Mbak Chae, Kalau hanya mengetahui dari turun temurun, tanpa ada kitab yang menjaga, dari mana kita mengetahui bahwa cara shalat kita tidak berubah sedikit demi sedikit? Kitab tata cara shalat yang kita milikipun banyak mengacu dari kitab-kitab hadits. Bisa kita bayangkan, jika tidak ada kitab hadits maka bentuk shalat kita mungkin sudah berubah dari tata cara yang nabi lakukan. Demikian pula mengenai ibadah-ibadah sunnah seperti Tahajud dan shalat-shalat sunnah yang lain. Juga tata cara puasa, bagaimana mengisi ibadah puasa, bagaimana ber-i'tikaf. Demikian juga ibadah haji. Bukankah kita lebih sempurna dalam menjaga ibadah-ibadah itu sesuai "Sunnah Nabi" dengan keberadaan kitab-kitab Hadits?
Mengenai hukum-hukum jama' qashar atau bagi para mufasir saya setuju, perlu ada ijtihad baru berkaitan dengan perkembangan teknologi zaman sekarang. Salam, "Chae" <[EMAIL PROTECTED]> Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com 08/04/2006 02:49 PM Please respond to wanita-muslimah@yahoogroups.com To wanita-muslimah@yahoogroups.com cc Subject [wanita-muslimah] Re: Dari Sunnah ke Hadits atau Sebaliknya Pak Wida, Saya katakan bahwa hadis sebagainya dipandang sebagai acuan contoh dan bukan sumber hukum. Semisal sholat ini kan kenyataanya sudah tidak ada yang benar-benar melihat bagaimana Nabi Sholat tapi kita tahu secara turun termurun bagaimana kita sholat hanya saja hukum2 sholat pun akan berubah seiring perkembangan zaman. Misalnya saja bagaimana hukum sholat di jama dan di khosor ada perubahan dalam hukum jarak karena adanya kecanggihan teknologi dimana kendaraan pun berbeda dari zaman dulu samapai sekarang dari segi kenyamanan dan kecepatan. Kalau tidak salah dulu Nabi sepanjang menjadi musafir selalu melakukan sholat dijama dan di khaosor tetapi dengan kondisi yang berbeda sekarang ini apakah masih perlu seseorang sholat seperti bagaimana Nabi ketika melakukan bisnis trip?? Misalnya lagi hukum wajib sholat jum'at bagi yang musafir tidak jatuh wajib tapi dengan kemudahan fasilitas mesjid di tiap aerah apakah musafir masih tetap tidak dikenai wajiba sholat jum'at?? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote: > > Kalau masalah ibadah tentunya tidak mbak Chae. Kita mengetahui bagaimana > nabi shalat kan dari deskripsi di dalam hadits. Shalatlah kalian > sebagaimana kalian melihat aku shalat. Bagaimana nabi shalat kan bisa kita > ketahui dari hadits. Apakah lalu kita akan tinggalkan deskripsi tata cara > shalat nabi sebagaimana deskripsi di dalam hadits lalu membuat tata cara > yang baru? Juga perihal ibadah-ibadah yang lain? > > > > > "Chae" <[EMAIL PROTECTED]> > Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com > 08/04/2006 01:44 PM > Please respond to > wanita-muslimah@yahoogroups.com > > > To > wanita-muslimah@yahoogroups.com > cc > > Subject > [wanita-muslimah] Re: Dari Sunnah ke Hadits atau Sebaliknya > > > > > > > > Terlepas dari status hadis itu shahih atau dhaif, kalau menurut saya > tetap sebuah hadist itu adalah produk manusia. Jangan dikultiskan > sebagai suatu dasar sumber hukum tapi lebih kepada contoh yang bisa > dijadikan sumber acuan. > > Karena namanya produk manusia itu kan lekang oleh waktu dan luntur > oleh zaman, walaupun masalah ibadah sekalipun. > > Jadikan hadis sebagai contoh soal, dimana kita bisa tetap menangkap > semangat didalamnya lalu diaplikasikan dengan bentuk-bentuk yang baru. > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wida.Kusuma@ wrote: > > > > Dari segi ilmu hadits saya setuju mas Aman untuk ikut menguraikan, > supaya > > lebih lengkap diskusi ini. Terutama metoda yang digunakan oleh para > Imam > > ahli hadits. Saya melihat metoda yang sama masih digunakan oleh > al-Bani. > > Jika dari jalur sanadnya ada si A, di mana si A diragukan kekuatan > > ingatannya, atau kejujurannya, maka hadits itu lalu di dloifkan. > Bagaimana > > mas Aman? > > > > Memang para ulama bukan kata akhir, kita masih boleh mempertanyakan > matan > > suatu hadits berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan. Tetapi > pandangan > > mereka perlu juga dipertimbangkan, karena mereka mempunyai ilmu yang > tidak > > dimiliki oleh orang-orang yang mendalami ilmu pengetahuan umum. > Perpaduan > > ini akan memberikan tafsiran yang bagus tentang sebuah hadits. Bagi > saya > > sendiri, tidak ada salahnya bagi saya untuk bersandar kepada > orang-orang > > yang mempunyai ilmu khusus, seperti ilmu hadits para ulama. Karena saya > > sendiri tidak bisa menguasainya secara utuh sebagaimana mereka. Jika > saya > > bingung dalam membaca suatu hadits, biasanya saya bersikap "tawaquf" > atau > > mendiamkan dulu hadits itu tapi tidak langsung mendlaifkan hadits itu > > karena Imam Bukhari -misalnya- telah memasukkannya ke dalam kitab > > Shahihnya. Paling tidak hadits itu tidak akan saya pakai dalam diskusi > > agama. Barangkali ada maksud lain yang tersembunyi yang saya belum > > ketahui. Tetapi mas Ary betul, ada hadits yang berbunyi : "istafti > > qolbaka! mintalah fatwa kepada hatimu, karena dosa adalah perbuatan > yang > > meresahkan hatimu dan engkau tidak ingin dilihat orang lain ketika > > melakukannya. Mintalah fatwa kepada hatimu, sekalipun orang-orang > > memberikan fatwa mereka kepadamu". Ya, kita bertanggung jawab atas diri > > kita masing-masing. Kita ambil mana yang lebih kita merasa tentram > > kepadanya dan kita yakini kebenarannya. 8-) > > > > Salam, > > > > > > > > "Ary Setijadi Prihatmanto" <asetijadi@> > > Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com > > 08/04/2006 01:32 AM > > Please respond to > > wanita-muslimah@yahoogroups.com > > > > > > To > > <wanita-muslimah@yahoogroups.com> > > cc > > > > Subject > > Re: [wanita-muslimah] Re: Dari Sunnah ke Hadits atau Sebaliknya > > > > > > > > > > > > > > > > ----- Original Message ----- > > From: <Wida.Kusuma@> > > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> > > Sent: Thursday, August 03, 2006 10:34 AM > > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dari Sunnah ke Hadits atau Sebaliknya > > > > > > > Ya, semuanya kita pakai untuk membumikan Sunnah : al-Qur'an, > al-Hadits, > > > akal sehat, hati nurani, dlsb. > > > > > > Jika kita hendak meneruskan pekerjaan para Imam ahli Hadits, pengumpul > > > hadits-hadits yang pertama, kita perlu untuk memiliki ilmunya dahulu. > > > Paling tidak mengetahui metoda dan cara yang dipakai oleh Imam ahli > > Hadits > > > itu. Kemudian kita kombinasikan dengan analisa yang kita miliki > > sekarang. > > > Kita harus sangat hati-hati. Belum tentu metoda para Imam ahli Hadits > > itu > > > lebih rendah dari metoda yang kita miliki zaman ini. Penggabungan > > keduanya > > > adalah yang paling baik menurut saya. Para Imam ahli Hadits zaman dulu > > > sepertinya lebih mengandalkan metoda kejujuran dari para sanad, > karena > > ini > > > adalah upaya pelaporan apa yang nabi katakan. Kejujuran adalah sangat > > > penting. Seorang sanad yang ketahuan membohongi untanya bisa tidak > > > diterima hadits yang dia riwayatkan. Sampai seperti itu kejujuran yang > > > diminta. Hari ini kita punya metoda apa? Perkembangan ilmu pengetahuan > > > juga boleh kita pakai. Tapi tetap kita harus hati-hati. > > > > > > > Bang Wida, > > Saya tidak pernah bilang lebih rendah lho. Tapi berbeda. > > Terlihat bukan, bahwa para ahli hadits bergantung pada kejujuran > dari para > > sanad. > > Lebih jauh lagi, metodanya juga bergantung pada kejujuran > orang-orang yang > > memberi kabar ttg kejujuran para sanad. Bagaimana kita bertanya pada > > Freedom > > Institute ttg Presiden SBY dibanding ke grup PDIP Mega, misalnya. Atau > > kita > > bertanya ttg JK ke Mega dibanding ke Eyang HMNA misalnya ...just > kidding > > lho > > Eyang... > > Mas Aman mungkin bisa cerita ttg kitab yang berisi ttg proses itu. > > > > Metoda yang kita gunakan, karena terlalu jauh secara rentang waktu, ya > > tidak > > bisa yang bergantung pada kejujuran. Tapi sesuatu bukti langsung, fisik > > yang > > harus tidak terbantahkan, atau probabilitas kesalahannya rendah. DNA > nggak > > bisa berbohong. Ilmu material nggak bisa dibohongi. > > > > Saya sangat menghormati para imam ahli hadits. Tapi saya tidak > merasa kita > > lebih rendah dari mereka. > > Sama saja dengan saya melihat Newton, Einstein, mereka orang yang > berjasa > > besar. > > Tapi ketika hasil kerja mereka harus kita perbaharui, itu menjadi > > kewajiban > > kita. > > > > Kehati-hatian itu memang harus. > > Tapi tidak perlu menghilangkan fakta bahwa kita (individu) juga punya > > wajib > > berfikir. > > Apa kita bisa berlindung nanti di hari akhir dengan bilang: > > "Ya Allah, saya sudah mengikuti apa-apa yang ditulis oleh imam Bukhari, > > jika > > salah ya salahkan beliau" > > Imam Bukhari akan bilang: > > "Siapa suruh ente makan mentah-mentah, itu kan hanya pendapat saya > > berdasarkan bukti-bukti yang saya punya. Ente punya ilmu dan bukti-bukti > > tambahan tapi ente mau enaknya saja" > > > > > > > > Tentang contoh tinggi Adam yang mas Ary uraikan. Mungkin bukan 30 > meter > > > maksudnya. Karena satuan meter rasanya belum dikenal di zaman nabi. > > > Mungkin maksudnya bisa kaki, atau hasta, atau depa, atau satuan-satuan > > > panjang lain di zaman nabi. Jadi mungkin tingginya tidak sampai 30 > > meter. > > > Lagi pula, jika memang tinggi fisik Adam adalah sekian meter, maka > tentu > > > saja organ fisiknya akan mampu untuk menopang tinggi itu. Tinggal saja > > > kita harus berhadapan dengan penemuan arkeologi tentang tinggi-tinggi > > > manusia zaman dahulu. Hadits itu pernah saya baca. Pada intinya nabi > > ingin > > > menunjukkan bahwa ukuran manusia secara general bertambah kecil. > > Benarkah > > > ini? Ini perlu dibantu dengan ilmu pengetahuan untuk menelitinya. Saya > > > setuju, saya tidak ingin mempertentangkan - bahkan ayat al-Qur'an - > > dengan > > > penemuan ilmu pengetahuan. > > > > > > > Memang bukan 30 meter, tapi leterlijknya 60 hasta. > > Kira-kira ya 30 meter kata orang-orang yang tahu bahasa Arab. > > Dari sisi fosil-fosil yang tersedia malah sebetulnya semakin kini > semakin > > besar lho. > > > > Al-Quran pasti tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan. > > Keduanya pasti sejalan. Itu kan premisnya. > > Yang mungkin salah itu tafsiran Al-Quran. > > Dan memang nggak ada jaminan itu tafsiran pasti bener. > > > > > Isi dari kitab hadits itu bermacam-macam. Ada kabar seperti yang > mas Ary > > > sampaikan, ada petunjuk pelaksanaan ibadah, kehidupan sosial, sejarah > > > penyebaran Islam, kehidupan rumah tangga, sampai nubuwat akhir zaman, > > > banyak macamnya. Sebaiknya kita sangat berhati-hati, di mana kita akan > > > meletakkan pisau analitis kita dalam hadits-hadits nabi. Dan sebaiknya > > > kita menyertakan para ulama agar pisau analitis kita semakin lengkap. > > > > > > > Tentu saja ulama itu penting. Namanya bertanya ya sama orang yang punya > > ilmu. > > Tapi tetap jawaban ulama itu bukan kata akhir. > > Adalah sangat boleh untuk mempertanyakannya, mendiskusikannya, bahkan > > membantahnya. > > Itu hak setiap kita.... > > IMHO, yang paling penting kita harus tidak mengingkari hati nurani. > > Kata hadits imam muslim, ciri dosa itu ketika hati kita merasa nggak > enak > > ketika melakukannya. > > > > Salam > > Ary > > > > > > > > ======================= > > Milis Wanita Muslimah > > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. > > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com > > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages > > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com > > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] > > Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com > > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com > > > > This mailing list has a special spell casted to reject any > attachment .... > > > > Yahoo! Groups Links > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > > > > > > ======================= > Milis Wanita Muslimah > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com > Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] > Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com > > This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... > > Yahoo! Groups Links > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed] ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/