Tuhan memilih nabinya itu so pasti. No problem.

Yang kita diskusikan disini: apa yang kita pahami ttg keyakinan kita
sendiri pada 'kalamullah' dan bagaimana dampaknya kepada kehidupan
sehari-hari.

Note: kita membicarakan action kita sendiri, bukan kehendak Tuhan!

Kita terbiasa berpikir sekuler, karena memang situasi kita yang
manusiawi ini, terpaksa memisahkan kalam Tuhan dan penerimanya Nabi
sebagai dua terpisah yang berhadap-hadapan.  Apa akibatnya? Ada
jurang besar di antaranya, yang terpaksa kita percayai begitu saja.
This cannot be the real thing.

Apa yang harus kita lakukan? Ubahlah sudut pandangmu untuk menerima
kenyataan selama ini yang sudah terjadi: kalamullah itu adalah mitos
sumber daya kehidupan kita. Dan lautan mitos itu tak terbatas dalam
kreativitas kita sendiri. Jadi jurang besar ini terjembatani dengan
sendirinya. Pada kenyataannya, mitos wahyu Quran pernah mengantarkan
Muslim ke peradaban tinggi.

Di saat yang sama ada cara pandang yang memasukkan ide (wahyu) dari
mitos tak terbatas itu ke dalam diri nabi, dan bekerja dari dalam.
Artinya Pak Wida, nabi tuh berpikir dan menjangkau - sebelum dan
sesudah menerima wahyu. Ini nggak bertentangan sama sekali dengan
keyakinan 'kata-kata Tuhan'.

Apa artinya bagi kita sekarang? Kalamullah adalah mitos tak
terbatas, yang akan menghidupi kreativitas kita - termasuk pake
jilbab ato nggak pake jilbab.

Pada saat yang sama kita memberdayakan mitos itu dari dalam diri
kita sendiri - kan udah dicontohin Nabi dan ummat terdahulu.

Nggak heran para sufi bilang: bacalah Quran seolah ketika itu
diturunkan ke padamu sendiri.

Salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
>
> Saya rasa tidak semua orang dapat menjadi nabi, sekalipun misalnya
wahyu
> itu adalah sesuatu yang datang dari luar dirinya. Saya rasa tetap
ada
> kapasitas ruhani tertentu untuk bisa menjadi nabi. Seorang yang
ruhaninya
> sudah bersih dan memang sangat concern dengan masalah umatnya.
Tetapi
> tetap Tuhan memilihnya. Karena kenabian tidak bisa dijangkau
dengan usaha
> pembersihan diri secara manusiawi. Ada usaha sekuat tenaga, tetapi
pada
> akhirnya Tuhan memilihnya, Tuhan membantunya untuk bisa menjadi
nabi.
> Karena wahyu, pesan Tuhan, kata-kata Tuhan, membutuhkan media yang
suci,
> bersih untuk sampai kepada manusia. Tidak sembarangan media.
Jibril
> sebagai pembawa wahyu disebut juga Ruhul Kudus di dalam al-Qur'an.
Ruh
> yang suci yang membawa "kata-kata" Tuhan itu. Untuk bisa "match"
antara
> Jibril dan nabi, maka ruh seorang nabi juga perlu suci dan bersih
untuk
> bisa menerima pesan yang dibawa oleh Jibril. Nah, apakah mas Arcon
siap?
> Kalaupun siap kan belum tentu dipilih? 8-)
>
> Salam,
>
>
>
>
> "Mia" <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> 04/19/2006 08:56 PM
> Please respond to
> wanita-muslimah@yahoogroups.com
>
>
> To
> wanita-muslimah@yahoogroups.com
> cc
>
> Subject
> [wanita-muslimah] Re: wm dan Nabi (was : Gambaran Syurga,
>

> Pak Sabri, maksutku pengetahuan intuitif yang 'cespleng' yaitu
> ketika ngebandingin waktu yang singkat seumur tugas para Nabi
dengan
> dampaknya ribuan tahun kemudian, gitu loh. Pengetahuan intuitif
yang
> seketika itu menemukan jalannya ribuan tahun kemudian pada jaman
> yang rasional atau irrational (for better or worse).
>
> Apa maksutnya Pak Wida dengan wahyu yang datang kepada Nabi 'di
luar
> dirinya' dan bukan hasil pemikiran Nabi? Mungkin maksut Pak Wida
> untuk menekankan bahwa Quran itu adalah 'kata-kata Tuhan' - the
Word
> of God.
>
> Saya nggak akan mendebat keyakinan Quran sebagai 'perkataan
Tuhan',
> seperti juga saya nggak akan menyangkal 'kewahyuan' Yesus. Wong
saya
> juga yakinnya begitu kok.
>
> Tapi simaklah bagaimana kita memahami keyakinan kita sendiri dan
apa
> dampaknya pada kehidupan dan pengalaman kita.
>
> Kalau memahami 'kata-kata Tuhan' secara harafiah sedemikian rupa
> sehingga seolah Nabi nggak mikir dan nggak punya peran - yang Pak
> Sabri bilang ya bener - nggak usahlah nabi, Arcon saja sebagai
Duta
> Besar WM...:-)
>
> Kenapa kita memahaminya begitu? Karena kita sudah terbiasa
berpikir
> sekuler, yaitu memahami sesuatu yang lain berhadap-hadapan dengan
> kita. Memahami bahwa pikiran itu terpisah sama sekali dari obyek.
>
> Padahal ada kemungkinan untuk memahami peran nabi sebagai 'active
> recipient' - berdasarkan pemikiran bahwa pikiran/ide (i.e wahyu)
itu
> nggak terpisah mengatur sesuatu dari luar, tapi 'inheren' di dalam
> obyeknya sendiri (i.e Nabi).
>
> Think.
>
> Salam
> Mia
>






Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....




SPONSORED LINKS
Women Islam Muslimah
Women in islam


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke