Indah ya bu Flora, ketika segala sesuatunya hanya karena Allah. 
Adapun hal-hal yang sifatnya manusiawi tentu ada karena sebuah 
keniscayaan belaka mengingat kita bukanlah malaikat yang tanpa 
freedom of choice, choice of Good or Evil.

Yang saya juga ikut termenung adalah begitu bisa 'aneh' komentar atas 
isi wawancara ini dan yang digarisbawahi oleh 'keanehan' itu adalah 
sisi yang dari awal di tepis langsung oleh Teteh. Sungguh segala 
sesuatu itu bisa menjadi ujian, kebaikan dan keburukan.

Sungguh sedikit sosok panutan ummat yang mau terbukan dan membuka 
diri untuk dikritisi, bahkan hingga balik dibenci oleh mereka yang 
berlebihan mengagumi beliau.

Yang terbaik dari Allah.

salam,
Satriyo

===

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Flora Pamungkas" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Ninih Menepis Gosip Cerai
> "APA PUN YANG TERJADI, SAYA DAN AA HARUS BERSAMA SAMPAI DI AKHIRAT 
NANTI!" 
> 
> http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=13803&no=2
> 
> 
> Setelah Aa Gym berpoligami, gosip miring kerap menghampiri hubungan 
Aa
> Gym-Teh Ninih. Baru-baru ini berhembus kabar, Ninih (40) diisukan 
minta
> cerai. Benar demikian? "Enggak pernah kepikiran pisah dengan Aa!" 
Kini ibu
> dari 7 anak ini semakin rajin berdakwah. Salah satu alasannya, 
sekarang
> Ninih tak perlu fokus lagi mengurus Aa Gym karena sudah berbagi 
tugas dengan
> madunya, Rini. Berikut obrolan dengan Ninih. 
> 
>  Sejak kapan mulai berdakwah?
> Kalau mengajar, sudah saya lakukan sejak remaja hingga kuliah. Untuk
> berdakwah, terhitung sejak 5 tahun yang lalu. Karena sudah 
disiapkan, ya,
> enggak menemukan kesulitan. Awalnya ditandem dulu oleh Aa, lalu Aa 
memberi
> masukan tentang kurang-lebihnya dakwah saya. Saya disiapkan Aa 
seperti
> mengajar anak TK. Tapi senang, kok, diajari Aa. Ha. . ha.. 
> 
> Kabarnya akan pulang ke rumah orang tua di Cijulang?
> Bukan pulang, tetapi mau dakwah di rumah Teteh,karena ibu-ibu di 
sana sudah
> kangen sekali. Memang, biasanya ke sana dengan Aa. Sekarang Teteh 
mencoba
> sendiri saja. Tak masalah, kok. Malah latihan mandiri di kampung 
halaman
> sendiri. 
> 
> Biasanya memang Aa yang dakwah lebih banyak, Teteh kebagian sedikit.
> Sekarang Aa menganjurkan mandiri, supaya tidak dibayang-bayangi 
kebesaran
> nama Aa. Kata Aa, "Saya mempersilahkan Mamah (panggilan Aa Gym pada 
Ninih,
> Red.) untuk leluasa berkreasi dalam berdakwah penuh." Tapi Aa 
selalu SMS,
> kok, memberikan masukan tentang poin-poin yang penting untuk materi 
dakwah
> Teteh. Misalnya, ketika Teteh ceramah tentang kecantikan wanita, 
pekan lalu
> di Tangerang, Teteh minta saran dan Aa mengatakan, kecantikan 
wanita itu
> bukan dari topeng, melainkan dari qolbu-nya. Nah, Teteh ingat terus
> kata-kata itu.
> 
> Apakah latihan mandiri itu bisa diartikan saat ini sedang dilatih 
agar bisa
> mandiri dan kelak hidup sendiri?
> Kalau Aa melatih mandiri, itu karena kita tidak tahu apa yang bakal 
terjadi.
> Jadi, seorang istri harus disiapkan dalam segala hal, agar tidak 
bergantung
> pada suami. Misalnya, dalam hal keuangan. Namanya usia, ka, tidak 
bisa
> diduga. Siapa tahu suami yang lebih dulu pergi selamanya. Nah, 
istri harus
> disiapkan dalam kemandirian. Dalam hal tauhiid, itu jelas, enggak 
boleh
> bergantung kepada manusia, tetapi bergantung kepada Allah. 
> 
> Jadi, sudah sejak lama Aa menyiapkan saya untuk mandiri. Bukan 
dalam arti
> harafiah, tetapi untuk melebarkan dakwah agar lebih luas. Dengan 
begitu, Aa
> dan Teteh bisa berdakwah di dua tempat berbeda dalam waktu yang 
sama. Hanya
> saja, Aa biasanya berdakwah lebih umum, sementara Teteh lebih ke 
topik
> perempuan. Itu akan lebih match. Di sini (arti) kemandirian itu 
bukan untuk
> bersaing, melainkan untuk saling maju dan saling menguatkan wawasan 
supaya
> lebih melebar.
> 
> Jadi, kabar mau pisah dari Aa Gym tidak benar?
> Memang ada isu begitu? Siapa yang bilang? (Ninih mengernyitkan 
dahi) Ada
> saja, kali, yang iseng, ya. Wah, malah makin indah cintanya kalau 
begitu.
> Makin rindu karena cintanya bukan karena nafsu, melainkan cinta 
hakiki yang
> tujuannya kepada Allah. Allah yang menanamkan cinta. Boro-boro 
kepikir cerai
>  Sebaliknya, pikirannya makin terikat dan saling menyayangi.
> 
> Tetapi sempat terpikir untuk berpisah?
> Enggak ada. Namanya isu, cuma memanas-manasi. Masak sudah sudah 20 
tahun
> kami merintis, kalau hanya karena kejadian kemarin, terus saya 
mundur?
> Alangkah ruginya. 
> 
> Jadi, yang sudah dirintis ini harus dipertahankan. Bahkan harus 
lebih baik.
> Sebaliknya, kehadiran istri kedua bukan sesuatu yang jelek kalau 
disikapi
> dengan baik. Satu visi, satu misi.. Hanya saja memang butuh proses, 
perlu
> waktu.
> 
> Apakah proses itu sudah selesai?
> Masih terus berlangsung. Namanya juga hidup, ingin lebih baik. Saya
> mensyukurilah, menikmati setiap episode kehidupan ini. Kalau 
menunggu yang
> belum terjadi, capek, ya? Mendingan dinikmati apa yang kita lakukan 
sekarang
>  menikmati apa yang Allah berikan, Syukuri terus karunia yang Allah 
berikan.
> Pasti kelak Allah menambah lebih banyak lagi karunia lain. Saya 
yakin akan
> hal itu. 
> 
> Tetapi pernah membayangkan seandainya kelak hidup terpisah?
> Sama sekali enggak. Yang kebayang adalah sama-sama di dunia dan 
sama-sama di
> akherat. Titik. Soalnya, karena tujuan menikahnya hanya untuk Allah 
(jadi)
> akan bertahan. Apa pun yang menggoda.
> 
> Tidak sedikit pun punya pikiran seperti itu (pisah, Red). Dari awal 
tujuan
> menikah adalah berdakwah. Jadi, apa pun yang terjadi, saya dan Aa 
harus
> bersama sampai di akhirat nanti. 
> 
> Memang, tantangan pasti ada. Ujian pasti ada. Misalnya, Aa menikah 
lagi.
> Tapi karena tujuannya harus sama-sama sampai di akhirat nanti, sama 
sekali
> enggak terpikir untuk berpisah. Jangan sampai, ah! Enggak ada 
pikiran
> berpisah.
> 
> Jadi, tidak ada yang berubah sejak Aa Gym menikah lagi? 
> Enggak ada. Yang saya rasakan justru Aa semakin dewasa. Terutama
> kesabarannya meningkat banyak, empatinya juga meningkat. Benarlah Aa
> merupakan pemimpin umat. Kejadian yang timbul akibat Aa menikah 
lagi dibuat
> menjadi sarana berlatih. Misalnya, kalau sebelumnya Aa selalu sibuk 
dengan
> urusan bisnis dan urusan dakwah, sekarang Aa malah lebih banyak 
mengisi
> waktu dengan belajar agama dan kuliah lagi. Jadi, kami sama-sama 
belajar.
> 
> Bagaimana menyampaikan kabar ketika ayahnya menikah lagi sehingga 
bisa tidak
> lagi bersama mereka setiap hari?
> Kebetulan Aa sudah terbiasa meninggalkan anak-anak karena harus 
berdakwah ke
> berbagai tempat.. Jadi, sebelum menikah lagi pun, Aa sudah tidak 
setiap
> malam tidur di rumah. Sudah diprogramkan 3 hari berada di luar 
kota, sisanya
> tidur di rumah. Ketika Aa tidak di Bandung, saya sendirian dengan 
anak-anak.
> 
> 
> Sekarang memang sudah ada Mamah baru. (Rini, Red.) (Ninih sempat 
terdiam
> sejenak) Bagi saya, ini kesempatan untuk menjelaskan bahwa kondisi 
sekarang
> harus disyukuri, karena Bapak sudah ada yang ngurus ketika harus 
pergi ke
> luar kota. 
> 
> Secara perlahan mereka bisa memahami, kok, walaupun ada beberapa 
anak yang
> perlu waktu untuk memahami situasi tersebut. Maklum, namanya juga 
anak-anak.
> Ini tantangan bagi saya. Sekarang anak-anak sudah sangat paham.
> 
> Dengan kesibukan berdakwah, waktu Anda jadi berkurang untuk anak-
anak? 
> Ah, sama aja, ya (Ninih lalu tertawa lepas). Cuma saja, sekarang, 
karena
> sudah berbagi tugas dengan Teh Rini, kesempatan untuk berdakwah 
lebih banyak
>  Tidak lagi fokus mengurus Aa sebab secara pribadi karena sudah ada 
yang
> mengurus. Itulah hikmahnya. Makanya jadi sip, deh. Harus dibuat 
sip, deh
> (Tersenyum sambil memainkan buku di tangannya). 
> 
> Sekarang dakwah saya menjadi lebih luas, walaupun mengurus keluarga 
tetap
> nomor satu. Memang Aa selalu berpesan, kalau kita selalu bisa 
mendakwahi
> keluarga, maka kita akan kuat berdakwah keluar. Sebaliknya, kalau 
lemah
> berdakwah di keluarga, akan lemah pula berdakwah di luar. Jadi, 
(dakwah) di
> rumah tetap nomor satu. 
> 
>  SEMPAT INGIN PISAH 
> Selain Ninih, yang juga menepis isu Ninih minta cerai adalah sang 
ayah, HM
> Mukhsin (70). "Kabar dari mana itu? Setahu saya, sekarang keluarga 
mereka
> baik-baik saja. Kalau Ninih berniat demikian, akan saya larang 
dengan keras.
> Tidak boleh," ujar Mukhsin berulang kali, ketika ditemui di 
rumahnya di
> Cijulang, Ciamis Selatan (Jabar), Rabu (15/5).
> 
> Namun Mukhsin yang juga pengasuh Pesantren Kalangsari, Cijulang, 
membenarkan
>  putri keduanya (dari 5 bersaudara) itu sempat keceplosan ingin 
berpisah.
> Tepatnya saat Ninih mengabari Aa Gym sudah menikah lagi. "Dia 
mengabari
> lewat telepon dan menangis. Semua itu saya anggap wajar. Wanita 
mana, sih,
> yang tidak sedih mengetahui suaminya menikah lagi? Lalu saya 
nasihati,
> jangan pernah berniat cerai. Dia bisa menerima saran kami. Lambat 
laun Ninih
> sudah bisa menerima keadaan," ujar Mukhsin.
> 
> Kini, lanjutnya, kondisi rumah tangga putrinya sudah normal kembali.
> Kalaupun ada yang berubah, "Aa Gym sudah jarang berkunjung ke sini. 
Kalau
> dulu, bisa tiga bulan sekali pasti disempatkan untuk datang. Namun 
sejak
> menikah lagi, belum sekali pun datang," kata Mukhsin.
> 
> Tidak berkunjung lagi bukan berarti Aa Gym melupakan Pesantren 
Kalangsari. Ia masih tetap membantu pesantren yang mendidik sekitar 
200 santri itu. "Dia masih tetap mengirim uang," tutur Mukhsin.
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke