Manusia memang terdiri dari fisik dan non-fisik (pikiran, perasaan, emosi). Melakukan judgement terhadap orang lain boleh-boleh saja seperti misalnya mengatakan bahwa orang otu jelek, jahat, baik, dan sebagainya. Tetapi penyakit adalah sesuatu kondisi obyektif yang dirasakan atau diderita orang lain, yang memerlukan empati dan pertolongan agar penderitaannya dapat dikurangi. Kalau ia sudah di hakimi sebagai "orang tidak bermoral" hanya karena menderita sesuatu penyakit, hal itulah yang secara moral tidak dapat dibenarkan. Mungkin saja ia memperoleh penyakitnya itu melalui perbuatan yang oleh orang lain dianggap sebagai "perilaku tidak bermoral", tetapi jangan karena itu ia harus kita hukum, kutuk atau dikucilkan. Ia memerlukan pertolongan dan empati. Apalagi ketika kita mengetahui bahwa cara penularan atau masuknya penyakit tersebut bisa melalui berbagai jalur yang tidak semuanya akibat perilaku yang "tidak bermoral". KM -------Original Message------- From: Lina Dahlan Date: 05/12/2007 15:05:23 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: AIDS di mata ustadz --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Kartono Mohamad" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Sejarah pengaitan AIDS dengan dosa ini dimulai oleh seorang pendeta Keristen > Evangelis Amerika yang terkenal, yaitu Graham Bell (?) di awal tahun 80-an, > ketika dalam MMWR CDC (Morbidity and Mortality Weekly Report) mengungkapkan > ada 8 orang penderita gejala yang sama adanya kehilangan daya tahan tubuh > tanpa penyebab yang jelas. Hanya saja dilaporkan di MMWR itu ke-8 orang itu > kebetulan sama-sama orang gay yang baru pulang dari pesiar di Jamaika.
... Penyakit adalah penyakit. Kita tidak berhak melakukan > moral judgement" terhadapnya. > Yah begitulah, orang Jawa bilang "mundur isin". > KM > Pak Kar, Siapa juga yang berhak merampas hak manusia untuk menjudge moral terhadap penyakit padahal manusia itu kan terdiri dari dua substansi moral dan fisik, yang tidak dapat dipisahkan? Tentu saja penyakit adalah penyakit. Air bah adalah air bah. kecemplung di laut adalah kecemplung di laut. Tidak bisa dikatakan penyakit adalah air bah. Tapi mengapa itu bisa terjadi pada suatu kaum? Siapa yang bisa menghindari pertanyaan-pertanyaan seperti ini? Siapa yang berhak untuk kita tidak berfikir ke arah itu? Ini juga tidak jelek2 amat kalau di niatkan untuk menjadikan kehidupan yang lebih baik. Masalahnya adalah sulit menghubungkan suatu yang materi (penyakit) kepada terjadinya azab itu (suatu yang spirtual) kalau mau dibuktikan secara empiris. Ya AIDS belum pernah ada di jaman para nabi (?) tapi yang namanya azab penyakit bukan kah pernah ditimpakan kepada suatu kaum di jaman Nabi Luth? Untuk apa diceritakan di dalam Kitab Suci? ....untuk.... "Waspada...waspada"...kata bung Napi...:-) wassalam, [Non-text portions of this message have been removed]