blunder bukannya biasa dipakai untuk mengungkapkan sesuatu yang kacau,
chaos, atau ruwet, muter muter dak jelas,

heibat, JK dibela seratus persen ama pak HMNA yah ... :p  sampai pak JK
dianggap ndak ngerti teknologi segala :p  demi menghindari supaya pak JK
dianggap salah :)  lebih berani lagi, pakai bilang Indonesia ndak butuh EWS,
cukup ngandelin yg dipasang orang lain di negeri kita.  Ndobol tenan
wakakakakak

Ini sama aja bilang, ndak usah pake PDAM, cukup Thames dan Danone aja yg
ngelola penyediaan air minum di Jakarta.

saya juga bisa kok kalo cuman bilang bilang doang, ndak usah bikin perda
syariat islam segala, udah cukup perda perda yang berkaitan dengan
kesusilaan selama ini.  berkait masalah tarbiyah, juga ndak diperlukan lagi,
udah ada peraturan ttg pelajaran agama.


salam,
Ari Condro

On 7/24/06, H. M. Nur Abdurrahman <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   "If it (the tsunami) did not occur, what would have happened?" (Kalau
> tsunaminya tidak terjadi bagaimana?)," Dasar pertimbangan ini yang
> disesalkan. "After the quake occurred, people ran to the hills ... so in
>
> actual fact there was a kind of natural early warning system," he said.
> Kesalahan JK, adalah salah persepsi, dikiranya EWS yang sekarang
> istrumennya
> belum/tidak terpasang itu bisa disubstitusi sekarang dengan natural early
> warning
> system (by the inhabitant).
> Saya membenarkan Pak Waluya, instrumen itu tidak aman dari tangan jahil
> pencuri. Jadi saya tulis itu pemasangan instrumen EWS di pantai selatan
> Jawa
> dan pantai barat Sumatera tidak perlu, karena itu menyangkut ALIRAN
> INFORMASI dari pantai ke pusat di Jakarta. Sudah ada dan sudah cukup yang
> dari Jepang. Jadi buat apa itu dipasang instrumen EWS tersebut. Makanya
> seperti saya tulis kepada L. Meilany pemerintah pusat kudu bikin SIM yang
> efektif, termasuk apa yang dibilang oleh JK natural early warning system
> (by
> the inhabitant). Jadi sekali lagi saya tegaskan, bahwa saya tetap pada
> pemahaman instrumen EWS tidak perlu, yang penting SIM yang dibikin
> efektif,
> termasuk instrumen EWS diganti dengan Human being Warning System.
> Btw, kata "blunder" yang anda lebih dulu pakai sama "sopan"nya dengan
> "dengkul". Fyi, kata blunder itu biasanya berpasangan dengan idiot, =>
> blundering idiot, nah ini sama halusnya dengan berpikir pakai otak di
> dengkul.
>
>
> HMNA
>
> ----- Original Message -----
> From: "lestarin" <[EMAIL PROTECTED] <lestarin%40yahoo.com>>
> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>>
> Sent: Monday, July 24, 2006 10:56
> Subject: [wanita-muslimah] Re: Orang-orang teknik perlu belajar Ilmu Fiqh
>
> > Yth, HMA,
> >
> > Apakah kata-kata seperti yang Anda ucapkan dibawah ini sudah cukup
> > sopan??? Apakah Anda mengikuti sunnah Rasul untuk berkata-kata
> > sekasar ini --> " Apa ente faham sekarang? Saya minta otaknya jangan
>
> > taruh di dengkul supaya gampang menyerap pemahaman apa yang ente
> > baca".
> >
> > Sekali lagi silakan di baca tulisan asli dari Associated Press di
> > bawah ini, : ADA HUBUNGAN dan se-iya sekata antara apa yang
> > dikemukanan oleh Kadiman dan JK, yang menjadi concern banyak pihak
> > termasuk saya adalah, kenapa tidak usaha "MENGINGATKAN" meski sudah
> > mendapatkan info tersebut dari Jepang, saya sudah pernah mempost ini
> > sebelumnya, tetapi rupanya Anda tidak membacanya menyeluruh:
> >
> >
> > http://hosted.ap.org/dynamic/stories/I/INDONESIA_TSUNAMI_NO_WARNING?
> > SITE=MYPSP&SECTION=HOME&TEMPLATE=DEFAULT
> >
> > After the quake, the Pacific Tsunami Warning Center and Japan's
> > Meteorological Agency issued warnings of a possible tsunami. It
> > struck Java about an hour later.
> >
> > Science and Technology Minister Kusmayanto Kadiman said Indonesia
> > received the bulletins 45 minutes before the tsunami hit but did not
> > announce them because they did not want to cause unnecessary alarm.
> > "If it (the tsunami) did not occur, what would have happened?" he
> > told reporters in Jakarta, noting that there was no effective way to
> > spread a warning without a system of sirens or alarms in place.
> > He said Indonesia now planned to speed up plans for a nationwide
> > warning system.
> >
> > Indonesia was hardest hit by a 2004 tsunami that killed at least
> > 216,000 people in a dozen Indian Ocean nations - with more than half
> > the deaths occurring in Sumatra island's Aceh province.
> > Though the country started to install a warning system after that
> > disaster, it is still in the early stages. The government had been
> > planning to extend the alert system to Java - which was hit by a
> > quake in May that killed more than 5,800 people - in 2007.
> >
> > Answering reporters' questions as to why no warning was issued on
> > Monday, Vice President Jusuf Kalla claimed there was no need because
> > most people had fled inland after the earthquake, fearing a tsunami.
> >
> > "After the quake occurred, people ran to the hills ... so in actual
> > fact there was a kind of natural early warning system," he said.
> >
> > However, of dozens of people interviewed by The Associated Press in
> > Pangandaran on Tuesday, only one person said he felt a slight
> > tremor. None said there was a mass movement of people to higher
> > ground before the tsunami, though some residents recognized the
> > danger when they saw the wall of water approaching.
> >
> > -----------
> >
> > Lestari
> >
> >
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com<wanita-muslimah%40yahoogroups.com>,
> "H. M. Nur Abdurrahman"
>
> > <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > >
> > > Saya ulangi, karena ente hapus:
> > > Menristek Kusmayanto Kadiman mengakui bahwa Pemerintah, 45 menit
> > sebelum
> > > gelombang tsunami datang, menerima peringatan dari Pacific Tsunami
> > Warning
> > > Center dan Badan Metrologi Jepang sesaat setelah gempa (sebab kapan
> > > terjadinya gempa, manusia dengan teknologi canggihnya tidak mampu
> > > mengetahuinya). "Tetapi kami tidak mengumumkan warning itu. Kalau
> > tsunaminya
> > > tidak terjadi bagaimana?," kata Kadiman kepada wartawan seperti
> > dikutip
> > > Associated Press.
> > >
> > > Sikap Kadiman terhadap warning dari kedua lembaga itu sangat
> > disesalkan.
> > > Mengapa ia tidak lebih mempertimbangkan: "kalau tsunami betul-
> > betul datang,
> > > lalu bagaimana." Kedua alternatif itu mempunyai risiko masing-
> > masing yang
> > > jelek. Alternatif pertama risikonya orang-orang akan kecewa dan
> > bahkan ada
> > > yang mengeluarkan sumpah serapah. Alternatif kedua, risikonya, ya
> > seperti
> > > yang terjadi sekarang, sudah lebih 500 orang yang meninggal dunia.
> > Dalam
> > > menghadapi dua altternatif yang dua-duanya jelek, maka Ilmu Fiqh
> > > mengajarkan: "Pilih alternatif yang jeleknya lebih enteng." Itulah
> > perlunya
> > > orang-orang teknik belajar Ilmu Fiqh.
> > >
> > > Apa ente tidak mengerti apa itu yang disesalkan? Kusmayanto
> > mengaku bahwa 45
> > > menit sebelum gelombang tsunami datang, sesaat setelah gempa, ia
> > sudah
> > > menerima peringatan dari Pacific Tsunami Warning Center dan Badan
> > Metrologi
> > > Jepang, tetapi ia tidak mengumumkan warning itu. Mengapa? Karena
> > katanya: "
> > > Kalau tsunaminya tidak terjadi bagaimana?," Nah ini yang
> > disesalkan, mengapa
> > > ia tidak lebih mempertimbangkan: "kalau tsunami betul-betul
> > datang, lalu
> > > bagaimana.". Itu artinya dasar pertimbangannya Kusmayanto tidak
> > menghiraukan
> > > keselamatan penduduk.
> > >
> > > Nah, sedangkan Jusuf Kalla menganggap early warning system tidak
> > diperlukan,
> > > seperti yang di kutip Associated Press.
> > >
> > > Apa ente tidak tahu bedanya kedua pernyataan itu? Beda sekali
> > dalam konteks
> > > ALIRAN INFORMASI. Kusmayanto bicara tentang aliran informasi dari
> > Jakarta
> > > kepada penduduk yang diancam bahaya di pantai selatan Jawa.
> > Sedangkan JK
> > > bicara ttg ALIRAN INFORMASI sebaliknya, yaitu dari pesisir
> > selatan Jawa ke
> > > Jakarta.
> > >
> > > Itulah sebabnya saya tulis kemudian:
> > > Jadi yang penting adalah sistem informasi dari Jakarta sebagai
> > pusat
> > > informasi meneruskan informasi kepada penduduk yang diancam
> > bahaya. Tidak
> > > perlu adanya dari instrumen yang dipasang di pesisir selatan itu
> > yang akan
> > > meneruskan warning itu ke pusat di Jakarta. Jepangkan cukup
> > canggih warning
> > > systemnya yang dapat diinformasikan ke pusat informasi di
> > Jakarta, terbukti
> > > informasi warning itu diterima pusat di Jakarta 45 menit sebelum
> > gelombang
> > > tsunami datang dari Badan Metrologi Jepang sesaat setelah gempa.
> > Jadi yang
> > > penting adalah sistem informasi dari Jakarta sebagai pusat
> > informasi
> > > meneruskan informasi kepada penduduk yang diancam bahaya. Tidak
> > perlu adanya
> > > dari instrumen yang dipasang di pesisir selatan itu yang akan
> > meneruskan
> > > warning itu ke pusat di Jakarta. Jepangkan cukup canggih warning
> > systemnya
> > > yang dapat diinformasikan ke pusat informasi di Jakarta.
> > >
> > > Nah, ente faham? Teknologi itu alat, bukan tujuan. Kalau ternyata
> > teknologi
> > > "early warning system" yang dari Jepang itu ternyata efektif
> > memberikan
> > > warning ke Jakarta, lalu buat apa kita pasang instrumen "early
> > warning
> > > system" itu di pantai selatan Jawa dan pantai barat Sumatera yang
> > nanti
> > > gampang dicuri orang? Ente berprinsip demi teknologi, demi
> > pengetahuan ttg
> > > perkembangan teknologi. Di sini pula pentingnya Ilmu Fiqh dalam
> > memilih
> > > skala prioritas. Mana lebih menguntungkan. Memanfaatkan "early
> > warning
> > > system" dari Jepang yang ternyata efektif mengirim informasi ke
> > Jakarta,
> > > atau pasang sendiri instrumen "early warning system" di pesisir
> > pantai untuk
> > > mengirim informasi ke Jakarta, yang nanti tidak akan efektif
> > karena dicuri
> > > orang?
> > >
> > > Apa ente faham sekarang? Saya minta otaknya jangan taruh di
> > dengkul supaya
> > > gampang menyerap pemahaman apa yang ente baca.
> > >
> > > Fyi saya tidak seperti JK, tidak seperti ente dalam hal suka
> > bercanda,
> > > seperti ente telah tulis: ""Saya kan cuman bercanda". Oh, ya, ente
> > pakai
> > > bahasa Indonesia yang baik, bukan cuman, itu bahasa preman,
> > melainkan CUMA.
> > > Coba lihat di kamus !
> > >
> > > HMNA
> > >
> > >
> > >
> > > ----- Original Message -----
> > > From: "lestarin" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com<wanita-muslimah%40yahoogroups.com>
> >
> > > Sent: Saturday, July 22, 2006 11:40 AM
> > > Subject: [wanita-muslimah] Re: Orang-orang teknik perlu belajar
> > Ilmu Fiqh
> > >
> > >
> > > > Yth. Bapak H. M. Nur Abdurrahman,
> > > >
> > > > Kok saya jadi blunder sendiri membaca pernyataan Anda,
> > > > 1. Anda kesal dengan sikap Kadiman yg seolah tidak peduli dgn
> > nilai
> > > > kemanusian dan keselamatan manusia, namun di sisi lain Anda
> > > > mendiamkan/tidak mengomentari ucapan/diplomatis dari Kalla yang
> > se-
> > > > iya sekata soal tidak perlunya sistem peringatan dini
> > disebarluaskan
> > > > ke masyarakat :(( Padahal intinya sama, keduanya sama-sama
> > > > mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Apa hanya karena Kalla
> > masih
> > > > saudara pak HMA maka Anda tidak mengkritik Kalla???. Yang adil
> > dalam
> > > > bertindak dong pak HMA.
> > > > 2. Anda bilang orang teknik perlu belajar Fiqh, lalu apakah cukup
> > > > sampai disitu saja???? tentu mereka pun perlu mengembangkan ilmu
> > > > tekniknya sekaligus. Yang berarti tidak hanya mengandalkan dari
> > > > early warning system yang dikirim Jepang dong. Sudah saatnya anak
> > > > bangsa Indonesia mempelajari lebih detil perangkat early warning
> > > > system untuk bencana tsunami. Berarti perlu lah dipasang
> > perangkat
> > > > pendukung ini di Indonesia. "Tidak akan berubah suatu bangsa bila
> > > > tidak dari dirinya melakukan perubahan".....apakah kita tega
> > sampai
> > > > anak cucu nanti, semua sistem peringatan dini hanya mengandalkan
> > > > Jepang????
> > > > 3. Soal pesismisme Anda dan Pak Waluya, berkaitan dengan
> > pencurian
> > > > dan lain sebagainya, saya sependapat dengan Mba' Chae. Pesimisme
> > > > menjauhkan kita dari Allah Swt, kita ga akan mau maju, seperti
> > katak
> > > > dalam tempurung. Sebebal dan sebodohnya manusia, kalau diajak
> > > > berpikir, diingatkan, diberi pegertian, dan pada akhirnya ada
> > > > penegakan hukum yang benar, juga akan tertib dan tidak seenaknya
> > > > mencuri/bersikap jahil, jika mengetahui bahwa alat2 yang dipasang
> > > > itu untuk keselamatan nyawa mereka sendiri. Jadi saya kok
> > optimis,
> > > > alat-alat seperti ini akan aman pada tempatnya, bila masyarakat
> > > > diberitahu, disosialisasikan, dan diberikan tindakan hukum yang
> > > > tegas bila sampai melanggarnya.
> > > >
> > > >
> > > >
> > > > Lestari
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>  
>


[Non-text portions of this message have been removed]



Galang Dana Untuk Korban Gempa Yogya melalui Wanita-Muslimah dan Planet Muslim. 
Silakan kirim ke rekening Bank Central Asia KCP DEPOK No. 421-236-5541 atas 
nama RETNO WULANDARI. 

Mari berlomba-lomba dalam kebajikan, seberapapun yang kita bisa.

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke