menonjolkan kesadaran manusiawinya. Artinya, > kesadarannya sebagai manusia, lebih umum lagi, kesadarannya sebagai makhluk. > Istilah al-Qur`an, Katakan (hai Muhammad) kepada mereka: saya ini hanya > manusia seperti kalian, diwahyukan kepada saya al-Qur`an ini... > > Penjelasan ini berdasarkan asumsi riwayat bahwa al-Hallaj memang benar > mengatakan perkataan yang mustahil itu sehingga akhirnya dia dihukum bunuh. > Sedangkan al-Hallaj dalam penelitian lain sebagai korban politik karena pro > orang-orang tertindas, maka bukan tidak mungkin kalau sebenarnya al-Hallaj > sudah mencapai Musyahadah al-Wahdah fi al-Katsrah; Menyaksikan Yang Satu > dalam yang banyak. Ketika dia melihat "yang banyak" itu teraniaya, miskin, > tidak mendapatkan keadilan, maka dia berontak karena dia menyaksikan Yang > Satu, Yang Maha Adil, Yang Maha Kaya. Dan manifestasi itu tidak sesuai > dengan kondisi mereka. Kenyataan itu yang membuatnya menginjakkan kaki di > bumi dengan dirinya sebagai manusia untuk membela. Wujudnya tentu dalam > praktik manusiawi; menuntut kepada penguasa, mendobrak tradisi kekuasaan, > dsb. Dengan itu, dia telah sempurnakan tugasnya sebagai manusia sebagaimana > tuntutan Musyahadah al-Wahdah fi al-Katsrah-nya. Dan itu yang membuatnya > terhukum. > > Dengan penjelasan ini, tudingan kotor kepada sufi yang kadang- kadang dengan > mengkonfrontasikannya dengan kehidupan Nabi dan Para Sahabat adalah keliru. > Dalam argumen-argumen yang diajukan misalnya, kita bisa baca bahwa mereka > mengatakan, konsep-konsep yang diadopsi oleh para sufi itu tidak ada dalam > kehidupan atau ajaran Nabi Saw maupun Para Sahabat sesudahnya. Saya pikir, > itulah kesalahpahaman. Hal itu, karena mereka menganggap bahwa kaum sufi > menyatakan kedudukan tertinggi itu adalah seperti al-Hallaj (sesuai asumsi > riwayat pertama), atau kondisi yang "mabuk" dan hilang kesadaran diri, > tenggelam dalam (manifestasi kebesaran) Allah. Memang bagi kalangan sufi, > itu termasuk kedudukan yang tinggi. Namun masih ada tahapan di atasnya; > seperti yang sudah saya uraikan singkat di atas, mencapai kesadaran > manusiawi. Kesadaran manusiawi dalam menggapai Allah, itulah kehidupan para > Nabi dan para Sahabat Muhammad setelahnya. > > Demikian, maaf sedikit kepanjangan dengan memberikan jawaban yang tidak > hanya sebatas pertanyaan yang diajukan. > Wassalam > > Aman > > ----- Original Message ----- > From: "SUTIYOSO WIJANARKO WIJANARKO" <[EMAIL PROTECTED]> > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> > Sent: Saturday, September 17, 2005 9:10 AM > Subject: Re: [wanita-muslimah] Bacaan Dzikir Sesudah Sholat Fardhu > > > > > > > > Gimana dimas pertanyaan saya koq engga dijawab?.. > > > > salam > > > > --- He-Man <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > >> > >> Itu berarti anda tidak pernah dzikir , setidaknya > >> tidak pernah dalam jumlah > >> banyak. > >> > >> ----- Original Message ----- > >> From: "SUTIYOSO WIJANARKO WIJANARKO" > >> <[EMAIL PROTECTED]> > >> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> > >> Sent: Saturday, September 17, 2005 12:15 AM > >> Subject: Re: [wanita-muslimah] Bacaan Dzikir Sesudah > >> Sholat Fardhu > >> > >> > >> > He-man,....he-man...eman-eman.... > >> > > >> > Dzikir itu mengingat Allah, apa betul nih > >> mengingat Allah membuat orang > >> yang mengingat Allah jadi gila?.....ini joke atau > >> serious? atau hanya mau > >> cari sensasi...? atau berpolitik? > >> > > >> > salam > >> > ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/