Hi Mas Ari,
 
Kita positif thinking aja yok kepada Jeng Anita,  seperti halnya kita semua, 
Jeng Anita ini juga lagi belajar, saya juga lagi belajar, mas Ari juga lagi 
belajar,  positif thinkingnya begini mas, siapa tahu Jeng Anita itu 
mengeluarkan pendapatnya yang menurut mas Ari kurang asyik dengan maksud supaya 
ilmunya Mas Ari keluar semua dengan maksud Jeng Anita bisa belajar dari Mas 
Ari...bagaimana?...setujua engga?  :)
Saya yakin  koq semua orang pasti berproses, begitu juga roh kita juga 
berproses sesuai dengan usia kita, pendapat Jeng Anita yang sekarang yang lagi 
sweet 17 years old tidak mungkin sama dengan pendapat Jeng Anita yang nantinya 
70 year old, nah, kita saling mendoakan saja semoga kita semua selalu 
mendapatkan karunia dari Allah.
Amin
 
salam


Ari Setyawan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Mau ikutan ya...
Pertama kok saya agak kaget ya dengan ulasan-ulasannya, terlebih dari Mbak
Anita, yang katanya harokah Cuma mbahasnya itu-itu mulu. Yang jadi
pertanyaan saya, danh ngert Belem Mbak Anita dengan yang itu-itu melulu dan
udah dilaksanaik belum? 
Sekarang kalau saya lihat teman-teman yg tadinya anak dugem lalu
tiba-tiba insyaf pakai jilbab, jadi anak manis sekali, kadang-kadang saya
agak kasihan. Kenapa kasihan? Karena mereka lalu jadi membatasi sumber
pengajaran, dan berpihak pada 1 ulama saja.
==> Komentar yang aneh, wong taubat dari dugem terus jadi anak yang Manis
kok dikasihani. Harusnya dikagumi. Tapi saya kasihan dengan Mbak Anita ini,
logikanya semrawut.

Jadi mas Mul, pemahaman instant sama sekali nggak bikin anda punya waktu
belajar lebih banyak. Justru anda malah jadi cepat puas dan
tidak ingin menambah pelajaran "di luar jalur". Kalau anda dapat yg
instant itu, berarti sudah "ready-made", sudah dibuat oleh orang
lain, dan anda hanya tinggal melahapnya saja. Alangkah lebih
menyenangkannya kalau kita bisa ikut memilih bahan-bahannya,
mempelajari cara memasaknya, lalu mengolah sendiri dan menyesuaikan
dengan lidah masing-masing.
==> Satu lagi yang aneh dari Mbak Anita, Islam kok disamain dengan masakan.
Tahu bahannya, cara masaknya dan bisa sekehendak hati seleranya. Kok
mirip-mirip JIL ya, menafsirkan Islam semau perutnya sendiri.


-----Original Message-----
From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Mhoel
Sent: Friday, November 11, 2005 10:36 AM
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Pembubaran FPI


  Terima kasih ulasannya Mbak Anita.
  Saya tidak menempatkan diri saya sbg pembela FPI. 100 % salah kalo anda
beranggapan begitu. Trus bayangan saya ini penggemar majalah dakwah yang
anda sebutkan, 100 % salah, Bahkan covernya atau domainnya saja saya ggk
pernah terlirik, karena memang tidak tertarik.

  Instan itu bhs-nya Arcon, saya hanya meng-iyakan kesok-tahuan dia menilai
saya...
  Selalu ada kosa kata utk merendahkan seseorang. Sudah kebiasaan.
  Begitu juga penilaian saya ini fundies, suka kekerasan.  Pd hal saya
paling setuju segala bentuk satgas2an dibubarkan.... ekses negatifnya lebih
byk, dan cendrung menimbulkan konflik hozontal.
  Intinya tolong menilai sesuatu itu proporsional.  Masalah2 yg timbul
jangan disorot  eksesnya sementara akar masalahnya sendiri didiemin....
Penyebabnya itu yg kudu dihajar rame2.

  Sedapat mungkin jangan merendahkan apa yg dibangun dengan maksud baik oleh
org. Mesjid sebagai tempat tumbuhnya preman (Mia), pesantren tempat org ggk
ngerti hukum (Pak DP), apa lagi....


  ----- Original Message -----
  From: "Anita Tammy" <[EMAIL PROTECTED]>
  To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
  Sent: Thursday, November 10, 2005 8:23 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Pembubaran FPI


  >
  >
  > Mas Mhoel dan Mas Arcon, saya nimbrung ya.
  >
  > Orang-orang pesantren belajar dari kecil, benar-benar dari dasar,
  > jadi hidup dengan aspek-aspek Islam secara mendalam, sehingga
  > memahami esensinya. Sudah kenyang melahap berbagai macam hadits,
  > menganalisa ayat-ayat sesuai kehidupan sekarang, mempelajari
  > berbagai macam sejarah, komplit dari ijtihadnya si A sampai si Z.
  > Sehingga, setelah dewasa ya tetap tegar diprovokasi, karena sudah
  > tahu background segala macam alasan dalam ijtihad Islam.
  >
  > Orang-orang yg ikut-ikut harokah belajar Islam setelah besar, baru
  > tahu segala macam hadits, terkaget-kaget, lalu ikut-ikutan, asalkan
  > labelnya Islami. Padahal harokah mempromosikan ulama-ulama tertentu
  > saja. Sehingga orang-orang harokah yg baru belajar ini menjadi kaget
  > kalau ternyata ada ulama-ulama lain yg pendapatnya begitu berbeda.
  > Kalau sudah kaget begini, bisa mati-matian mempertahankan pendapat,
  > dan semakin mendalami hadits-hadits acuan ulama favoritnya.
  >
  > Mas Arcon dan mungkin saya, contoh yg belajar Islam mendalam setelah
  > besar. Saya nggak pernah masuk pesantren, tapi pernah belajar Islam
  > dengan teman-teman harokah. Saya pikir mereka ahli agama karena
  > jagoan menyitir dalil. Sudah begitu, banyak sekali buku-buku yg
  > menunjang pemikiran mereka di Indonesia (terbitan penerbit-penerbit
  > tertentu), dan majalah-majalahnya juga beranak-pinak dengan harga
  > murah sehingga lebih terjangkau kantong anak sekolah.
  >
  > Ternyata, saya baru sadar bahwa mereka itu membahasnya kok itu-ituuu
  > saja (Jilbab, Rajam, Nikah, Syariat Islam, dll). Saya lalu cari
  > alternatif, setelah ketemu dengan anak-anak pesantren kok lebih
  > sejuk. Saya banyak belajar, dan pikiran saya terbuka luas. Karena
  > saya selalu belajar, maka lebih banyak sumber berarti lebih luas
  > pengetahuan, lebih dalam pemahaman. Untung saya belum masuk harokah
  > beneran, jadi belum kena doktrin untuk setia dengan harokah, dan
  > belum kena sifat-sifat fasis (tapi memang pada dasarnya saya dari
  > dulu nggak suka berkelompok sih, jadi sulit diajak masuk harokah yg
  > ketemunya orang itu-itu saja).
  >
  > Sekarang kalau saya lihat teman-teman yg tadinya anak dugem lalu
  > tiba-tiba insyaf pakai jilbab, jadi anak manis sekali, kadang-kadang
  > saya agak kasihan. Kenapa kasihan? Karena mereka lalu jadi membatasi
  > sumber pengajaran, dan berpihak pada 1 ulama saja. Tapi biasanya
  > mereka lalu tipe orang yg semangat sekali berIslam, ikut pengajian
  > dengan rajinnya. Urusan ritual agama ketat sekali. Saya pikir, tak
  > apa lah. Biarlah mereka berproses dulu, nanti kalau sudah tahu ya
  > jadi nggak bingung lagi.
  >
  > Beda dengan saya yg dari kecil dari keluarga taat beragama tapi
  > nggak fundies, biasa bergaul dengan non-Muslim, dengan berbagai
  > kalangan, karena selalu sekolah di sekolah negeri. Filosofi hidup
  > secara umum lebih banyak dipelajari dalam keluarga. Filosofi Islam
  > yg saya tahu ya kok kebetulan sejalan dengan filosofi hidup dari
  > keluarga saya. Nggak neko-neko, yg penting berakhlak dan beribadah
  > baik-baik. Ya sudah lempeng-lempeng saja dari dulu sampai sekarang.
  > Sehingga, waktu terlalu dekat dengan anak harokah, saya
  > merasakan "aneh" dan "asing": "Ini bukan Islam yg saya tahu!"
  >
  > Jadi mas Mul, pemahaman instant sama sekali nggak bikin anda punya
  > waktu belajar lebih banyak. Justru anda malah jadi cepat puas dan
  > tidak ingin menambah pelajaran "di luar jalur". Kalau anda dapat yg
  > instant itu, berarti sudah "ready-made", sudah dibuat oleh orang
  > lain, dan anda hanya tinggal melahapnya saja. Alangkah lebih
  > menyenangkannya kalau kita bisa ikut memilih bahan-bahannya,
  > mempelajari cara memasaknya, lalu mengolah sendiri dan menyesuaikan
  > dengan lidah masing-masing.
  >
  > Kalau sudah begitu, mana mungkin phobi. Yang ada malah lebih
  > memahami berbagai macam masakan, karena bahan-bahannya mirip. Mas
  > Arcon kok anda anggap phobi? Menurut saya sih, dia itu lebih
  > bijaksana menghadapi perbedaan, karena sudah merasakan mengolah
  > masakan sendiri. Dia hanya menghimbau supaya anda jangan maunya
  > makan yang itu-itu terus. Coba lah masakan lain, nggak akan
  > berbahaya untuk tubuh anda! :-)
  >
  > Allah menciptakan bahan makanan untuk kita olah dan kita masak untuk
  > kita makan supaya kita sehat. Begitu, bukan? ;-)
  >
  > Salam,
  > Anita
  >
  >
  > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mhoel" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  > >   Yah begitu kerangka berpikir anda dibangun, lebih banyak
  > prasangka
  > > jeleknya, pencitraan buruk, sepihak, membabi buta. Apa saja ada
  > Islamnya itu
  > > jelek, tapi menutup mata atas pihak yg bikin bangkrut negeri ini.
  > >
  > >   Beruntunglah saya dengan pemahaman instant, memberikan waktu
  > bagi saya
  > > untuk belajar lebih banyak. Tapi tentu bukan untuk menjadikan saya
  > phobia
  > > seperti anda.
  > >
  > >
  > >
  > >   ----- Original Message -----
  > >   From: "Ari Condro" <[EMAIL PROTECTED]>
  > >   To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
  > >   Sent: Thursday, November 10, 2005 6:15 PM
  > >   Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Pembubaran FPI
  > >
  > >
  > >   >
  > >   > aku gak ngebayangin anda seperti orang yang ikhwan banget kok.
  > >   >
  > >   > yg aku bilang anda pemikirannya kayak anak yg baruikutan
  > harokah.
  > > tipikal
  > >   > yg kayak gini penampilannya bisa macam macam, dari yg preman di
  > > penjaringan,
  > >   > tukang bakso yg dengan setianya tempel lambang pks besar
  > besar, anak
  > > punk,
  > >   > anak gaul ala si boy, model anak ikj yg nyeni, sampai yg white
  > clollars.
  > >   >
  > >   > dan karena kurang ikhwannya inilah, makanya dengan pemahaman
  > instant ini
  > >   > tampillah fundies dengan wacana kekerasan.
  > >   >
  > >   > salam,
  > >   > Ari Condro
  > >   >
  > >   > ----- Original Message -----
  > >   > From: "Mhoel" <[EMAIL PROTECTED]>
  > >   >
  > >   >   He..he..
  > >   >   Anda terlalu berkhayal jauh tentang saya... Terima kasih.
  > >   >   Mungkin anda bayangkan saya dengan sorban putih, baju koko,
  > dan doyan
  > >   > arab2an.
  > >   >   Sayang sekali saya 180 derajat tidak seperti itu, ngawur
  > bener.
  > >   >   Sampai saat ini saya masih penikmat dunia malam. Tahu
  > sendiri donk
  > > dunia
  > >   > mlm seperti apa....
  > >   >
  > >   >   Komentar2 saya anda terjemahin sbg pembelaan saya kpd FPI.
  > Pada hal
  > > saya
  > >   > justru org yg ggk setuju keberadaan kelompok seperti itu mau
  > pun
  > >   > satgas-satgasan lainnya. Anda perlu sorot itu sebenarnya
  > penegak
  > > hukumnya.
  > >   > Coba lah proporsional menilai sesuatu itu.... Jangan timpang.
  > >   >
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  > Milis Wanita Muslimah
  > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
  > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
  > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
  > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
  > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
  > Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
  > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
  >
  > This mailing list has a special spell casted to reject any attachment
....
  > Yahoo! Groups Links
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  >
  > Disclaimer: Although this message has been checked for all known viruses
  >      using Trend Micro InterScan Messaging Security Suite, Bukopin
  >            accept no liability for any loss or damage arising
  >                from the use of this E-Mail or attachments.
  >








Disclaimer: Although this message has been checked for all known viruses
     using Trend Micro InterScan Messaging Security Suite, Bukopin 
           accept no liability for any loss or damage arising
               from the use of this E-Mail or attachments.



Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links












Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 



SPONSORED LINKS 
Women Islam Muslimah Women in islam 

---------------------------------
YAHOO! GROUPS LINKS 


    Visit your group "wanita-muslimah" on the web.
  
    To unsubscribe from this group, send an email to:
 [EMAIL PROTECTED]
  
    Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 


---------------------------------



                
---------------------------------
 Yahoo! FareChase - Search multiple travel sites in one click.  

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke