Masih ada yang kurang jelas dari pengertian mba Lina, dengan dialek 
betawinya:
1. Waktu perhiasannya tertinggal, Aisha kan nggak pergi sendirian di 
padang pasir? Dia pergi dengan orang yag dipercayai, dari kerabat 
sendiri.  Kok dialek betawinya mba Lina malah bilang "makanya jangan 
pergi sendirian"? Gimane sih bacanya?

Wong di padang pasir jaman nabi, jangankan pergi sendirian, pergi 
berame2 juga masih dirampok, kan itu tradisi yang diterima pada waktu 
itu. Perempuan sendiri dianggap hak-milik seperti harta benda dan 
ternak, emang jadi obyek rampokan.

Jadi jelas Aisha memenuhi keadilan bagi dirinya sendiri, yaitu pergi 
sebentar ditemanin oleh salah satu sahabat/kerabat. Ya orang Quraish, 
pastilah saling berkerabat, kesukuan kan emang gitu. Dengan kata lain 
memenuhi kriteria 'muhrim'.

2. Dari konteks cerita sirah nabi, yang diceritakan kembali oleh 
Karen Armstrong dalam bukunya Muhammad, kalimat An-Nur "bermanfaat 
bagi dirimu" maksudnya adalah jadi ketahuan kelompok mana yang emang 
munafik dan selalu cari2 kesalahan nabi. Lain kali nabi bisa 
berwaspada terhadap kelompok sempalan munafik ini. Itulah 
manfaaatnya, inna maal usri yusro.

Lebih jauh lagi, KA menceritakan insiden ini dengan sedikit santai - 
sehingga terkesan itu adalah emang urusan domestik, dimana ini 
dijadikan fitnah oleh kelompok munafik.  Ortunya Aisha mendesak 
anaknya minta ampun dan maaf kepada Nabi. Aisha menolak, karena nggak 
merasa nggak bersalah.  Ortunya Aisha sampe mukul anaknya, tetep saja 
dia nggak bergeming. Maunya Aisha, agar nabi percayain dia dan keluar 
rumah dan tabayyun kepada orang kampung,bahwa hal itu nggak benar.  
Tapi nabi masih bingung.  Setelah Aisha dipukul ortunya dan mogok 
makan mogok bicara, mogok ngapa-ngapain di dalam rumah, nabi 
terus 'trance', biasalah keadaan seperti meriang nggak sadar waktu 
menerima wahyu, yaitu An-Nur ini.  Setelah wahyu itu dijelaskan, 
ortunya Aisha (Abu Bakar dan isteri), nyuruh anaknya berterimakasih 
kepada nabi yang telah meluruskan permasalahan.  Tetep saja Aisha 
nggak bergeming, wong nggak merasa bersalah, dan merasa sebel kepada 
suaminya karena nggak sempat meragukannya. Aku berterimakasih kepada 
Tuhan yang telah menurunkan wahyu, bukan kepada nabi...demikian kata 
Aisha sambil bersungut-sungut.  Nabi ketawa ngakak, trus keluar 
tabayyun kepada orang sekampung.  Gitu critanya.

salam
Mia

LIna: "Bahkan kalau boleh saya menerjemahkan bebas kedalam bahasa 
Betawi, ayat tsb bisa menjadi demikian,"Eh Rosul, berita boong itu 
sebetulnya bagus buat ente supaya engeh banyak tukang boong didunia 
ini. Jadi, ente ngewanti-wantiin ke istri (meski ente percaya 100% 
sama do'i) kalo pergi jangan sendirian karena banyaknya tkg kibul. 
Apalagi kamu kan istri seorang Rosul. Rosul itu banyak musuhnye dan 
menjadi figur publik". Gitu terjemahan saya yang kelewat bebas."


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> aSS. wR. wB.,
> 
> Terimakasih mas Ary untuk surat An-Nuur(24)nya yang sebagai rujukan 
> kisah fitnab bunda Aisyah ra. tsb.
> 
> Namun nampaknya dalam ayat itu Allah tidak sedang menyalahkan orang 
> yang punya pikiran jelek (berbohong). Sepengertian saya ayat itu 
> Allah sedang memberi nasehat/peringatan kepada Rasulullah dan kita 
> semua bahwa kejelekan/kebohongan seseorang itu ada juga 
> hikmah/manfaatnya buat Rasulullah dan kita semua. Manfaatnya 
> kemungkinan tidak hanya satu. 
> 
> Begitu juga dengan kisah fitnah selingkuh bunda Aisyah ra ini. Kita 
> dapat mengambil manfaatnya. Buat saya manfaatnya adalah (salah satu 
> manfaat dari banyak manfaat) disini diperlukannya seorang 
> teman/muhrim (entah suami or entah orang lain yang dipercaya) 
> sehingga bisa mencegah fitnah.
> 
> Kalau dipikir kurang percaya apa Rasulullah denga Aisyah ra? Tapi, 
> ketika fitnah itu menyebar, Rasulullah tentunya menjadi gundah juga 
> kalau sang Istri di fitnah seperti itu. Kalo gak gundah, berarti 
> Rasulullah cuex dong ya?...:-)
> 
> Bahkan kalau boleh saya menerjemahkan bebas kedalam bahasa Betawi, 
> ayat tsb bisa menjadi demikian,"Eh Rosul, berita boong itu 
> sebetulnya bagus buat ente supaya engeh banyak tukang boong didunia 
> ini. Jadi, ente ngewanti-wantiin ke istri (meski ente percaya 100% 
> sama do'i) kalo pergi jangan sendirian karena banyaknya tkg kibul. 
> Apalagi kamu kan istri seorang Rosul. Rosul itu banyak musuhnye dan 
> menjadi figur publik". Gitu terjemahan saya yang kelewat bebas.
> 
> wassalam,
> Lina
> 
> 
> 
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "asetijadi2004" 
> <ary.setijadi@> wrote:
> >
> > Salam mbak Lina ra.,
> > 
> > Peristiwa itu membawa fitnah bagi ibunda Aisyah, mempengaruhi 
> > Rasulullah juga hingga melatarbelakangi turunnya surat QS al-Nuµr 
> > (24):  "Sesungguhnya, orang-orang yang membawa berita bohong itu 
> > adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita 
> > bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu." 
> > 
> > Selain itu,
> > saya juga lupa untuk bilang bahwa laki-laki dan wanita dalam 
> konteks 
> > di sini IMHO mengacu bukan pada gender, tapi pada pengemban sifat 
> > maskulin & feminim.
> > 
> > Ketika laki-laki sedang dalam situasi yang feminim (mis. gelisah 
> dan 
> > resah karena urusan pekerjaan), maka bisa saja ibunya atau 
> istrinya 
> > menjadi "laki-laki" sehingga mengayomi.
> > 
> > Salam
> > Ary
> > 
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" 
> > <linadahlan@> wrote:
> > >
> > > Semoga Keselamatan dan Kesejahteraan tercurahkan kepada kita 
> semua,
> > > (Ass. Wr. Wb.)
> > > 
> > > Mo belajar sama pak Ary soal yang No. 2 ini aja.
> > > 
> > > Dari mana pak Ary tau and yakin bahwa (dalam kasus ini) ALLAH 
> > > menyalahkan orang yang punya pikiran jelek? Apakah dalam 
> peristiwa 
> > > ini Allah menyinggung dalam AlQur'an sehingga kita dapat 
merujuk?
> > > 
> > > Secara umum ya tentu saja kita dapat mengatakan Allah selalu 
> > > menyalahkan/mengecam orang yang punya pikiran jelek.
> > > 
> > > Saya ingin yang kontekstual dalam kasus ini saja.
> > > 
> > > Saya pikir dalam satu kasus, kita dapat mengambil banyak hikmah 
> dan 
> > > manfaat.
> > > 
> > > wassalam wr wb.,
> > > 
> > > 
> > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "asetijadi2004" 
> > > <ary.setijadi@> wrote:
> > > >
> > > > 
> > > > 
> > > > 
> > > > 
> > > > Salam semuanya,
> > > >  
> > > (deleted)
> > > 
> > > > 2. Ada banyak contoh jaman Rasul, perempuan berpergian tanpa 
> > > mahram. 
> > > > Termasuk ibunda kaum muslimin Aisyah.
> > > > Contoh:
> > > > - Kasus fitnah selingkuh ibunda Aisyah dg. Safwan Bin al-
> Mutaal 
> > as-
> > > > Sulami karena tertinggal rombongan. Dalam peristiwa itu TIDAK 
> > > PERNAH 
> > > > Aisyah DISALAHKAN KARENA BERPERGIAN TANPA MAHRAM. Yang 
> disalahkan 
> > > > oleh ALLAH adalah orang yang punya pikiran jelek.
> > > > - Kasus perang unta, ketika ibunda Aisyah berperang. Siapa 
> > > mahramnya?
> > > > - Banyak hadits
> > > 
> > > (deleted)
> > >
> >
>


Kirim email ke