Dalam satu kontrak kerja harus ada kejelasan,juga didasari oleh nilai
kejujuran dan ke-ikhlasan. Terserah bentuk kerjasama antara suami
istri itu dalam bentuk apapun juga asal semua pihak diuntungkan dan
tidak ada pihak yang dirugikan. Kalau sampai merugi besar kemungkinan
kontrak kerja akan berakhir karena perusahaan masuk dalam kondisi
pailit dan bangkrut.

Model Pak Aly ini yang saya pikir berpotensi salah karena didasari
oleh ketidak jujuran yang berawal dari berburuk sangka pada
pasangannya atau rekan kerjanya. Pada akhirnya kondisi yang demikian
akan menimbulkan kerugian. Kerugian juga muncul karena ketidak
ikhlasan. Dan dalam kasus Pak ALy jelas Bu Aly adalah pihak yang
berpotensi dirugikan;)

Makanya perempuan mau berperan apapun juga semisal Ibu rumah tangga
sekalipun, maka mandirilah secara financial. Dengan apa yang anda
usahakan, anda berhak mendapatkan "pembayaran"...apalagi perempuan2
yang berperan sebagai "pencari Nafkah"

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Tri Budi Lestyaningsih
\(Ning\)" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Rasanya memang setiap pasangan punya cara sendiri-sendiri. Tapi,
menurut saya, memang sebaiknya sih pembukuan terbuka. Supaya tidak ada
saling curiga. Walaupun, saya rasa tidak ada keharusan bahwa suami
harus memberitahukan keseluruhan penghasilan dia atau memberikan
keseluruhan penghasilan dia kepada isteri. CMIIW.
>  
> Kalau kami, kami sudah punya pos-pos dengan anggarannya setiap
bulan, yang sudah kami bicarakan di awal. Ada pos-pos tertentu yang
saya urusin sehari-harinya, yaitu untuk urusan dapur dan rumah tangga.
Untuk keperluan ini, suami langsung transfer ke rekening saya, jadi
saya yang kelola. Untuk pos-pos lain, seperti bayar listrik, telpon,
hp, uang sekolah anak, ngasih ke ortu/saudara/dll, suami yang transfer
langsung via ATM (tidak lewat saya lagi). Untuk kartu kredit, biaya
kantor bayar masing-masing. Kalau penggunaan untuk non kantor, ya
suami yang bayar..he..he.. Kalau ada pengeluaran extra, di luar pos,
dia selalu lapor ke saya..he..he.. padahal saya ngga minta dilaporin
lho.. Cuma, memang dia berprinsip, lebih suka terbuka.
>  
> Kalau pendapatan saya, suami ngga pernah tanya-tanya sih.. Tapi saya
suka kasih tau ke dia juga. Tapi dia memberi kebebasan kepada saya
untuk menggunakan untuk apa saja. Meskipun demikian, kalau dipakai
untuk pengeluaran yang agak mahal, saya juga merundingkan dulu sama
suami.. tapi keputusan ada di saya. 
>  
> Wass,
> -Ning
>  
>  
>  
> 
> ________________________________
> 
> From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Achmad Chodjim
> Sent: Saturday, March 03, 2007 8:40 AM
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Subject: Re: [wanita-muslimah] Gaji Suami, siapa yang mengelola?
> 
> 
> 
> Pak Aly,
> 
> Saya sih setuju dengan pandangan Pak Ali bahwa perihal gaji itu
dirundingkan antara suami-istri. Cuma, saya ketawa ketika melihat cara
Pak Aly mengambil kesimpulan bilamana gaji diserahkan 100% kepada
istri. Sekali lagi, saya tidak menertawakan Pak Aly tapi tertawa
terhadap caranya Pak Aly dalam mengambil kesimpulan. Coba kita
perhatikan kesimpulan berikut:
> 
> "kalau sy minta ke istri apalagi ada teman/sdr/ortu wah gak bebas...
kalau gaji dikasih semua ke istri pas ada kebutuhan beli rokok
tambahan/traktir teman, infaq spontan, reunian jd report.. nanti lama2
bisa diselipin di kantor atau di kaos kaki kalau pulang kerja hi3.... "
> 
> Pertanyaan saya:
> (1) Mengapa tidak bebas kalau gaji diserahkan kepada istri
sepenuhnya, bukankah istri dalam bahasa Jawa itu disebut "garwa", yang
dimaknai sebagai "sigaring nyawa" atau belahan jiwa?
> (2) Mengapa kebingungan kalau mau beli rokok, traktir teman dan lain
sebagainya bilamana gaji diserahkan semuanya kepada istri?
> 
> Uraian saya:
> (1) Meski gaji diserahkan seluruhnya kepada istri, kalau itu
dibangun atas hubungan "garwa", masing-masing disebut "bojo"
(suami/istri), ya kita akan merasa bebas tak ada perasaan ditindas
atau menindas. Hubungan setara. Suami merupakan pakaian bagi istri,
dan istri merupakan pakaian bagi suami. Masing-masing pihak saling
memakai. Bukankah begitu yang dituturkan dalam Alquran? Lha, kalau
tidak bebas itu artinya belum setara, karena masih ada yang perlu
disembunyikan dari pihak lain. :)
> 
> (2) Kita tak perlu bingung kalau beli rokok atau menaktrir rekan
bisnis. Bukankah dalam hubungan kesetaraan suami/istri itu ada saling
kepercayaan. Cara pemecahannya, ini berdasarkan yang kami
(suami/istri) praktikkan. Istri sebagai mentri dalam negeri yang
merangkap bendara rumahtangga, hahaha... Dia terima seluruh
penghasilan saya. Dari hasil administrasinya, dia memberitahu bahwa
sekian rupiah dimasukkan dalam tabungan atas nama suami (saya). Nah,
dari buku tabungan itulah saya bisa menarik via ATM untuk keperluan
saya misalnya membeli buku-buku, disk, menaktrir teman karena lama tak
bersuo padahal ingin mengobrol-ngobrol, etc. etc.
> Laporan pembukuan terbuka buat suami/istri. Kan beres...! Dengan
cara demikian, tidur pun nyenyak nggak takut ngelindur yang
nggak-nggak, gak mikirkan lagi apa yang kita gunakan sebelumnya..
Mengapa? Karena, kita tidak takut dicurigai apa-apa. 
> Dan, apa yang saya sampaikan ini tidak bisa disimpulkan bahwa yang
"manci" atau menjatah istrinya berarti senantiasa ada kecurigaan dari
pihak istri. Tidak demikian, lantaran hubungan suami-istri itu relasi
kepercayaan, relasi belahan jiwa! 
> 
> Wassalam,
> chodjim 
> 
> ----- Original Message ----- 
> From: Muhammad Aly 
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
<mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com>  
> Sent: Thursday, March 01, 2007 12:40 AM
> Subject: Re: [wanita-muslimah] Gaji Suami, siapa yang mengelola?
> 
> Mbak Aisha,
> ya dirundingkan saja dengan kedua belah pihak
> (suami-istri) mana yg lebih baik... 
> khan waktu pacaran sebelum nikah gak pernah dismpan di
> calon istri uangnya khan..? Jd ya sy bebas saja naruh
> uang di mobil, di atas TV/komputer, dilemari.. pin atm
> aja bini gak mau tau ... padahal sdh pernah sy ksh tau
> tp egp aja he3... yg penting anak sehari2, anak
> sekolah, shopping, ortunya dll kehidupan. 
> 
> kalau sy minta ke istri apalagi ada teman/sdr/ortu wah
> gak bebas... kalau gaji dikasih semua ke istri pas ada
> kebutuhan beli rokok tambahan/traktir teman, infaq
> spontan, reunian jd report.. nanti lama2 bisa
> diselipin di kantor atau di kaos kaki kalau pulang
> kerja hi3.... 
> yg jelas istri & keluarga dijamin sehari2nya.. makan
> nasi goreng sama2.. makan nasi dengan ikan asin juga
> sama...naik, naik ojek okey.. naik bus okey, bw mbl
> bareng atau sendiri2 juga okey2 aja...saling percaya. 
> 
> --- Aisha <[EMAIL PROTECTED]
<mailto:aishayasmina2002%40yahoo.com.sg> > wrote:
> 
> > Menarik percakapan pak Ali dan dokter Donnie ini:)
> > Sebenarnya dalam Islam itu, apa ada petunjuk atau
> > contoh yang menjelaskan siapa yang mengelola gaji
> > suami? Apa seperti gaya ustadz Chodjim yang
> > memberikan semua gajinya ke istri- artinya istri
> > yang mengelola semua penghasilan suaminya, atau
> > seperti pak Ali yang merasa sudah istimewa
> > memberikan 5 juta untuk istrinya dan 2/3 gajinya
> > dikelola sendiri?
> > 
> > Diyakini bahwa pencari nafkah itu suami, lalu apakah
> > nafkah itu semuanya diberikan ke istri atau hanya
> > sebagian saja? Apakah istri berhak tahu semua
> > penghasilan suaminya?
> > 
> > salam
> > Aisha
> > ---------
> > From : M. Aly
> > P Donnie,
> > sebaiknya kalau gaji jgn dikasihkan semua ke istri..
> > nanto kebiasaan sst.. gue lihat dompet suami gue
> > he3... dan nanti kalau terbiasa ngambil gak ssst
> > lagi.. tapi " Pak sy ambil uang di dompet kebanyakan
> > nanti habis" he3.... sy gaya org kampung aja sy..
> > dari gaji mulai kwn 500rb thn 96 semaunya sy aja
> > ngasih yg penting tanggung jawab penuh dengan istri
> > & keluarga ; beli beras dari manggul, beli beras
> > pake ojek dstnya..
> > 
> > yah khan byk yg ditanggung kredit ini-itu dan
> > tanggungan my single parent - ibuku alhamdulillah
> > 1jt tiap bulan sy kirim... jd 5jt bwt istri sdh ckp
> > istimewa.
> > 
> > slm,
> > buruh
> > --- Donnie wrote:
> > > Pak Aly, kalau gajinya sebulan emang bener 15 juta
> > > kok yang 
> > > dikasihkan istri cuman 5 juta?? padahal pak Chojim
> > > meneladani dengan 
> > > memberikan seluruh gajinya ketika istri memang di
> > > minta untuk bekerja 
> > > dalam sektor domestik? just curious :D
> > > 
> > > regards,
> > > Donnie
> > 
> > [Non-text portions of this message have been
> > removed]
> > 
> > 
> 
> __________________________________________________________
> The fish are biting. 
> Get more visitors on your site using Yahoo! Search Marketing.
> http://searchmarketing.yahoo.com/arp/sponsoredsearch_v2.php
<http://searchmarketing.yahoo.com/arp/sponsoredsearch_v2.php> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
>  
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke