Dari diskusi yang kreatif ini, satu hal yang kita semua setuju - 
berkenaan dengan 'khittah' semula, bahwa mbak Ida memahami tentang 
sudut pandang Muslim pada umumnya, bahwa N. Muhammad meninggalkan 
legacy feminism yang jarumnya mestinya berputar sesuai kejadian-
kejadian dalam ruang dan waktu. Ini point penting, karena Sato dkk 
dari dulu selalu mengimplikasikan yang sebaliknya.

Namun lebih lanjut lagi saya nembak balik ke Sato, bahwa 
pandangannya itu jangan-jangan karena warisan psikologi neurotiknya 
Barat jaman dulu terhadap sex dan perempuan. Sejujurnya, pendapat 
saya yang seperti ini nggak akan memperbaiki kondisi ummat Islam 
sendiri, tapi mudah-mudahan bisa jadi masukan kepada Sato, kalau  
bukan centilan - mbok ya introspeksi. Sudah saya katakan, persoalan 
psikologi sejarah seperti ini hanya diri kita masing-masing yang 
bisa berdamai or coming to terms. Jangan lupa diri yang berdamai itu 
akan berpengaruh baik ke orang lain loh.

Iya betul, seperti Muslim pada umumnya, saya nggak memisahkan (dalam 
wacana maupun implementasi), antara agama sebagai keyakinan dan 
feminism sebagai kebijakan publik dan politik.  Saya pikir inilah 
inti perbedaan diskusi antara mbak Ida dan Pak Ary. Maksudnya pak 
Ary 'menabrakkan' agama dan feminism saya pikir 
artinya 'mensekularkan' atau mengkotak-kotakkan. 

Bahkan, sebagai non Kristen saya merasa bahwa Yesus membawa pesan 
feminism yang sangat kental (i.e egalitarian, spiritual). Karena itu 
murid-murid awal Yesus banyak yang perempuan, dan martirnya 
perempuan. Kok saya nggak bisa ngebayangin Kristen bisa jadi agama 
resmi di Romawi tanpa murid-murid perempuan Yesus? Ini bisa jadi 
runutan sejarah yang menarik untuk digali oleh feminis Kristen.

Yesus nggak 'berpolitik' dalam arti politik praktis seperti N. 
Muhammad, karena situasinya jauuuh berbeda. Tatanan negara dan 
bermasyarakat di Palestina Yahudi dan Romawi sangat kuat, berbeda 
dengan Arab baduy barbar.  Namun ini mestinya jangan serta merta 
dibaca sebagai sekularism, tapi Yesus itu kontekstual. Kalo nggak 
kontekstual nggak bakal jadi Nabi deh. (Mohon maaf dengan sebutan 
Nabi ini).

Tapi kalau Barat membawa jaman gemilang sampai sekarang 
dengan 'sekularism', so be it. Barangkali itulah lorong sejarah yang 
harus dilalui.  Karena merupakan bagian dari masyarakat, maka 
feminism Barat pun bercorak sekular juga, seperti yang 
diimplikasikan mbak Ida. Tapi di sinipun saya liat nggak gitu-gitu 
amat. Karena di Barat pun ada upaya memperkenalkan simbolism 
yang 'compassionate', walaupun masih mentah mateng, namun inilah 
jembatan antara sekularism modern dan keyakinan beragama. Dan karena 
ada akar sejarahnya dalam pesan dan tindakan Yesus.

Jadi menghadirkan simbolism (dalam artian 'compassion'), yaitu 
memaknai kembali simbol-simbol agama kita, sementara ini kita 
setujui sebagai jembatan antar agama-agama dan sekularism modern, 
yang ditawarkan oleh feminis Barat maupun Muslim.  Simbolism 
akhirnya akan memberikan keyakinan dan inspirasi kepada kita tentang 
sifat 'kekinian' peristiwa-peristiwa sebagai tanda dan kehendak 
Allah. Saya pernah bilang, yang akan menghidupkan kehidupan kita.

Dengan Indonesia sendiri, saya mempunyai keyakinan bahwa kalau saja 
kita sudah melalui periode transisi dan krisis ini, Muslim Indonesia 
akan memberi corak baru dalam dunia Islam, yaitu Islam-simbol-
feminism. Kalau saya bilang feminis ini termasuk laki-laki bukan 
cuma perempuan doang, karena wacana feminism nggak mungkin 
tercerabut dari masyarakat. Kenapa Indonesia? Karena ringkasnya, 
sebelum India, Cina, Arab, dan terakhir Eropa datang ke Indonesia - 
saya meyakini Indonesia adalah merupakan peradaban terakhir Dunia 
Lama yaitu feminism, apapun disebutnya matriarchal, matrilineal. 
Kalau anda berjalan dari Sabang sampe Timika, jejak-jejak ini 
keliatan - if you pay close attention to it.

Ya saya setuju dengan pikiran inti bahwa agama-agama Dunia Baru ini 
(hampir semua agama), adalah androsentris yaitu male-dominated yang 
mereduksi peran female. Inilah kenyataan sejarah yang kita lalui, so 
be it. Mengapresiasi sejarah adalah menerima 'kekinian' itu. I hope 
I dont sound too preachy. It's so difficult to describe my thoughts 
along this line.

Pikir saja, sejarah tercatat kan paling banter sejauh 3000 SM, dan 
bahkan Indonesia sendiri abad ke 10 aja nggak jelas! Jadi sebelum 
3000 SM kita semua ngapain aja? 5000 years is such a short history 
compared to the Old World! Thank God bahwa Quran menempatkan Ratu 
Balqis dari jaman kuno itu dengan derajat yang tinggi sekali. Inilah 
catatan feminism yang tertua dalam kitab suci.

Sayangnya akhir-akhir ini di Indonesia chauvinism keliatan seperti 
mau melindas Islam-simbol-feminis ini, yang belum lagi bangkit ini. 
Apakah ini suatu geliat atau bagaimana, masih belum bisa 
diperkirakan kalau kita sendiri belum bisa menawarkan solusi-solusi 
kontekstual yang menyatukan perbedaan, yang dapat memberi 
kepercayaan diri kepada Indonesia yang lagi nggak pede ini.

So perjalanan feminism memberi corak dalam pengertian kita beragama 
masih panjang. Di pelem-pelem (misalnya Gone the Wind), selalu 
ditampilkan sosok perempuan melangkah ke depan menuju sinar 
bercahaya. 

Salam
Mia
(mbak Ida, saya terlahir feminis barangkali, tapi trainingnya bukan 
di feminism, tapi finansial hehehe...jadi malah kurang familiar 
dengan istilah-istilah canggih feminist school).


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "idakhouw" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ary Setijadi Prihatmanto"
> <asetijadi@> wrote:
> >
> 
> > Jadi kesimpulannya, secara inheren sebetulnya nggak ada masalah 
dengan
> > feminisme.
> > Lha wong setiap kali muslim belajar sejárah Nabi dari kecil, 
cerita
> awalnya
> > ya ttg hal itu.
> 
> 
> 
> > Problemnya ya di orang-orangnya.
> 
> -----> GOTCHA :-)   kalau Mas Ary percaya ini, maka tidak akan 
membuat
> pernyataan di bawah ini:))  :
> 
> 
> > Memang relasi manusia dan lingkungannya itu kan kompleks.
> > Oleh karena itu menabrakkan agama dg. feminisme itu juga nggak 
terlalu
> > tepat, gitu lho maksud saya.
> 
> 
> Kok jadi menabrakkan?? 
> Feminisme (kalau berhasil) justru akan berjasa besar MEMBERSIHKAN
> agama dari bias2 (dari bias "ORANG-ORANG" itu), memunculkan 
mutiara2
> agama!! 
> 
> Wass,
> Ida.
>






Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke