Pak MAS, 
Saya bertanya, kalau misalkan anak Bapak ingin ikut aliran ini, apa yang akan 
Bapak lakukan ? Apakah membiarkan saja ?
Wass,
-Ning

________________________________

From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of 
ma_suryawan
Sent: Monday, October 29, 2007 5:21 PM
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: SESAT ...! Re: [wanita-muslimah] Maraknya Aliran-aliran Tidak Lazim 
(1), Semua Mengaku Sebagai Nabi



Dengan menurutkan tulisan yang dipostingnya sendiri, Satriyo adalah 
bagian dari "umat yang malang ini..."

Umat yang tidak mengerti bahwa: hak untuk menentukan/menetapkan 
seseorang atau suatu kaum sebagai sesat atau tidak sesat - adalah hak 
Allah Ta'ala saja, bukan hak manusia.

Lalu, mau dibawa ke mana umat "yang malang" ini yang berisi para 
kyai/mullah/ulama/ustadz yang kerjanya suka menghambur-hamburkan 
fatwa untuk menetapkan seseorang/kaum sebagai sesat, apakah para 
pembuat fatwa itu sudah mendapatkan kabar dari Allah bahwa dirinya 
telah berada di jalan yang lurus alias tidak sesat?

Salam,
MAS

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com 
<mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com> , lasykar5 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> assalaamu alaikum,
> 
> berikut ada tulisan teman yang merefleksi soal fenomena NABI PALSU 
yang
> SESAT dan MENYESATKAN ini, ... semoga berkenan.
> 
> salam,
> satriyo
> 
> PS: maaf buat yang saya japri ...
> PPS: knapa ya disebut dengan ALIRAN TIDAK LAZIM, padahal jelas 
SESAT???
> 
> 
> *Karena Standar Kita Rendah, Saudaraku ...*
> 
> 
> 
> 
> 
> assalaamu'alaikum wr. wb.
> 
> 
> 
> Umat yang malang ini kini diuji dengan berbagai nabi palsu yang 
muncul
> nyaris berbarengan. Seperti mengikuti komando yang tak terlihat, 
mereka
> berdatangan dari segala arah. Virus megalomania berjangkitan 
dimana-mana. Ada
> yang mengaku mendapat wahyu setelah bertapa di Gunung Bunder, ada 
pula yang
> mengaku-ngaku sebagia titisan Maryam atau Jibril (klaimnya memang 
selalu
> berubah seiring waktu). Ada yang mengaku menjalankan syariat yang
> sebenarnya dengan mengecat rambutnya pirang dan berpakaian hitam, 
sehingga
> mereka - seperti pengakuan imamnya sendiri - berwajah seram dan 
bagaikan
> singa.
> 
> 
> 
> Tidak perlu menyesali kedatangan para nabi palsu yang hidup dengan
> membohongi diri sendiri. Sejak dulu manusia jenis ini sudah ada. 
Matanya
> tertutup, pergaulannya sangat sempit, sehingga ia merasa dirinya 
hebat
> sendirian, sementara yang lain tidak. Mereka tidak tahu kenyataan, 
karena
> mereka ciptakan dunia independen dalam dirinya sendiri. Ketika 
Rasulullah
> saw. masih hidup pun ada orang yang berusaha menandingi surah Al-
'Ashr
> dengan sebuah syair bodoh tentang Gajah. Sepeninggal Rasulullah 
saw.,
> tepatnya pada era pemerintahan Khalifah Abu Bakar ra., muncul pula 
nabi
> palsu yang membawa sebuah syair tentang kodok. Agaknya tantangan 
Al-Qur'an
> untuk menciptakan ayat-ayat yang mampu menandinginya memang terlalu 
berat
> bagi manusia.
> 
> 
> 
> Semuanya bermuara pada pendidikan. Secara formal maupun non-formal,
> pendidikan agama di negeri ini memang masih sangat menyedihkan. 
Kita nyaris
> tidak mendapatkan apa-apa dari pengajaran di sekolah. Waktu SD 
dulu, saya
> pernah mendebat guru agama yang mendefinisikan Islam sebagai 
singkatan dari
> 'Isya, Subuh, Lohor, 'Ashar dan Maghrib. Ketika itu saya protes 
karena nama
> Islam berasal dari bahasa Arab, dan setahu saya, dalam bahasa Arab 
tidak ada
> kata "*Lohor*", yang ada hanyalah "*Zhuhur*". Kalau memang nama 
agama ini
> berasal dari singkatan nama shalat lima waktu, maka namanya tidak 
akan
> menjadi "*Islam*", melainkan "*Iszam*". Kalau mau argumen yang 
lebih cerdas
> lagi, silakan merujuk pada salah satu hadits* arba'in* dari An-
Nawawi yang
> penjabarannya sudah dikenal oleh setiap anak SD yang beragama Islam 
yang
> paling bodoh sekalipun. Hadits itu menjelaskan rukun Islam yang 
terdiri
> dari lima hal yang sudah amat kita kenal. Yang namanya rukun tentu 
tak
> boleh ditinggalkan sama sekali. Karena itu, shalat lima waktu yang 
wajib
> itu hanya satu dari lima rukun Islam. Kebodohan guru agama saya 
dulu itu
> 'dikompensasi' dengan nilai tujuh di dalam rapor, dan saya belum 
pernah
> menerima nilai di bawah sembilan untuk pelajaran yang sama di waktu
> lain. Bahkan
> guru agama pun tak mampu mengendalikan egonya dengan baik. Ilmu 
macam apa
> yang akan diwariskan kepada murid-muridnya?
> 
> 
> 
> Standar kita memang terlalu rendah. Terlalu sedikit kita 
mempelajari
> Al-Qur'an, Al-Hadits dan Sirah Nabawiyah, sehingga kita justru 
merasa asing
> dengan agama ini. Fakta bahwa para nabi palsu akhir-akhir ini 
sedang 'naik
> daun' adalah suatu petunjuk bahwa begitu banyak orang yang tidak 
memahami
> agamanya sendiri.
> 
> 
> 
> Dalam Islam, kita mengenal banyak tingkatan manusia. Ada kafir, 
*munafiq*,
> *fasiq*, Muslim, dan sebagainya. Diantara umat Islam pun ada 
berbagai
> tingkatannya. Ada yang ahli *bid'ah*, ada yang rajin maksiat, ada 
yang
> pembohong, ada yang malas ibadah, ada pula orang-orang saleh. Di 
atas
> orang-orang saleh itu adalah para utusan Allah, yaitu para Nabi dan
> Rasul. Diantara
> para Nabi dan Rasul, kita mengenal manusia yang kualifikasinya 
paling
> tinggi, yaitu Rasulullah saw., sang Nabi penutup, sang Rasul akhir 
jaman.
> 
> 
> 
> Berdasarkan logika sederhana saja, kita akan menyadari bahwa seorang
> direktur atau manajer perusahaan hanya akan mengganti karyawannya 
dengan
> yang setara atau lebih baik, atau setidaknya masih dalam *range* 
kualifikasi
> yang sama. Tidak mungkin ada direktur yang mengganti karyawan 
dengan yang
> lebih buruk. Kalaupun terjadi, itu pastilah sebuah kekhilafan 
murni, bukan
> kesengajaan. Allah SWT, di sisi lain, tidak mengenal 
ketidaksengajaan. Karena
> itu, logikanya, Allah tidak akan mengganti seorang Nabi atau Rasul 
dengan
> seseorang yang tidak memenuhi standar kualifikasinya.
> 
> 
> 
> Dengan demikian, kalau masih *ngotot* ingin menjadi Nabi sesudah 
Rasulullah
> saw., maka setidaknya ada dua hal yang mesti diperhatikan : (1)
> kualifikasinya harus lebih tinggi dari manusia kebanyakan, karena 
seorang
> Nabi harus lebih baik daripada orang-orang saleh, dan (2) harus 
memiliki
> kualifikasi seorang Nabi, atau *preferably* yang lebih baik 
daripada yang
> digantikan (*which is *Rasulullah saw.).
> 
> 
> 
> Sekarang mari kita cek keterangan Al-Qur'an mengenai kualifikasi 
para Nabi.
> 
> 
> 
> Sebelum Allah menciptakan Nabi Adam as., Allah juga telah 
menciptakan para
> malaikat dan jin. Ketika itu, Allah menceritakan kehendak-Nya untuk
> menciptakan manusia yang kemudian mendatangkan keheranan bagi para 
Malaikat.
> Jawaban Allah SWT yang singkat dan tegas membuat para malaikat 
memilih untuk
> tidak mempertanyakan masalah ini lebih jauh lagi : "Sesungguhnya Aku
> mengetahui apa yang kamu tidak ketahui." Setelah Nabi Adam as. 
diciptakan,
> Allah mengajarinya begitu banyak pengetahuan yang bahkan para 
Malaikat pun
> tidak mengetahuinya. Melihat luasnya pengetahuan Nabi Adam as., 
para
> malaikat pun takjub dan tidak menolak ketika disuruh bersujud 
kepadanya (Q.S.
> Al-Baqarah [2] : 30 - 34). Kalau mau menggantikan Nabi Adam as., 
maka harus
> mampu memiliki pengetahuan yang membuat para Malaikat takjub.
> 
> 
> 
> Nabi Nuh as. adalah contoh seorang pendakwah tangguh. Beliau
> berbantah-bantahan dengan kaumnya sendiri yang durhaka kepada 
Allah. Begitu
> kuatnya usaha beliau, namun betapa keras kepalanya mereka dalam
> kekufuran. Nabi
> Nuh as. tidak mengeluh sedikit pun, namun akhirnya Allah sendirilah 
yang
> mewahyukan padanya bahwa kaumnya tidak akan beriman padanya kecuali 
mereka
> yang sudah beriman saat itu. Dengan pengikut yang secuil itu, Nabi 
Nuh as.
> dengan tabah terus berdakwah sekaligus memimpin para pengikutnya 
membangun
> sebuah perahu superkuat untuk menyelamatkan diri dari banjir besar 
yang
> menghabisi kaumnya, termasuk putranya sendiri (Q.S. Huud [11] : 25 -
> 83). Kalau
> mau menggantikan Nabi Nuh as., jangan pernah mengeluh dan harus 
punya *track
> record* yang hebat dalam berdakwah.
> 
> 
> 
> Nabi Ibrahim as. hidupnya tidak pernah sepi dari cobaan. Beliau 
tidak lari
> dari tantangan. Menghadapi umatnya yang gemar menyembah berhala, 
Nabi
> Ibrahim as. melakukan serangan yang langsung kepada pusatnya. 
Beliau
> hancurkan berhala-berhala itu, dan ditantangnya mereka secara 
terbuka (Q.S.
> Al-Anbiyaa' [21] : 52 - 67). Nabi Ibrahim as. kemudian berhadapan 
dengan
> seorang Raja, dan kekerasan hatinya tetap menjadi ciri khasnya. 
Terhadap
> raja yang merasa dirinya paling hebat, beliau ajukan tantangan :
> "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka 
terbitkanlah ia
> dari barat!" (Q.S. Al-Baqarah [2] : 258). Atas 'kenekadannya', 
Nabi Ibrahim
> as. diganjar hukuman dibakar hidup-hidup, namun Allah 
menyelamatkannya (Q.S.
> Al-Anbiyaa' [21] : 68 - 70). Sampai akhir hayatnya, Nabi Ibrahim 
as.
> dikenal karena keteguhan hatinya untuk tetap berada dalam jalan 
yang lurus.
> Beliau tidak menolak ketika harus meninggalkan istri dan anaknya di 
lembah
> tandus tak berpenghuni (Q.S. Ibraahiim [14] : 37), tidak juga 
protes ketika
> disuruh menyembelih Nabi Isma'il as (Q.S. Ash-Shaaffaat [37] : 102 -
> 107). Kalau
> mau menjadi pengganti Nabi Ibrahim as., minimal harus memiliki 
keteguhan
> seperti beliau. Buktikanlah dengan menentang kesesatan di tengah-
tengah
> masyarakat secara terbuka, menasihati penguasa yang zalim secara
> terang-terangan, dan tidak boleh menolak tugas seberat apa pun dari 
Allah
> SWT.
> 
> 
> 
> Kalau mau jadi pengganti Nabi Isma'il as., berarti masa mudanya 
harus
> dipenuhi dengan prestasi memakmurkan rumah-rumah Allah dan 
membaktikan diri
> pada-Nya saja. Kalau mau menggantikan Nabi Yusuf as., maka harus 
bisa
> menyelamatkan negeri sendiri dari krisis ekonomi. Kalau mau menjadi
> pengganti Nabi Musa as., maka harus mampu memimpin umat untuk 
menghindar
> dari marabahaya. Kalau punya hasrat menjadi pengganti Nabi Daud 
as.,
> mestilah memiliki keperkasaan yang unggul.
> 
> 
> 
> Nanti sajalah mempersoalkan masalah legalitas 'para nabi' setelah 
Sang Nabi
> Penutup. Sekarang pandanglah orang-orang yang mengaku nabi itu, dan
> tanyakanlah pada hati terdalam : "Apa pantas mereka menyebut 
dirinya sendiri
> nabi? Apa yang mereka miliki sehingga mampu menggantikan para Nabi 
dan
> Rasul terdahulu?"
> 
> 
> 
> *I rest my case.*
> 
> 
> 
> 
> 
> On 10/29/07, Sunny <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > .
> >
> >
> > http://www.banjarmasinpost.co.id/index.php? 
> > <http://www.banjarmasinpost.co.id/index.php?> 
option=com_content&task=view&id=5581&Itemid=180
> >
> > Maraknya Aliran-aliran Tidak Lazim (1), Semua Mengaku Sebagai Nabi
> >
> > Minggu, 28-10-2007 | 02:03:20
> > Asyhadu alla ilaaha illallah, wa asyhadu anna al masyikh al maw'ud
> > rasulullah (Saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan Al-
Masyih
> > Al-Maw'ud utusan Allah).
> >
> > Ahmad Moshaddeg dengan mata tajam menatap satu per satu 
pengikutnya yang
> > mengucapkan janji setia. Berbalut jas rapi, puluhan pengikut Al-
Qiyadah
> > Al-Islamiyah tampak mantap. Tak ada keraguan ketika tangan mereka 
berjabat
> > erat.
> >
> > Agus (45), warga Pasar Lama, Banjarmasin, tidak percaya terhadap
> > telinganya sendiri, ketika pada suatu sore pekan lalu mendengar 
orang
> > melafalkan syahadat 'gaya baru' itu di sebuah stasiun televisi 
swasta. Ia
> > pun menajamkan mata dan telinganya supaya tidak salah 
dengar. "Ternyata
> > benar. Ada aliran Islam baru yang mengharuskan pengikutnya 
melafalkan
> > syahadat seperti itu," ujar Agus dengan nada geram.
> >
> > Ia merasa aneh terhadap syahadat yang dipelesetkan itu. Bagi 
orang Islam,
> > syahadat adalah rukun pertama. Bunyinya adalah kesaksian; Tidak 
ada Tuhan
> > selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
> >
> > Tetapi, yang dilihatnya di televisi itui jauh berbeda dengan 
kelaziman.
> > Bagian akhir syahadat diubah dengan menyebut Al-Masyikh Al Maw'ud 
utusan
> > Allah. "Berarti ada nabi baru yang menggantikan Nabi Muhammad 
SAW," tegas
> > Agus.
> >
> > Siapa Al-Masyikh itu? Dalam Alquran julukan itu melekat kepada 
Nabi Isa AS
> > atau Yesus dalam kepercayaan Nasrani. Tetapi, di Jakarta sekarang 
ada
> > 'Al-Masih', yakni Ahmad Moshaddeg alias H Salam itu.
> >
> > Laki-laki berusia lebih dari setengah abad ini adalah pemimpin 
kelompok
> > Al-Qiyadah Al-Islamiyah. Moshaddeg menyebut dirinya penerus, 
bukan pengganti
> > Muhammad SAW.
> >
> > Dari pusatnya di Kampung Gunung Sari, Desa Gunung Bunder, 
Cibungbulan,
> > Bogor, aliran ini sudah berkembang ke daerah-daerah lain di 
Cilacap,
> > Jogjakarta, Lampung dan Padang.
> >
> > Media pun ramai mengekspos praktik yang dianggap tidak lazim 
ini. 'Sang
> > nabi' baru itu memakai stelan jas dasi yang necis, dan membaiat 
satu per
> > satu pengikutnya di hotel berbintang.
> >
> > Dia berdiri di depan, lalu seorang laki-laki muda, --yang juga 
berjas
> > dasi--, mendekatinya, menggenggam tangannya (seperti salam 
komando ala
> > tentara) dan membaca syahadat gaya baru. Begitu laki-laki muda 
itu selesai
> > mengucapkan syahadat, semua yang ada di ruang itu meneriakkan 
Allahu Akbar
> > (Allah Maha Besar).
> >
> > Kelompok ini berdiri sejak 2000. Pada 23 Juli 2006, Moshaddeg 
menyatakan
> > diri sebagai Masihal Mau'ud atau rasul baru setelah bertapa 40 
hari 40
> > malam. Dengan tegas, lantang, tenang dia mempersilakan orang 
untuk melihat
> > ajaran dalam aliran ini. Moshaddeg menepis anggapan ajarannya 
sesat.
> >
> > Tetapi sejak MUI mengumumkan Al-Qiyadah Al-Islamiyah sebagai 
aliran sesat,
> > terjadi penolakan pada penganut aliran ini di Padang, Lampung, 
Cilacap, dan
> > Jogjakarta. Fatwa MUI No 4 Tahun 2007 digulirkan di Masjid 
Istiqlal Jakarta
> > pada Kamis (4/10) lalu menyatakan aliran ini sesat dan 
menyesatkan karena
> > tidak mewajibkan shalat lima waktu kecuali shalat malam.
> >
> > Selain gelombang penolakan pada aliran ini, masyarakat mulai 
membuka mata
> > kembali dan menajamkan indera untuk mengendus aliran-aliran yang 
dianggap
> > menyimpang. Ini mengingatkan pada Lia Aminudin yang dikenal 
sebagai Lia Eden
> > dengan sekte Kerajaan Tuhan. Mengaku sebagai Jibril, Lia berhasil 
menghimpun
> > pengikut setia.
> >
> > 'Bertakhta' di Jalan Mahoni 30 Kelurahan Bungur, Senen, Jakarta 
Pusat,
> > sekte ini akhirnya diserbu massa. Lia yang memiliki website dan 
piawai
> > menulis puisi ini digiring ke Polda Metro Jaya pada 28 Desember 
2005.
> > SRY/dws
> >
> >
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
> -- 
> Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>



 


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke