mungkin bisa jadi diskusi menarik saat ahmadiyah melihat alquran.
bagaimana sebenarnya kita melihat alquran?

apakah kita menskaralkan kitab tersebut? sehingga tak boleh menyentuh
tanah? apakah orang yg sedang menstruasi tak boleh menyentuh kitab itu
dan kiat suci ini tak boleh dibawa ke wc? lalu apa pemaknaan alquran
sebenarnya dikarenakan pada awal mulanya alquran bukanlah dalam bentuk
buku dan tulisan tetapi sebuah  wahyu yg dihapal dalam kepala para
sahabat. lalu mengapa saat ini kita mensakralkan bukunya? bagaimana
perlakuan kita pada, cd, dvd yg didalamnya terdapat ayat alquran?
dan bagaimana perlakuan jika ada orang yg dapat menghafal alquran?
apakah sama dengan kitab alquran jugadikarenakan dia juga memiliki
kandungan ayat alquran?




On 6/26/06, H. M. Nur Abdurrahman <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 1. Huruf dari teks berfungsi menjaga keaslian teks, tetapi huruf itu sendiri
> tidak sakral. Seri 606+607 di bawah contohnya.
> 2. Harus bertitik tolak dari tekstual murni menuju kontekstual. Seri 732 di
> bawah contohnya.
> HMNA
> ******************************************************************
> 1
> BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
>
> WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
> [Kolom Tetap Harian Fajar]
> 606. Kegenitan Intelektual
>
> Sebermula akan dikutip "coretan" tiga orang:
>
> 1. Arthur Jeffery, orientalis campuran Australia-Amerika menulis:
> Sura I of the Koran bears on its face evidence that it was not originally
> part of the text, but was a prayer composed to be placed at the head of the
> assembled volume, to be recited before reading the book, a custom not
> unfamiliar to us from other sacred books of the Near East [The Muslim World,
> Volume 29 (1939), pp. 158-162. The Text of the Qur'an Answering Islam Home
> Page]
>
> 2. Luthfi Asysyaukani (LA), dosen Sejarah Pemikiran Islam di Universitas
> Paramadina, Jakarta, dan Editor jaringan yang menamakan dirinya Jaringan
> Islam Liberal menulis al:
> --Alquran kemudian mengalami berbagai proses "copy-editing" oleh para
> sahabat, tabi'in, ahli bacaan, qurra, otografi, mesin cetak, dan kekuasaan.
> Kaum Muslim juga meyakini bahwa Alquran yang mereka lihat dan baca hari ini
> adalah persis seperti yang ada pada masa Nabi lebih dari seribu empat ratus
> tahun silam. Keyakinan semacam itu sesungguhnya lebih merupakan formulasi
> dan angan-angan teologis (al-khayal al-dini) yang dibuat oleh para ulama
> sebagai bagian dari formalisasi doktrin-doktrin Islam.
> --Ibn Mas'ud, seorang sahabat dekat Nabi, misalnya, memiliki mushaf Alquran
> yang tidak menyertakan surah al-Fatihah (surah pertama). Al Fatihah hanyalah
> "ungkapan liturgis" untuk memulai bacaan Alqur'an. Ini merupakan tradisi
> populer masyarakat Mediterania pada masa awal-awal Islam.
> --Kemudian muncul beragam bacaan yang berbeda akibat absennya titik dan
> harakat (scripta defectiva).
> --Kemungkinan besar hadis tujuh huruf adalah rekayasa para ulama belakangan
> untuk menjelaskan rumitnya varian-varian dalam Alquran yang beredar. Saya
> kira, varian-varian dan perbedaan bacaan yang sangat marak pada masa-masa
> awal Islam lebih tepat dimaknai sebagai upaya kaum Muslim untuk membebaskan
> makna dari kungkungan kata. Seperti dikatakan seorang filsuf kontemporer
> Perancis, teks --dan apalagi teks-teks suci-- selalu bersifat "repressive,
> violent, and authoritarian." Satu-satunya cara menyelamatkannya adalah
> dengan membebaskannya. Jika ada pelajaran yang bisa diambil dari sejarah
> pembentukan Alquran, saya kira, semangat pembebasan terhadap teks itulah
> yang patut ditiru, tentu saja dengan melakukan kreatifitas-kreatifitas baru
> dalam bentuk yang lain. [Dari: http://www.islamlib.com/id/page.php
> Merenungkan Sejarah Alquran Tanggal dimuat: 17/11/2003]
>
> 3. Taufik Adnan Amal (TAA), dosen mata kuliah ulumul Quran di IAIN Alauddin
> Makassar, aktivis jaringan yang menamakan dirinya Jaringan Islam Liberal, al
> menulis:
> --Bagi rata-rata sarjana Muslim, "keistimewaan" rasm utsmani merupakan
> misteri ilahi dan karakter kemukjizatan al-Quran. Tetapi, pandangan ini
> lebih merupakan mitos.
> --Aksara primitif Arab (scriptio defectiva) yang digunakan ketika itu untuk
> menyalin al-Quran masih membuka peluang bagi pembacaan teks secara beragam.
> Selain ketiadaan tanda vokal, sejumlah konsonan berbeda dalam aksara ini
> dilambangkan dengan simbol-simbol yang sama. [www.Islamlib.com Al-Quran
> Antara Fakta dan Fiksi Tanggal dimuat: 25/11/2001]
> --Ada hal lainnya, yang luput dari pembacaan anda, yakni penyempurnaan
> ortografis mushaf utsmani. (Surat TAA kepada Ass. Prof. Dr. Ugi Suharto,
> Dosen di Kulliyyat ISTAC-IIUM, Mlaysia, bertanggal 11 Januari 2002).
>
> ***
>
> Baik LA maupun TAA kurang jujur, karena tidak menyebutkan dari mana keduanya
> mendapatkan sejumlah gagasan, jadi seakan-akan gagasan itu timbul dari benak
> keduanya. Ketiadaan Surah Al Fatihah dalam Mushhaf Ibn Mas'ud, "ditafsirkan"
> oleh LA seperti kita lihat dalam kutipan di atas, bahwa Al Fatihah hanyalah
> "ungkapan liturgis" untuk memulai bacaan Alqur'an. Ini merupakan tradisi
> populer masyarakat Mediterania pada masa awal-awal Islam. LA menjiplak tanpa
> menyebut nama orientalis AJ yang menulis seperti di atas itu, bahwa
> (terjemahan bebas): Surah Al Fatihah bukanlah bagian dari teks Al Quran,
> melainkan berupa susunan do'a yang ditempatkan pada permulaan kumpulan
> volume (maksudnya teks Al Quran), untuk dibaca sebelum membaca Al Quran,
> suatu kebiasaan yang lazim seperti pada waktu membaca kitab-kitab suci
> lainnya di Timur Dekat." Padahal secara akal sehat, walaupun dalam Mushhaf
> Ibn Mas'ud itu tidak ada dituliskan Al Fatihah, tidaklah mungkin Ibn Mas'ud
> menganggap bahwa Al Fatihah bukanlah bagian dari Al Quran, karena shalat
> tidak shah, jika setiap raka'at tidak dibaca Al Fatihah. Lagi pula bukankah
> semua tulisan di luar Mushhaf 'Utsmani semuanya dibakar, lalu dari mana
> orang tahu bahwa dalam Mushhaf Ibn Mas'ud itu tidak ada Al Fatihah? (Setiap
> turun wahyu, maka penempatan ayat ataupun "paket" ayat-ayat adalah atas
> petunjuk Nabi Muhammad SAW kepada para juru tulis. Tentu saja ada beberapa
> sahabat al. seperti Ibn Mas'ud, dengan inisiatif sendiri menuliskan
> ayat-ayat itu, ada yang lengkap, ada yang tidak lengkap, tidak tersusun
> rapi. Catatan-catatan para sahabat yang cerai berai yang dituliskan di atas
> apa saja tersebut, itulah semua yang dimusnahkan, untuk menghindarkan
> kekacauan cara menulis, susunan Surah dan susunan ayat, kelak di belakang
> hari).
>
> Demikian pula LA menulis "Kemudian muncul beragam bacaan yang berbeda akibat
> absennya titik dan harakat (scripta defectiva)." Secara substantif serupa
> dengan tulisan TAA: Aksara primitif Arab (scriptio defectiva) yang digunakan
> ketika itu untuk menyalin al-Quran masih membuka peluang bagi pembacaan teks
> secara beragam. LA dan TAA menjiplak ini dari karya orientalis Ignaz
> Goldziher yang terjemahan bahasa Indonesianya seperti berikut: "Perbedaan
> bacaan adalah disebabkan karena text Usmani itu pada asalnya tidak ada titik
> dan harakahnya." [Die Richtungen der islamischen Korananslegung", E. J.
> Brill, Leiden, 1970, blz. 3-4]. Teori Goldziher bertentangan dengan sabda
> RasuluLlah: "Al Quran ini diturunkan dalam 7 ahruf, maka bacalah dengan cara
> bacaan yang termudah bagimu (R. Bukhari 2287 dan Muslim, 818). Jadi dari
> Rasm 'Utsmani langsung secara serempak (bukan berkembang) dapat dibaca 7
> ahruf (gaya bacaan), yang kita kenal hingga kini dengan qiraat 7 (7-bacaan).
> Shahih Bukhari dan Muslim dikatakan oleh LA: hadis tujuh huruf adalah
> rekayasa para ulama yang belakangan. Na'udzubiLlah, liberal nian si LA ini,
> yang lebih percaya teori "berkembang" dari orientalis Goldziher ketimbang
> informasi "serempak" 7 ahruf dari Shahih Bukhari wa Muslim. Alhasil LA
> maupun TAA melakukan kegenitan intelektual dengan menimba dari sumur
> orientalis dengan mengenyampingkan Shahih Bukhari dan Muslim. Silakan
> ditunggu sambungannya Ahad depan, insya Allah. WaLlahu a'lamu bisshawab.
>
> *** Makassar, 21 Desember 2003.
>     [H.Muh.Nur Abdurrahman]
> =======================
> BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
>
> WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
> [Kolom Tetap Harian Fajar]
> 607. Semangat Liberal yang Kebablasan
>
> Kutipan-kutipan yang masih akan dijawab.
>
> 1. Arthur Jeffery (AJ), orientalis campuran Australia-Amerika, menulis al:
> Sura I of the Koran was not originally part of the text. [The Muslim World,
> Volume 29, 1939]
>
> 2. Luthfi Asysyaukani (LA), dosen Sejarah Pemikiran Islam di Universitas
> Paramadina, Jakarta, dan Editor jaringan yang menamakan dirinya Jaringan
> Islam Liberal, menulis al:
> --Alquran kemudian mengalami berbagai proses "copy-editing". Kaum Muslim
> meyakini bahwa Alquran yang mereka lihat dan baca hari ini adalah persis
> seperti yang ada pada masa Nabi. Keyakinan semacam itu sesungguhnya lebih
> merupakan angan-angan teologis.
> --Seperti dikatakan seorang filsuf kontemporer Perancis, teks --dan apalagi
> teks-teks suci-- selalu bersifat "repressive, violent, and authoritarian."
> Satu-satunya cara menyelamatkannya adalah dengan membebaskannya. Jika ada
> pelajaran yang bisa diambil dari sejarah pembentukan Alquran, saya kira,
> semangat pembebasan terhadap teks itulah yang patut ditiru. [Dari:
> http://www.islamlib.com/id/page.php Merenungkan Sejarah Alquran Tanggal
> dimuat: 17/11/2003]
>
> 3. Taufik Adnan Amal (TAA), dosen mata kuliah ulumul Quran di IAIN Alauddin
> Makassar, aktivis jaringan yang menamakan dirinya Jaringan Islam Liberal, al
> menulis:
> --Bagi rata-rata sarjana Muslim, "keistimewaan" rasm utsmani merupakan
> misteri ilahi dan karakter kemukjizatan al-Quran. Tetapi, pandangan ini
> lebih merupakan mitos.
> [www.Islamlib.com Al-Quran Antara Fakta dan Fiksi Tanggal dimuat:
> 25/11/2001]
> --Ada hal lainnya, yang luput dari pembacaan anda, yakni penyempurnaan
> mushaf utsmani. (Surat TAA kepada Ass. Prof. Dr. Ugi Suharto, Dosen di
> Kulliyyat ISTAC-IIUM, Malaysia, bertanggal 11 Januari 2002).
>
> ***
>
> LA, AJ dan TAA membahas dengan orientasi proses, yaitu pendekatan historis.
> Akan disungkurkan dengan pembahasan berorientasi output, yaitu output teks
> Al Quran ejaan 'Utsman (Rasm 'Utsmaniy) dengan pendekatakan matematis. Allah
> berfirman:
> -- ANA  NhN  NZLNA  ALDzKR  WANA  LH  LhFZhWN  (AlhJR,  15:9), dibaca: inna-
> nahnu nazalnadz dzikra wainna- lahu- laha-fizhu-n, artinya: Sesungguhnya
> telah Kami turunkan Al Dzikr (Al Quran) dan sesungguhnya Kami memeliharanya.
> Cara Allah memelihara teks Al Quran ialah:
> -- 'ALYHA TS'AT 'ASYR (S. ALMDTSR, 30), dibaca: 'alayha- tis'ata 'asyar (al
> muddatstsir), artinya: Padanya sembilan belas (74:11). Rasm 'Utsmany
> dikontrol oleh sistem keterkaitan matematis angka 19, disingkat dengan
> "sistem 19". Tentang Allah SWT menurunkan perangkat kontrol dengan sistem 19
> telah berulang kali ditampilkan dalam Serial ini, yang terakhir adalah Seri
> 600, berjudul: "Jawaban yang Mendahului Bantahan, Suatu Mu'jizat,"
> bertanggal 9 November 2003. Perlu dicatat bahwa agama Bahai juga memungut
> angka 19 dari Al Quran, namun dijadikannya khurafat dengan mensakralkan
> angka 19, yaitu dipengaruhi oleh filsafat Yunani aliran Phytagorean yang
> mensakralkan bilangan.
>
> Marilah kita sungkurkan/patahkan satu demi satu kutipan-kutipan dari ocehan
> AJ, LA dan TAA.
>
> Kita mulai dengan menyungkurkan JA, yang memfitnah bahwa Surah Al Fatihah
> bukan bagian dari Al Quran. Jumlah Surah dan juga Basmalah 114 = 6 x 19.
> Kalau S. Al Fatihah bukan bagian dari Al Quran, maka jumlah Surah, demikian
> pula Basmalah cuma 113, bukan sistem 19. Dengan alat kontrol sistem 19
> tersungkurkanlah JA dan LA yang membeo kepada JA (lihat Seri 606).
>
> Khusus giliran LA. Orang liberal ini memfitnah bahwa Al Quran kemudian
> mengalami berbagai proses "copy-editing". Kalau mengalami "copy editing",
> satu kata saja yang diubah hurufnya, seperti kata shalat menurut Rasm
> 'Utsmany: Shad, Lam, Waw, Ta, diubah menjadi Shad, Lam, Alif, Ta, maka
> sistem 19 akan mengontrol. Jumlah huruf Alif + Lam + Mim dalam Surah 2, 3,
> 7, 13, 29, 30, 31, 32, yaitu 12312 + 8493 + 5871 = 26676 = 1404 x 19(*).
> Kalau Waw diganti dengan Alif dalam kata shalat, maka akan rusaklah sistem
> 19 dalam jumlah huruf Alif + Lam + Mim dalam ke-8 Surah yang di atas itu.
> Alhasil fitnahan LA tentang proses "copy-editing" telah disungkurkan.
> Perubahan redaksional akibat "copy-editing" akan mengubah jumlah huruf yang
> akan mengakibatkan data numerik berubah pula, tidak terkait lagi dengan
> sistem kontrol angka 19 tsb. Kegenitan LA dengan arogansinya mengejek bahwa
> kaum Muslimin berangan-angan teologis, telah disungkurkan dengan
> disungkurkannya fitnahan LA tentang proses "copy-editing" tersebut.(**)
>
> Terakhir gilirannya TAA. Kegenitan intelektual TAA tidak terangsang oleh
> salah satu "keanehan" dari Rasm 'Utsmany. Bukankah ambisinya itu adalah
> penyempurnaan Rasm 'Utsmany, seperti surat TAA kepada Ugi Suharto? Tulisan
> bismi dalan bismillah, yaitu 3 huruf BSM berbeda dengan bismi dalam bismi
> rabbik, yaitu 4 huruf BASM. Hai TAA, di mana itu "semangat liberal" dan
> kegenitan intelektualnya itu? Tulis saja bismi dalam bismillah dengan 4
> huruf supaya sama dengan tulisan bismi dalam bismi rabbik, karena bukankah
> bismi itu dari bi + ismun? Itu tandanya kegenitan TAA hanya terbatas dalam
> menimba dari sumur orientalis saja. Tidak ada kedua masalah BSM dan BASM
> dalam "sumur" para orientalis, jadi tidak tertimba oleh TAA. Mari kita
> lihat! Kalau bismi dalam bismillah dituliskan menurut semestinya bi + ismun,
> yaitu BASM, maka jumlah huruf dalam bismilla-hirrahma-nirrahiym = 20. Boleh
> hitung sendiri: BASMALLHALRhMNALRhYM. Tetapi kalau bismi ditulis BSM,
> dicopot alif, maka jumlah huruf akan menjadi 19. Sebaliknya jika bismi dalam
> bismi rabbik ditulis dengan BSM, maka S. Al 'Alaq 1-5 [SK Muhammad diangkat
> Allah menjadi Nabi], jumlah hurufnya sebanyak 75. Kalau ditulis BASM maka
> jumlah huruf mrnjadi 76 = 4 x 19. Keanehan bismi ditulis BSM dan BASM itulah
> salah satu "keistimewaan" Rasm 'Utsmani yang diejek oleh TAA sebagai mitos.
> Data numerik bukanlah mitos. Arogansi TAA itu disungkurkan oleh alat kontrol
> sistem 19.
>
> "Kemu'jizatan" teks al Quran yang ditulis menurut Rasm 'Utsmany yang diejek
> oleh TAA sebagai mitos, telah tersungkurkan dengan data numerik
> Alif+Lam+Mim. Mana bisa manusia bisa bikin data numerik 26676 = 1404 x 19
> itu. Itu adalah mu'jizat, hai TAA.(**)
>
> ***
>
> Alhasil, provokasi LA, sebagai editor jaringan yang menamakan dirinya
> Jaringan Islam Liberal, bahwa "semangat pembebasan terhadap teks itu patut
> ditiru," dengan bertumpu diatas filosof kontemporer Perancis (kok LA tidak
> menyebutkan nama filosof agnostik itu?), maka  tahulah kita "semangat"
> liberal kelompok yang menamakan dirinya Islam Liberal, adalah semangat
> liberal yang kebablasan, yang bertumpu di atas paradigma benak dari seorang
> FILOSOF AGNOSTIK. Suatu kegenitan intelektual yang bukan hanya menolak
> pendekatan tekstual melainkan bertujuan lebih dalam dari itu, yakni
> membebaskan diri dari kungkungan teks Al Quran. Maka sungguh tidak patut
> jaringan ini menyandang predikat Jaringan Islam Liberal (JIL), melainkan
> Jaringan Aliran Kepercayaaan Liberal (JAKL). WaLlahu a'lamu bisshawab.
>
> *** Makassar, 28 Desember 2003
>     [H.Muh.Nur Abdurrahman]
> ---------------------------
> (*)
> Data numerik huruf-huruf ini menunjukkan keaslian teks Al Quran Rasm
> 'Utsmany. Karena tanpa keaslian itu, artinya jika ada perubahan satu huruf
> saja, maka rusaklah sistem keterkaitan angka 19, sebagai alat kontrol
> keaslian teks Al Quran Rasm 'Utsmany.
> (**)
> Kemu'jizatan yang ditunjukkan teks Al Quran Rasm 'Utsmany bukanlah mitos
> seperti difitnahkan oleh TAA, ditunjukkan oleh data numerik yang dikemukakan
> oleh Seri 577 di bawah, yang sekaligus pula Seri 577 itu menunjukkan
> keaslian teks Al Quran Rasm 'Utsmany. .
> -----------------------------
>
> BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
>
> WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
> [Kolom Tetap Harian Fajar]
> 577. Melacak Sistem Keterkaitan
>      antara Bilangan 19 dengan 30 dalam AL Quran
>
> Sudah lama sekali kita tinggalkan matematika dalam hubungannya dengan Al
> Quran. Padahal halaman tempat kolom ini "bermukim" menyangkut Sains dan
> Teknologi.
>
> 'ALYHA  TS'At  'ASYR (S. ALMDTSR, 30), dibaca: 'alayha- tis'ata 'asyara (s.
> almuddatstsir), artinya: Padanya 19. Bilangan 19 tersebut terdapat dalam
> ayat 30. Marilah kita lacak sistem keterkaitan antara bilangan 19 dengan 30.
>
> [1]. Daftar bilangan bulat dalam Al Quran, yaitu:
>
> Bilangan Substansi yang Ditunjuk
>
>  1 Allah [112:1]
>  2 kerusakan [17:4]
>  3 hari [2:196]
>  4 hitungan bulan (syahr, month) [2:226] , sumpah atas nama Allah [24:6]
>  5 orang [18:22]
>  6 hari [7:54]
>  7 langit [2:29], tahun [2:47], tangkai pohon [2:261], tangkai gandum
> [12:43],
>   jalur [22:17], malam [69:7]
>  8 pasangan binatang ternak [39:6], hari [69:7]
>  9 tahun [18:25]
>        10 orang [8:65]
>        11 bintang [12:4]
>        12 hitungan bulan  (syahr, month) [9:36]
>        19 ----- [74:30]
>        20 orang [8:65]
>        30 malam [7:142], hitungan bulan (syahr, month) [46:15]
>        40 malam [2:51] , tahun [5:26], [46:15]
>        50 tahun [29:14], [22:47]
>        60 orang [58:4]
>        70 ampunan [9:80], laki-laki [7:155], hasta [70:32]
>        80 cambukan [24:4]
>        99 kambing [38:23]
>       100 orang [8:66]
>       200 orang [8:65]
>       300 tahun [18:25]
>      1000 malaikat [8:9], hitungan bulan (syahr, month) [97:3], tahun
> [22:47]
>      2000 orang [8:66]
>      3000 malaikat [3:124]
>      5000 malaikat [3:125]
>     50000 kepada tahun [70:4]
>    100000 orang [37:147]
>
> Perhatikan daftar bilangan di atas. Secara isi dan redaksional bilangan 19
> dalam Al Quran lain dari bilangan-bilangan lain, yaitu hanya bilangan 19
> yang tidak menunjuk substansi.
>
> Kejelasan: Para Pemuda Penghuni Gua lamanya dalam gua 309 tahun. Umur Nabi
> Nuh AS 950 tahun, mengapa tidak ada angka-angaka 306 dan 950 dalam daftar di
> atas? Perhatikan gaya redaksional Al Quran dalam menyebut lamanya pemuda itu
> dalam gua: tsala-tsa miatin siniyna wazdaaduw tis'an [18:25], tiga ratus
> tahun bertambah lagi sembilan. Gaya ini menunjukkan bilangan 300 dan 9
> masing-masing berdiri sendiri. Ini merupakan hasil penjumlahan dua bilangan
> bulat 300 dengan bilangan bulat 9. Jadi kalau dalam notasi matematis
> wajahnya demikian: 300 tahun + 9 tahun = 309 tahun. Bilangan bulat 309
> tersembunyi. Demikianlah bilangan 309 dipecah menjadi 300 dengan 9. Ini
> boleh dilihat dalam daftar di atas: 300 [18:25] dan 9 [18:25]. Demikian pula
> tentang umur Nabi Nuh AS. Gaya redaksional Al Quran: Alfa sanatin illa-
> khamsiyn, artinya 1000 kecuali 50. Bilangan 950-pun secara redaksional
> dipecah dua menjadi 1000 dengan 50. Ini dapat dilihat dalam daftar di atas:
> 1000 [22:47] dan 50 [22:47].
>
> [1.1]. Daftar bilangan bulat dalam Al Quran di atas itu menunjukkan ada 30
> jenis bilangan bulat. Jumlah jenis bilangan bulat dalam Al Quran itu
> "sengaja" didisain Allah berjumlah 30 jenis. Andaikata tidak terjadi
> pemecahan angka 309 menjadi angka 300 dan angka 9 serta pemecahan angka 950
> menjadi angka 1000 dan angka 50, seperti yang dikemukakan dalam "Kejelasan"
> di atas itu, maka jumlah jenis bilangan bulat dalam Al Quran bukanlah 30
> jenis.
>
> [1.2]. Kalau ke-30 jenis bilangan bulat itu dijumlahkan akan diperoleh:
> 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10 + 11 + 12 + 19 + 20 + 30 + 40 + 50 +
> 60 + 70 + 80 + 99 + 100 + 200 + 300 + 1000 + 2000 + 3000 + 5000 + 50,000 +
> 100,000 = 1621146 = 19 x 8534. Sekiranya angka 309 tidak dipecah menjadi
> angka 300 dan 9 serta pemecangan angka 950 menjadi angka 1000 dan 50, maka
> jumlah bilangan bulat dalam Al Quran tidak akan dapat dibagi 19.
>
> [1.3] Di samping keistimewaan secara redaksional dan isi ayat, (19 tidak
> menunjuk substansi spesifik), maka secara substantif bilangan 19 mempunyai
> pula keistimewaan, yaitu:
>
>  19  1 + 9 = 10  1 + 0 = 1
>  38  3 + 8 = 11  1 + 1 = 2
>  57  5 + 7 = 12  1 + 2 = 3
>  76  7 + 6 = 13  1 + 3 = 4
>  95  9 + 5 = 14  1 + 4 = 5
> 114  1 + 1 + 4         = 6
> 133  1 + 3 + 3         = 7
> 152  1 + 5 + 2         = 8
> 171  1 + 7 + 1         = 9
> 190  1+9+0 = 10  1 + 0 = 1
> 209  2+0+9 = 11  1 + 1 = 2
> 228  2+2+8 = 12  1 + 2 = 3
> dst, dst, dst
>
> [2]. Lihat urutan bilangan bulat ini: 11  12  13  14  15  16  17  18  19  20
> 21  22  23  24  25  26  27  28  29 - 30. Bilangan bulat 20 dalam urutan di
> atas itu tidak termasuk jenis bilangan komposit (bilangan yang terdiri atas
> campuran satuan, puluhan, ratusan dst). Jadi bilangan 30 terletak dalam
> urutan ke-19, sesudah urutan bilangan komposit. Inilah keistimewaan
> substantif bilangan 30 dan keterkaitannya dengan bilangan 19.
>
> [3]. susunan bilangan prima dalam rentang bilangan hingga 114 (jumlah Surah
> dan Basmalah):
>    2   3   5   7  11  13   17   19   23  29
>   31  37  41  43  47  53   59   61   67  71
>   73  79  83  89  97 101  103  107  109 113
>
> [3.1]. Bilangan prima dalam urutan ke-19 yaitu 67. Surah 67 mempunyai ayat
> sebanyak 30.
>
> [3.2]. Bilangan prima dalam urutan tertinggi dalam rentang bilangan hingga
> 114, yaitu 113 menempati urutan yang ke-30
>
> [4].30 Surah yang jumlah ayatnya dimulai dengan angka 1,
>     17 Surah yang jumlah ayatnya dimulai dengan angka 2,
>     12 Surah yang jumlah ayatnya dimulai dengan angka 3,
>     11 Surah yang jumlah ayatnya dimulai dengan angka 4,
>     14 Surah yang jumlah ayatnya dimulai dengan angka 5,
>      7 Surah yang jumlah ayatnya dimulai dengan angka 6,
>      8 Surah yang jumlah ayatnya dimulai dengan angka 7.
>     10 Surah yang jumlah ayatnya dimulai dengan angka 8,
>      5 Surah yang jumlah ayatnya dimulai dengan angka 9.
>
> [4.1]. Dalam daftar di atas angka 30 yang tertinggi.
>
> [4.2] 30 x 1 + 17 x 2 + 12 x 3 + 11 x 4 + 14 x 5 + 7 x 6 + 8 x 7 + 10 x 8 +
> 5 x 9 = 437 = 19 x 23
> WaLlahu a'lamu bishshawab.
>
> *** Makassar, 1 Juni 2003
>    [H.Muh.Nur Abdurrahman]
>
> *********************************************
> 2
> BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
>
> WAHYU DAN AKAL- IMAN DAN ILMU
> [Kolom Tetap Harian Fajar]
> 732. Masalah Terjemahan S. Al-Anbiyaa' (21:33)
>
> Pertama-tama diucapkan syukur alhamduliLlah, karena al-Ustadz H.Abu Bakar
> Ba'asyir pada tgl 14 Juni telah menghirup udara bebas. Kepada Australia yang
> usil karena mencampuri urusan dalam negeri Republik Indonesia, sungguh patut
> diucapkan kepadanya: "To hell with your oppressive." Kepada Pemerintah
> diucapkan penghargaan, karena seperti dinyatakan oleh Wapres, Pemerintah RI
> menolak desakan negara-negara imperialis barat yang dijuru-bicarai Australia
> untuk membekukan aset al-Ustadz H.Abu Bakar Ba'asyir.
>
> ***
>
> -- WHW ALDzY KhALAQA ALYL WALNHAR WALSyMS WALQMR KL FY FLK YSBhWN (S.
> ALANBYAa, 21:33), dibaca:
> -- wahuwal ladzi- khalaqal laila wannaha-ra wasysyamsa walqamara kullun fi-
> falakin yasbahu-n.
> Terjemahn dari Al-Quran digital:
> -- Dan dialah yang Telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
> masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.
> Terjemahan Kitab: Al-Quran dan terjemahnnaya oleh Yayaysan Penyelenggara
> Penterjemah Al-Qur'an, Hak Penterjemah Pada Departemen Agama Republik
> Indonesia, Edisi Revisi 1994:
> -- Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
> Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.
> Terjemahan  dari Kitab Tarjamah Al-Quran Al-Karim oleh Prof.H.Mahmud Yunus,
> Penerbit PT Al-Ma'arif Bandung, 1988:
> -- Dia yang menjadikan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masingnya
> itu beredar di falak (tempat peredarannya)
> Terjemahan dari Kitab The Meaning of The Glorious Koran oleh Mohammed M.
> Pickthall, Published by The New American Library, New York, 1954:
> -- And He it is Who created the night and the day, and the sun and the moon.
> They float, each in an orbit.
>
> Dalam terjemahan dari Al-Quran digital dan Departemen Agama tidak mengikuti
> aturan menterjemah, yaitu sisipan "dari keduanya itu", seyogianya diletakkan
> di antara dua tanda kurung, karena "dari keduanya itu" bukan bagian dari
> ayat. Besar kemungkinan terjemahan dari Al-Quran digital diambil dari
> terjemahan Departemen Agama, namun Al-Quran digital salah dalam membubuhkan
> huruf kapital Telah, yang semestinya kata Dia yang pakai huruf kapital,
> karena dalam ayat (21:33), Dia adalah kata ganti untuk Allah. Terjemahan
> Mahmud Yunus mengikuti aturan menterjemah, karena meletakkan sisipan, yang
> bukan bagian dari ayat dalam dua tanda kurung (tempat peredarannya), namun
> Mahmud Yunus tidak tepat terjemahannya "menjadikan" untuk kata "khalaqa".
> Menciptakan = khalaqa, menjadikan = ja'ala. Terjemahan Mohammed M. Pickthall
> "float" untuk "yasbahuwn" sudah hampir sama dengan makna aslinya "berenang",
> yaitu bersentuhan dengan fluida.
>
> Terjemahan Departemen Agama yang pakai sisipan "dari keduanya itu" yaitu
> dalam konteks memberikan penekanan pada kedua benda langit itu. Namun dengan
> penekanan itu, terjemahan tersebut sudah melanggar ilmu nahwu (tata-bahasa)
> dari segi tasrif (konyugasi, conjugation of Arabic verbs) "yasbahuwn".
> Karena seperti diketahui dalam bahasa Arab ada tiga tingkatan, mufrad
> (tunggal, singular), mutsanna (ganda, dual) dan jama' (tiga keatas). Maka
> tasrif yasbahuwn menunjukkan ada tiga ke atas benda langit yang berenang.
> Kalau yang dimaksud hanya "dari keduanya itu", yaitu mutsanna, maka
> tasrifnya "yasbahaan".
>
> Secara keseluruhan terjemahan itu tidak ada yang murni tekstual, yaitu
> yasbahuwn berarti berenang. Mengapa mesti murni tekstual, silakan dibaca
> penjelasan berikut:
>
> ***
>
> Yasbahuwna berasal dari akar kata yang dibentuk oleh huruf-huruf Sin-Ba-ha,
> sabaha artinya berenang. Orang yang berenang mempunyai kecepatan relatif
> terhadap air yang direnanginya. Demikian pula benda-benda langit yang merena
> ngi dukhan (fluida interstallair) yang memenuhi alam semesta. Benda-benda
> langit di samping mempunyai gerak bersama dengan dukhan mengedari pusat
> Milky Way, dalam kecepatan sudut yang sama besar, ibaratnya bintang-bintang
> itu hanyut dibawa arus fluida interstellair. Sedemikian jauh terjemahan
> "float" oleh Pickthal sudah mengena, namun benda-benda langit itu mempunyai
> pula gerak relatif terhadap dukhan, jadi ibarat orang berenang dalam gerakan
> arus laut. Matahari berenang dalam dukhan dengan laju relatif sekitar 24 km
> per detik. Matahari dibawa arus fluida interstallair mengedari pusat galaxy
> Milky Way dengan kecepatan tangensial 450 km per detik. Dalam sekali edar
> matahari memerlukan waktu sekitar 224-juta tahun. Sejak Allah SWT menjadikan
> matahari dari dukhan, baru 20 kali beredar keliling pusat Milky Way. Laju
> matahari yang berenang dalam dukhan itu tampaknya tidak tetap. Ada korelasi
> antara laju berenang dengan banyaknya dukhan yang disedot, yaitu makin
> lambat makin banyak dukhan yang disedot.
>
> Tidak jauh dari kutub utara orang mendapatkan di sana batu bara. Itu berarti
> pernah di tempat itu beriklim seperti iklim tropis dewasa ini. Itu
> menunjukkan bahwa pada era itu matahari berenang lebih lambat (kurang dari
> 24 km per detik), sehingga lebih banyak dukhan yang disedotnya, yang
> menyebabkan volume matahari membesar, lalu jarak antara bumi dengan matahari
> menjadi lebih dekat, sehingga suhu di permukaan bumi menjadi naik. Itulah
> penjelasan mengapa di kutub utara juga didapatkan batubara.
>
> Allah SWT sebagai Ar-Rabb, Maha Pengatur, berkehendak agar kita manusia ini
> dapat hidup di bumi di tatasurya ini. Bayangkan jika matahari mempunyai laju
> berenang hanya 2 sampai 3 km per detik, ia akan menjadi raksasa, seperti
> bintang raksasa sejenis matahari, yaitu. Betelgeuze, Razalgethi dan Epsilon
> Aurigae. Bumi ini yang pada mulanya berwujud fluida gas yang panas, tidak
> akan sempat menjadi fluida cair apalagi padat, karena matahari kian
> membesar, andaikata laju berenangnya hanya 2 sampai 3 km per detik. Artinya
> dalam keadaan itu jarak matahari dengan bumi kian dekat, bumi malahan makin
> panas, mana sempat membeku. Maka dalam proses menjadi raksasa itu akhirnya
> matahari akan melahap planet-planetnya. Kalau diameternya sudah sebesar
> raksasa Betelgeuze akan melahap bumi, sebesar raksasa Razalgethi akan
> melahap Saturnus dan 1,5 kali sebesar raksasa Epsilon Aurigae akan melahap
> Pluto. WaLlahu a'lamu bisshawab.
>
> *** Makassar, 18 Juni 2006
>    [H.Muh.Nur Abdurrahman]
>
> ****************************************************************************
> *******
>
>
> ----- Original Message -----
> From: "---=GuN=--" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Monday, June 26, 2006 5:38 PM
> Subject: [wanita-muslimah] Diskusi Pemaknaan Baru terhadap Konsep Kitab Suci
>
>
> Diskusi Bulanan
>   Tempat: Teater Utan Kayu Jln Utan Kayu 68H
>   Waktu: Selasa, 27 Juni 2006 Pukul 19.00-21.30 WIB
>
>   "Pemaknaan Baru terhadap Konsep Kitab Suci"
>
>
>       Narasumber:  Ioanes Rakhmat (dosen STT Jakarta) dan  Luthfi
> Assyaukanie (direktur RePro).
>
>   Moderator : Mohamad Guntur Romli
>
>    Tak bisa dibantah  bahwa setiap umat beragama memiliki sebuah buku
> rujukan yang disebut  sebagai kitab suci. Namun, cara pandang mereka
> terhadap kitab suci tak  tunggal. Ada yang berkata bahwa kesucian sebuah
> Kitab tidak hanya  terletak pada makna yang terkandung di dalamnya,
> melainkan juga pada  huruf dan aksaranya. Huruf atau teksnya pun juga
> saksal. Yang lain  mengatakan bahwa sakralitas Kitab hanya terkait dengan
> maknanya,  sementara huruf dan aksaranya adalah sesuatu yang profan belaka.
>
>
>


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
See what's inside the new Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/2pRQfA/bOaOAA/yQLSAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Galang Dana Untuk Korban Gempa Yogya melalui Wanita-Muslimah dan Planet Muslim. 
Silakan kirim ke rekening Bank Central Asia KCP DEPOK No. 421-236-5541 atas 
nama RETNO WULANDARI. 

Mari berlomba-lomba dalam kebajikan, seberapapun yang kita bisa.

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke