Salam, Ini cacatan sudah setengah bulan lalu. Mbak Layaly mempertanyakan pemahaman tentang "perintah taat kepada Rasul".
Pada beberapa ayat, kata "athi'ullaah" di rangkai dengan kalimat perintah "wa athi'urrasuul" seperti pada QS 3:32, 4:59, 5:92, 24:54, 47:33, dan 64:12. Ketika Nabi Muhammad saw hadir secara fisikal di tengah-tengah umatnya, perintah tersebut jelas ditangkap secara konkret. Kesadaran tentang kehadiran Allah dan RasulNya itu dialami secara realistis. Bagaimana perintah tsb diterapkan setelah Kanjeng Nabi Muhammad tidak lagi hadir secara fisikal atau seperti sekarang ini Kanjeng Nabi Muhammad itu hadir secara gaib di tengah-tengah kita? Nah, di sini baru timbul permasalahan! Umumnya Umat Islam mengerdilkan Allah dan Rasul-Nya menjadi Kitab Alquran dan Hadits. Bayangkan akibat dari pengerdilan itu. Apa yang terjadi? Pembodohan umat. Penindasan oleh sebagian umat Islam terhadap sebagian lainnya. Allah tak bisa dikerdilkan menjadi Kitab Alquran. Allah adalah Yang Mahahidup, dan abadi secara mandiri. Allah tidak tergantung kepada siapa pun. Jadi, ayat kembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya" tidak bisa disamakan dengan kembali kepada "Alquran dan Hadis/Sunah Rasul". Kita memang harus kembali secara konkret kepada Allah dan Rasul-Nya. Kita harus secara nyata menaati Allah dan menaati Rasul-Nya. Janganlah Alquran dipakai sebagai pengganti Allah, yang sama artinya kita berpaling dari Allah. Janganlah Hadis dipakai sebagai pengganti Rasul, yang sama artinya kita menganggap Rasul telah mati! Oleh karena Allah yang hidup tetap hadir, selalu bersama kita di mana saja kita berada (QS 57:4), makanya kita diperintah untuk selalu memohon kepada-Nya agar ditunjuki jalan yang lurus (ihdinaa al-shiraath al-mustaqiim). Apa ayat ini sekadar hapalan di kala shalat? Jika demikian, apa makna Kitab Alquran dan Kitab Hadis buat kita? Kitab Alquran adalah "kitab petunjuk" tentang cara-cara kita mendapatkan petunjuk dari Allah. Oleh karena itu, ayat-ayat Alquran tak bisa dilepaskan dari kesadaran manusianya yang ingin mendapatkan petunjuk itu (QS 29:49). Jadi, petunjuk itu datangnya tetap dari Allah, bukan dari Alquran. Meski bibir sudah menjadi "dower" membacanya, tidak menjamin dapat petunjuk, dan bahkan mungkin malah menjauhi Alquran. Lha, kitab Hadis atau cacatan tentang Sunah Rasul itu apa? Hadis adalah peranti bagi umat Islam untuk mengenali keteladanan-keteladan yang pernah dilakukan oleh Kanjeng Nabi Muhammad saw! Jadi, Alquran bukan untuk menjadi pengganti Allah, karena Allah selalu hidup dan tak pernah mati. Dan, Hadis bukan untuk menjadi pengganti Rasul karena Rasul tidaklah mati (QS 3: 169). Kehidupan Rasul itu yang kita saksikan dalam "kalimat syahadat" yang kita ucapkan (entah dalam salat atau dalam "event" apa pun). Kalau kita bersyahadat sungguh-sungguh, insya Allah kita akan diberi kemampuan untuk mendengarkan sabda beliau, dan selanjutnya akan turun "cahaya Allah" ke dalam diri kita. Bukankah di QS 24:40 disebutkan bahwa "barangsiapa yang tidak diberi cahaya oleh Allah, niscaya tiada cahaya baginya." Maka, sungguh luar biasa kalau ada orang yang berani mengatakan bahwa "dirinya dapat memberikan pencerahan kepada orang lain". Orang tersebut rupanya lupa terhadap firman Allah di QS 28:56, bahwa kita tak akan bisa memberikan petunjuk/pencerahan (atau apa pun sebutannya) terhadap orang lain itu, meski itu orang yang paling kita kasihi sekalipun. Semoga kita semua senantiasa di bawah petunjuk Allah, sehingga Alquran pun menjadi hidup dan memberikan "kehidupan" bagi kita. Amin. Wassalam, chodjim ----- Original Message ----- From: azka To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, January 17, 2007 6:45 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Yusuf Qardhawi Puji Islam di Indonesia - Racism Lho Mas Dana, bagaimana kita memahami kata2 Athi'urrasul (Taatlah kepada Rasul) yang didalam al qur'an diulang-ulang sekitar 14 kali? Bukankah perintah taat kepada rasul berarti pula perintah mengikuti dan percaya dengan hadits2nya?. Atau bagaimana? Layaly ----- Original Message ----- From: Dana Pamilih To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, January 17, 2007 12:47 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Yusuf Qardhawi Puji Islam di Indonesia - Racism Mengapa tidak Al-Qur'an saja, setahu saya dalam Al-Qur'an tidak disebut kita harus percaya hadits. [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]