Setiap manusia pada umumnya baik dan berniat baik.  Komentar saya
mengenai Aljazair itu memang dari teman saya di Maroko yg bilang
demikian.  Pemerintah Maroko berusaha mencegah orang Aljazair militan
masuk ke negara mereka.

Pemerintah Aljazair mungkin masih baru menggalang kekuatan dan
berusaha menyatukan bermacam2 kepentingan politik yg ada di sana.

Tetapi fatwa MEMBUNUH SETIAP ORANG ASING memang pernah dikeluarkan
oleh suatu kelompok militan dan dieksekusi oleh sekelompok gerombolan
bersenjata.  Dan kelompok militan ini tentunya mengaku diri Islam.

Saya yakin rakyatnya baik2 dan pemerintahnya berniat baik tetapi ada
kelompok yg tdk baik dan tidak berniat baik sehingga terjadi
kegentingan situasi politik spt sekarang.

Oleh karena itu melalui milis ini kita harus hati2 dan dapat memilah
mana yg Islam sesungguhnya dan mana yg sesat.  Keduanya menggunakan
simbol yg persis sama.  Takbirnya sama, kitabnya sama, lafaznya sama,
bajunya mirip, jenggotnya sama,dsb,dsb. Tetapi yg membedakan adalah
bahwa niat baik akan tercermin dan terasa dari perangai mereka yg
menganut Islam sesungguhnya.

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Muhammad Aly
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Mas Dana, rakyat aljazair itu sama dengan kita
> berusaha menuju kestabilan ekonomi, keamanan bahkan
> demokrasinya lebih maju dari kita..
> 
> So Jgn lgsung memberikan fonis ketikan Mas Dana : 
> Di Aljazair katanya ada fatwa utk membunuh SETIAP
> ORANG ASING.  Weleh weleh Islam model apa ini?
> 
> sy ketemu org2 aljazair baik2 tuh sama dengan org2
> jawa byk yg lemah lembut.. malah ada aljazair yg py
> istri org bandung...langgeng perkawinannya & py anak
> he3... lebih keras org pakistan dari aljazair..
> 
> slm chatting,
> 
> 
> --- 
> http://www.kompas.com/kompas-cetak/0405/25/ln/1040867.htm
> Reformasi Arab dan Pengalaman Aljazair 
> 
> 
> TUNTUTAN reformasi di dunia Arab telah terdengar
> nyaring sejak tragedi 11 September 2001. Tidak sedikit
> dari penguasa dan intelektual Arab telah berbicara
> pula dengan segala argumentasinya tentang bahaya dan
> dampak negatif dari reformasi politik dan konstitusi
> secara komprehensif di dunia Arab. Mereka berpendapat
> reformasi itu hanya menimbulkan situasi tidak stabil
> dan membuka jalan bagi tampilnya kekuatan radikal di
> tampuk kekuasaan.
> 
> PENGALAMAN Aljazair selalu dijadikan contoh dan dalih
> untuk menunda atau memperlambat proses reformasi itu
> di dunia Arab yang memberi otoritas pada rakyat untuk
> memilih dan mengganti pemerintah mereka melalui
> pemilu. Pengalaman Aljazair itu adalah kemenangan
> Front Penyelamat Islam (FIS) dalam pemilu bebas
> pertama pada tahun 1991 sejak negara itu meraih
> kemerdekaannya dari kolonial Perancis tahun 1962.
> Militer lalu membatalkan hasil pemilu tersebut yang
> menyebabkan terjadinya pertumpahan darah hingga saat
> ini yang telah menelan korban sekitar 150.000 jiwa.
> 
> Para penguasa dan sejumlah intelektual Arab
> berkesimpulan bahwa menggelar pemilu yang bebas,
> jujur, dan adil sudah dipastikan akan memberi
> kemenangan pada kubu Islam, seperti yang terjadi di
> Aljazair. Pada gilirannya, akan disusul pertumpahan
> darah pula antara kubu radikal dan moderat.
> 
> Akan tetapi, perkembangan terakhir di Aljazair saat
> ini menunjukkan hal yang berbeda sama sekali dari
> kesimpulan para penguasa dan sejumlah intelektual Arab
> tersebut. Meskipun kekerasan atau setidaknya
> ketegangan belum reda sama sekali, Aljazair dalam
> beberapa tahun terakhir ini telah mengalami
> perkembangan baru yang sangat positif dalam konteks
> proses demokrasi.
> 
> Aljazair kini sudah berhasil melampaui masa krisisnya
> serta mampu menggores laju demokrasi secara
> signifikan. Bahkan, Aljazair bisa menjadi negara
> pelopor yang mengusung demokrasi di dunia Arab.
> 
> ALJAZAIR pada 8 April 2004 telah menggelar pemilu
> presiden yang oleh pengawas internasional dan Arab
> dinilai sebagai titik balik sejarah modern negara itu.
> Hal tersebut disebabkan beberapa faktor.
> 
> Pertama, pemilu presiden Aljazair terakhir dinilai
> oleh pengamat dan pengawas yang terjun langsung di
> lapangan sebagai pemilu yang paling transparan, jujur,
> dan adil sejak tahun 1962. Komite nasional yang
> mewakili semua partai dan tim pengawas asing serta
> Liga Arab telah mengawasi langsung jalannya pemungutan
> suara di tempat-tempat pemungutan suara (TPS).
> 
> Kompas yang sempat mengunjungi sejumlah TPS di Kota
> Algiers pada 8 April lalu menyaksikan langsung
> perwakilan beberapa partai politik yang ikut mengawasi
> proses pemungutan suara. Menurut aturan main pemilu
> yang disepakati semua partai politik, wakil beberapa
> partai harus hadir pada semua TPS yang tersebar di
> seluruh negeri.
> 
> Kedua, pemilu presiden itu melibatkan enam kandidat
> yang berasal dari berbagai partai dan latar belakang
> ideologi, yang hasilnya tidak bisa diketahui pasti
> sebelum penghitungan suara selesai. Ini berbeda dengan
> pemilu tahun 1994 dan 1999 yang hasilnya sudah
> diketahui sebelumnya.
> 
> Ketiga, lembaga militer yang sering disebut sebagai
> penguasa de facto di Aljazair menegaskan kenetralannya
> dalam pemilu presiden terakhir itu. Berbeda pada
> pemilu tahun 1994 dan 1999. Pada Pemilu 1994, militer
> secara terang-terangan mendukung kandidat Leamine
> Zeroual, dan pada Pemilu 1999 mencalonkan secara resmi
> kandidat Abdelaziz Bouteflika.
> 
> Pada Pemilu 2004, Kepala Staf AB Aljazair Muhammad
> Lemari selalu menegaskan, militer akan menerima
> kandidat mana pun yang dipilih rakyat meskipun yang
> terpilih nanti kandidat Abdellah Djaballah dari Partai
> Islah yang beraliran Islam.
> 
> Keempat, tampilnya kandidat Abdellah Djaballah dari
> Partai Islah yang beraliran Islam menunjukkan sistem
> politik Aljazair terakhir ini telah mengakomodasi
> kekuatan Islam moderat.
> 
> Kelima, kandidat Louiza Hanoune dari Partai Buruh
> merupakan wanita Arab pertama yang memimpin sebuah
> partai politik dan wanita Arab kedua (setelah wanita
> Arab Mauritania Aisyah Binti Jaddan) yang mencalonkan
> sebagai presiden. Hal itu menunjukkan kemajuan status
> wanita dalam kehidupan politik di Aljazair.
> 
> PEMILU presiden Aljazair terakhir menunjukkan beberapa
> perkembangan positif yang sangat penting dalam
> kehidupan sosial dan politik negara itu. Lembaga
> militer dan politik Aljazair, meskipun terlibat
> konflik sengit berdarah dengan FIS dan kelompok Islam
> lainnya yang belum reda penuh sampai saat ini, tidak
> serta-merta menggusur kekuatan Islam moderat dan
> bahkan sebaliknya mereka mengakomodasinya dalam
> konteks sistem multipartai.
> 
> Partai-partai Islam menunjukkan keberhasilan yang
> signifikan pada pemilu parlemen tahun 1997 dan 2002.
> Dua partai Islam menduduki urutan kedua dan ketiga
> pada pemilu parlemen 1997 (Partai Hamas meraih 70
> kursi dan Partai Nahdah mendapat 34 kursi-Red). Pada
> pemilu parlemen 2002, Partai Hamas dan Partai Islah
> yang memisahkan diri dari Partai Nahdah menduduki
> urutan ketiga dan keempat (Partai Islah memperoleh 43
> kursi dan Partai Hamas mendapat 38 kursi-Red).
> 
> Selain itu, pimpinan Partai Hamas bergabung dalam
> kabinet koalisi pimpinan Presiden Abdelaziz Bouteflika
> dan menduduki posisi menteri penting.
> 
> Kebijakan akomodasi terdapat kekuatan Islam yang
> dilakukan Pemerintah Aljazair beberapa tahun terakhir
> ini membantu mereduksi popularitas dan kredibilitas
> FIS. Selain juga membawa munculnya perpecahan
> kelembagaan dan pemikiran antara berbagai faksi-faksi
> Islam.
> 
> Perpecahan itu bisa terlihat dalam pemilu presiden
> terakhir di mana sikap kubu Islam Aljazair terpecah
> dalam menentukan presiden negara itu. Partai Gerakan
> Islah yang beraliran Islam mencalonkan pemimpinnya,
> Saad Abdellah Djaballah, sebagai Presiden Aljazair.
> 
> Partai Islam Gerakan Masyarakat Perdamaian (Mujtamak
> Al Silmi) atau Hamas mendukung Presiden Aljazair
> sekarang, Abdelaziz Bouteflika, untuk menjabat
> presiden periode kedua.
> 
> Sedang Partai Gerakan Nahdah yang melorot tajam
> popularitasnya tidak mendukung satu pun dari enam
> kandidat presiden.
> 
> Seperti diketahui, ada enam kandidat presiden yang
> berlomba dalam pemilu lalu, yakni Abdelaziz Bouteflika
> (Presiden Aljazair sekarang), Ali Benflis dari kubu
> independen, Saad Abdellah Djaballah dari Gerakan
> Islah, Louiza Hanoune dari Partai Buruh, Said Saadi
> dari Partai Gerakan Budaya dan Demokrasi yang memiliki
> basis massa di wilayah Berber, serta Ali Faouzi
> Rebaine dari Partai Ahd 54.
> 
> IKLIM keterbukaan politik di Aljazair terakhir ini
> juga telah mengantarkan timbulnya faksi dan partai
> politik yang mewakili berbagai kepentingan dan
> ideologi, yang menguak kapasitas dan popularitas
> kekuatan Islam yang hakiki.
> 
> Peta politik Aljazair saat ini terbagi ke dalam tiga
> kekuatan utama.
> 
> Pertama, kubu nasionalis yang diperkirakan mendapat
> dukungan sekitar 25 hingga 30 persen. Kubu tersebut
> diwakili oleh Front Pembebasan Nasional (FLN) dan
> Front Perkumpulan Nasional Demokrasi.
> 
> Kedua, kubu Islam yang diduga mendapat dukungan 15
> sampai 20 persen.
> 
> Ketiga, kubu Berber yang memperoleh dukungan dari 10
> hingga 15 persen.
> 
> Banyak pengamat Aljazair mengungkapkan, hasil pemilu
> parlemen tahun 1991 yang dimenangi FIS bukan merupakan
> barometer kekuatan Islam yang sesungguhnya. Tetapi,
> hal itu lebih berupa wajah ketidakstabilan pentas
> politik negara itu pada awal tahun 1990-an setelah
> didominasi secara mutlak oleh FLN selama tiga dekade.
> 
> Seorang warga Indonesia yang tinggal lama di Algiers
> mengatakan kepada Kompas bahwa hasil Pemilu 1991 tak
> lebih dari suara protes rakyat terhadap hegemoni FLN.
> 
> Pada tahun 1991, di pentas politik Aljazair memang
> hanya ada dua kekuatan politik utama yaitu FLN dan
> FIS. Saat ini panggung politik Aljazair diwarnai oleh
> berbagai kekuatan politik dan faksi yang tidak
> memungkinkan satu pun dari mereka bisa memonopoli
> secara mutlak.
> 
> Wacana politik Aljazair selama 12 tahun terakhir ini
> telah mengalami pergeseran mendasar, di mana telah
> sangat berkurang suara yang menuntut didepaknya
> kekuatan Islam dari kancah politik. Serta menurun pula
> seruan menggunakan segala cara untuk mendirikan negara
> Islam.
> 
> Rakyat Aljazair mulai merasa kelelahan dengan
> kehidupan kacau-balau dan saling menghancurkan selama
> lebih dari satu dekade terakhir ini. Mereka pun mulai
> jenuh dengan retorika ideologi dan perpecahan yang tak
> kunjung selesai tentang hubungan agama, negara, dan
> identitas bangsa.
> 
> Mereka kini mulai memberi perhatian terhadap
> stabilitas dalam negeri, pertumbuhan ekonomi,
> ketenangan sosial, dan melawan korupsi. Hal itu bisa
> terlihat dari hasil pemilu 8 April lalu yang
> mengantarkan Presiden Abdelaziz Bouteflika memenangkan
> kembali untuk jabatan periode kedua (2004-2009) karena
> lebih memberi perhatian pada kepentingan rakyat yang
> hakiki dan prestasi kerjanya telah cukup terbukti pada
> periode jabatan pertama. Sedang kandidat lainnya masih
> sering terperangkap dengan retorika ideologi.
> 
> Akan tetapi, sekalipun terdapat perkembangan positif
> yang sangat signifikan, Aljazair masih dihinggapi
> sejumlah problema.
> 
> Pertama, meskipun lembaga militer berhasil membasmi
> dalam batas tertentu kelompok-kelompok militan dan
> keberhasilan Presiden Bouteflika menyosialisasikan
> konstitusi kerukunan sipil, sejumlah kecil kelompok
> militan yang bertebaran ternyata masih mampu
> mengganggu-kendatipun dalam skala kecil-keamanan dan
> stabilitas.
> 
> Kedua, partai dan faksi politik di Aljazair masih
> diwarnai pula oleh perbedaan internal dan
> intrik-intrik antarsesama anggota. Lembaga militer
> tetap dikesankan sebagai penguasa de facto di
> Aljazair.
> 
> Ketiga, terjadi kesenjangan antara kalangan akar
> rumput dan elite politik, di mana para elite tidak
> selalu peka dengan kesengsaraan hidup akar rumput.
> Problema terbesar adalah isu pengangguran dan
> kemiskinan yang semakin meningkat di Aljazair.
> 
> Meski demikian, Aljazair saat ini dengan segala
> problemanya tetap sebagai barometer dunia Arab dalam
> konteks isu reformasi. Lembaga militer dan politik
> Aljazair, misalnya, mampu menunjukkan permainan cantik
> dan elegan karena memilih menggunakan solusi politik
> dan militer sekaligus dalam memerangi kelompok
> militan.
> 
> Kebijakan mengakomodasi kekuatan Islam moderat dan
> membuka pintu terhadap berbagai aliran politik lain
> merupakan faktor penting yang menciptakan stabilitas
> sosial dan bergulirnya roda demokrasi di Aljazair.
> 
> SECARA filosofi politik, keberhasilan proses
> demokrasi-meskipun dalam batas tertentu-di Aljazair
> dibandingkan dengan negara Arab lain disebabkan
> kemampuan kelompok dan elite politik negara itu
> mencapai kesepahaman atau kontrak politik atas proses
> dan dasar bergulirnya demokrasi itu.
> 
> Di samping itu, kemampuan kelompok dan elite politik
> di Aljazair mereduksi tingkat perpecahan antara mereka
> yang bisa mengancam stabilitas perkembangan laju
> demokrasi, serta menghilangkan kecemasan satu sama
> lain akan terjadinya pengkhianatan yang menodai aturan
> main demokrasi tersebut. Misalnya, suatu partai yang
> berhasil berkuasa kemudian menggunakan segala
> cara-sekalipun dengan cara tidak demokratis-untuk
> mempertahankan kekuasaannya itu.
> 
> Prinsip yang menjadi pijakan adalah kelompok-kelompok
> politik yang berhak berbingkai demokrasi dan menyusuri
> jalan demokrasi, ialah kelompok politik yang mencapai
> kesepahaman umum atas peta jalan demokrasi yang
> membawa merasa saling aman, percaya, dan kerja sama.
> Prinsip itulah yang dipenuhi oleh partai-partai
> politik di Aljazair yang meraih legalitas negara.
> 
> Aljazair dikenal sebagai salah satu negara Arab yang
> sangat getol mendukung reformasi di dunia Arab,
> termasuk semua isu reformasi yang menjadi agenda KTT
> Arab di Tunisia pada 22 dan 23 Mei. Isu-isu reformasi
> tersebut adalah demokrasi, hak asasi manusia, peranan
> wanita, dan civil society. (mth)
> Dan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> > Dik Ari
> > 
> > Saya telah baca sepintas dan yang terasa bagi saya
> > ialah Indonesia
> > lebih progresif tetapi Maroko sekarang ini sedang
> > kuat ideologi
> > berkaryanya.  Rajanya memberi contoh teladan kepada
> > rakyat apa itu
> > bekerja dan dia menyetir sendiri ke mana2.  Semua
> > program2 pemerintah
> > dia periksa sendiri berjalannya.  Polisi korup
> > dipecat dsb.
> > 
> > Semangat ideologi berkarya ini tidak ada di
> > Indonesia! Semua pengen
> > cepat kaya!
> > 
> > Orang Maroko tidak mau diinfiltrasi oleh elemen2
> > radikal dari
> > Aljazair.  Di Aljazair katanya ada fatwa utk
> > membunuh SETIAP ORANG
> > ASING.  Weleh weleh Islam model apa ini?
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari
> > Condrowahono
> > <masarcon@> wrote:
> > >
> > > Oom Dana,
> > > 
> > > kalau anda pengen lihat blognya orang maroko yang
> > cerdas, saya sarankan 
> > > adnda berkunjung ke blognya professeur Laila
> > Lalami.  Dia professor 
> > > sastra di amerika.
> > > 
> > > http://www.lailalalami.com/blog/
> > > 
> > > di blognya dia sempat bercerita ttg bukunya
> > Pramudya Ananta Toer 
> > > segala.  Good referencelah ama mbak Lalami ini. 
> > Dia juga banyak cerita 
> > > ttg maroko dan berbagai karya kontemporer dari
> > sedut seorang wanita dan 
> > > seorang akademisi.
> > > 
> > > salam,
> > > ari condro
> > > 


Kirim email ke