Pak Lasykar5 (sepertinya anda anak ke-5),

Jika tempat ibadah diperbolehkan menjadi tempat kampanye, saya tidak bisa
membayangkan bagaimana nanti jadinya tempat ibadah itu.

Ambil contoh sebuah masjid.
Seluruh pagar masjid, akan penuh dengan umbul2, spanduk dan bendera partai.
Bisa dibayangkan bagaimana meriahnya masjid. Di pojok kanan ada bendera
PDIP, pojok kiri bendera PKS, ujung kanan bendera PAN, ujung kiri bendera
Golkar dan seterusnya.

Belum lagi stiker, pamflet. Saya jadi kasihan sama penjaga mesjid yg pasti
repot nambah kerjaan ngebersihin masjid selepas acara kampanye.

Kemudian nanti ada perang statemen, perang informasi, saling menonjolkan
program masing2. Akhirnya Mjalah Dinding nanti dipenuhi oleh artikel2
politik murahan.

Pertanyaannya, ini mesjid apa kantor kelurahan?

Kinantaka


On 9/12/07, lasykar5 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Weleh-weleh ... ko kesannya pada ketakutan ga bisa mendulang pendukung
> ya
> jika tempat ibadah dan lembaga pendidikan jadi ajang kampanye?
>
> Padahal jelas tanpa ada format kampanye, justru salah satu petinggi negeri
> ini khusus punya jamaah zikir yang belum lama ngejreng di salah satu teve
> swasta, menjelang hari proklamasi, mirip dan sepintas menyaingi majlis
> zikir
> salah satu ustad muda. Kalo ybs sudah tidak bertahta, bubar ga tu ya
> majlis
> zikirnya?
>
> PDIP juga terkesan tidak konsisten, di satu sisi tidak setuju dengan
> kampanye di tempat ibadah tapi malah mendirikan underbow khusus muslim.
> Herman herman* ....! :-)
>
> Kalah jauh demokratis ya dengan tempat2 ibadah di negeri paman sam yang
> praktis jadi salah satu arena 'kampanye' ...
>
> Mungkin perlu ditegaskan kampanya spt apa yang boleh dan tidak jadi aturan
> mainnya jadi jelas.
>
> salam,
> satriyo
>
> *) herman=heran
>
> On 9/12/07, Kinantaka <[EMAIL PROTECTED] <kinantaka%40gmail.com>> wrote:
> >
> > PKS menginginkan agar kampanye di tempat Ibadah (Mesjid, Gereja, Pura,
> > dll)
> > tidak dilarang. Bagaimana?
> >
> > Kinantaka
> >
> > http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=303288
> > Larangan Kampanye di Tempat Ibadah dan Pendidikan
> >
> > JAKARTA - Larangan kampanye di tempat ibadah dan lembaga pendidikan
> > ditanggapi berbeda oleh FPKS dan FKB. Fraksi Partai Keadilan Sejahtera
> > (FPKS) menolak larangan itu. Sedangkan Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB)
> > justru mendukung.
> >
> > Sikap bertolak belakang dua fraksi itu kemarin tergambar dalam rapat
> kerja
> > (raker) Pansus RUU Pemilu Legislatif di ruang sidang Komisi II DPR.
> Ketika
> > itu raker menyoroti draf pasal tentang larangan kampanye di tempat
> ibadah
> > dan lembaga pendidikan.
> >
> > "Cukup penggunaan fasilitas pemerintahan saja yang dilarang," kata
> anggota
> > FPKS Agus Purnomo.
> >
> > Raker yang agendanya juga untuk mendengarkan pengantar awal daftar
> > inventaris masalah (DIM) tiap-tiap fraksi DPR itu dihadiri sejumlah
> > menteri.
> > Di antaranya, Mendagri Mardiyanto, Menkum HAM Andi Mattalatta, dan
> > Mensesneg
> > Hatta Radjasa.
> >
> > Agus melontarkan dalih bahwa kampanye di tempat ibadah dan lembaga
> > pendidikan justru dapat mendorong pendidikan politik bagi masyarakat.
> > "Jadi,
> > dibebaskan saja," tandasnya.
> >
> > Sebelumnya, UU No 12/2003 tentang Pemilu Legislatif pada pasal 74 ayat g
> > mengatur adanya pembatasan itu. Wakil ketua FPKS yang juga anggota
> pansus
> > Almuzzammil Yusuf menegaskan, usul yang disampaikan fraksinya sangat
> masuk
> > akal. "Itu upaya pencerdasan politik bagi masyarakat," katanya.
> >
> > Karena itu, tandas dia, sudah saatnya kampanye juga bisa dilakukan di
> > tempat
> > ibadah maupun lembaga pendidikan. Menurut Muzzammil, hampir semua
> > masyarakat
> > Indonesia sudah matang dalam politik. "Dengan reformasi yang sudah
> > berjalan
> > 10 tahun, saya pikir, sudah sangat siap," yakinnya.
> >
> > Namun, penegasan sikap FPKS tersebut ditolak fraksi lain. "Kami tegas
> > menolak," ungkap anggota Pansus RUU Pemilu dari FKB Badriyah Fayumi.
> >
> > Menurut dia, tempat ibadah maupun lembaga pendidikan memiliki keragaman
> > yang
> > harus dihormati. "Apalagi, tempat ibadah. Ruang publik itu juga memiliki
> > fungsi sangat strategis sebagai penyatu umat. Jangan ini kemudian
> dirusak
> > oleh kepentingan politik praktis," tegasnya.
> >
> > Namun, Badriyah mengatakan, kampanye mungkin masih bisa dilakukan di
> > lembaga
> > pendidikan tingkat perguruan tinggi. "Itu pun tetap harus bersifat
> > dialogis
> > dan dihadiri sejumlah partai," tandasnya. Menurut dia, masih banyak cara
> > lain jika ingin melakukan pencerdasan politik kepada masyarakat.
> >
> > Senada dengan Badriyah, anggota pansus dari FPDIP Eka Santosa menilai,
> > kedua
> > tempat itu harus steril dari aktivitas politik praktis. Meskipun, lanjut
> > dia, tempat ibadah bisa menjadi ruang aktivitas sosial dan dunia
> > pendidikan.
> > "Hanya dari sisi moralitas dan etika. Lebih baik janganlah,"
> > katanya.(pri/dyn)
> >
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
> >
> >
>
> --
> Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
> 
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke