Mia mengisahkan pedagang asongan yg diuber2 tramtib.
Cerita lanjutannya begini :
Para pedagang asongan laki/perempuan/ anak2 yg berhasil digaruk tramtib di bawa 
ke panti sosial.
Kalo mereka punya duit mereka bisa langsung bebas nggak nunggu di sidang.

Biasanya nanti akan banyak 'pemilik modal' yg menebus mereka dengan syarat 
mereka harus bekerja untuk mereka.
Siapakah yg tidak ingin bebas? Kalopun terus2-an di panti sosial mereka juga 
akan 'dikerjain'
Maka disinilah timbul kriminalisasi [ inilah yg disinggung masalahnya oleh Rita 
dan Kayung]
Mereka di peras untuk cari duit. Laki2 mungkin jadi penjahat, perempuan2 
kadang2 nanti dijual, di lacurkan, demikian 
pula anak2.
[Kompas hari Rabu, Tv swasta kemarin dulu memberitakan masalah ini]

Jadi sebenarnya mereka yg hidup dijalanan kebanyakan nasibnya di kendalikan 
oleh orang2 lain.
Bukan berdiri sendiri/ bukan kehendak mereka.

Tapi kebanyakan para penolong seperti Eneng, Pak Aly memandang bahwa pelacur 
penjahat, pengemis adalah berdiri sendiri.
Mereka melakukan pekerjaan karena masalah ekonomi semata.
Mungkin Eneng gak tahu bahwa banyak dari mereka adalah sebenarnya korban.
Korban kawin muda, korban yg terjerat hutang yg bukan ia lakukan.
12000 pekerja anak di DKI mungkin tidak semuanya mau jadi pengemis, mereka 
pastinya lebih suka 
main2 seperti anak2 seusianya, tapi kalo ia disuruh ortunya cari uang dengan 
cara apapun bagaimana?

Ada sinetron saya lupa judulnya, ada tokohnya yg menjadi pelacur karena 
dijerumuskan, ia ingin kembali tapi ia terus diperas [punya hutang yg jumlahnya 
banyak], apapun yg ia lakukan untuk kembali ke jalan yg benar menemui jalan 
buntu, akhirnya kan mati.

Salam terakhir :-) 
l.meilany  
  ----- Original Message ----- 
  From: eneng.f 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Sunday, February 10, 2008 10:34 AM
  Subject: [wanita-muslimah] terakhir-Re: Perempuan Pekerja Malam Dieksploitasi 
Seks


  Bu Meilany, terima kasih informasinya..

  Untuk menyaksikan hal-hal seperti yang dibawah, saya tidak perlu pergi
  ke Semarang. Saya yakin disemua tempat pasti ada, di daerah kami ada
  suatu tempat yang terkenal dengan istilah SARITEM, pinggir pantai
  dekat pelabuhan Merak. Jenis pekerjaannya ada yang benar2 PSK dan
  pedagang, rata2 Perempuan2, yang PSK sudah jelas apa yang mereka
  lakukan, sedangkan yang pedagang, sama dengan yang bu meilany
  ceritakan. Di Serang (Taman sari), Tanggerang, Jakarta sampai ke
  Bandung..sudah pasti ada..

  Untuk SARITEM, Alhamdulillah kerja sama dari aparat, Pemda, pemuka
  agama, tokoh masyarakat dan juga IWAPI, dengan melakukan tindakan
  tegas pada oknum yang terlibat melakukan penistaan dan
  pengeksploitasian (siapapun juga) dan melakukan pendekatan dan
  bimbingan bersama pada korban ekploitasi, memberikan hasil yang
  maximal, akhirnya sedikit-demi sedikit, jumlah mereka menjadi
  berkurang. Daerahnya sampe saat ini masih jadi daerah binaan khusus
  dan orang2nya sebagian sudah bekerja berkelompok, membuka usaha
  bersama-sama, sedangkan sisanya masih dbina kawan-kawan IWAPI. 
  Alhamdulillah, anggotanya semakin banyak. Kegiatannya seperti yang
  sudah dipostingkan sebelumnya.

  Faktor-faktor penyebab pelacuran:
  Antara lain rendahnya tingkat pendidikan dan penghasilan, disharmoni
  keluarga yang lebih dikarenakan masalah ekonomi, rendahnya tingkat
  pendidikan dan terbatasnya kemampuan dan keterampilan yang dimiliki,
  serta budaya yang lebih mengedepankan materi. Kurangnya pengetahuan
  tentang kesehatan reproduksi dan pandangan akan masa depan kehidupan.
  Dampak yang dialami secara fisik akan mengakibatkan kebiasaan merokok
  serta minum minuman beralkohol. Secara psikis akan melahirkan perasaan
  tertekan dan bersalah, sementara secara sosial akan merasa minder
  berada di tempat umum. Jadi seperti yang bu Meilany katakan, latar
  belakang, mengenali sifat, kultur itu memang harus dimulai terlebih
  dahulu.

  Tentang definisi zina? saya rasa apa yang pak Aly ungkapkan sudah
  mewakili. 

  "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
  perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk".(Al isra:32)

  "dan orang-orang yang menjaga kemaluannya," (al-mu'minuun:5)

  "Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian
  (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan
  budak-budak yang kamu miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah
  kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan
  pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah
  yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa budak-budak
  wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini
  kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan
  barangsiapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha
  Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa
  itu". (an-nuur:33)

  "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka
  menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
  adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
  yang mereka perbuat." (an-nuur:30)

  Definisi pelacuran dalam perundang-undangan:
  PERDA LARANGAN PELACURAN 
  Di .. 
  Menimbang: 
  a. bahwa pelacuran merupakan perbuatan yang merendahkan harkat dan
  martabat manusia, bertentangan dengan agama, idiologi Pancasila dan
  kesusilaan, serta visi Kabupaten ..., Sejahtera, Demokratis dan Agamis; 
  b. bahwa palacuran akan berdampak pada timbulnya gangguan kesehatan,
  keamanan, ketertiban, serta meresahkan kehidupan masyarakat, sehingga
  harus dilarang di seluruh wilayah Kabupaten ...

  Pasal 1 
  Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 
  1. . 
  2. . 
  3. .
  4. Pelacuran adalah serangkaian tindakan yang dilakukan setiap orang
  atau institusi meliputi ajakan, membujuk, mengorganisasi, memberikan
  kesempatan, melakukan tindakan, atau memikat orang lain dengan
  perkataan, isyarat, tanda atau perbuatan lain untuk melakukan
  perbuatan cabul baik dengan imbalan maupun tidak;
  Contohnya ciblek dan perempuan terpelajar tapi kemudian melacurkan
  diri, yang tujuannya hanya memeloroti kekayaan pasangannya. Bedanya
  cuma ia tidak menjajakan diri dan tidak membuat heboh. Tapi sebenarnya
  ia lebih ganas dari pelacur.

  Terakhir, terima kasih untuk diskusinya, saya rasa sudah cukup
  berlarut-larut. Sepakat atau tidak, Kita kembalikan pada pribadi
  masing-masing. Dan saya mohon pamit dari diskusi khusus masalah ini. 

  Kebenarannya datang dari yang punya hak, kesalahannya datang dari diri
  saya pribadi..

  Wassalam..

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > Eneng pernah ke Semarang.
  > Cobalah lihat jika menjelang malam di putaran simpang lima.
  > Banyak para penjual makanan bakul, jajanan, minuman botol, dll.
  > Ada dari mereka yg punya anak perempuan kecil, di bawah 10 tahunan.
  > Apa yg mereka lakukan disana, si anak disuruh duduk seronok tanpa
  pakaian dalam.
  > 
  > Dan ini mengundang laki2 iseng untuk membeli jualan ibunya.
  > Bahkan yg lebih terjadi pelecehan seks, dan anak2 ini dikenal
  sebagai ciblek.
  > Di perempatan Pondok Hijau, jakarta banyak anak perempuan yg minta
  sedekah, pura2 ngamen tapi bersedia
  > diremas2 payudaranya oleh pengendara mobil sialan hanya dengan
  tambahan 1000 perak.
  > Mereka bilang kan mereka ndak melacur? Ibunya yg duduk menanti
  setoran juga cuma ketawa ketiwi.
  > 
  > Ini apa namanya?
  > Jadi bukan sekedar suruh jualan, dikasih modal tapi juga penerangan
  akan norma2
  > susila yg longgar. Latar belakang, mengenali sifat, kultur itu yg
  harusnya dimulai.
  > Mana lebih dulu dikenalkan pada mereka?
  > Dan apakah pemuka agama dan yg merasa dirinya alim akan mau memberi
  nasihat bisanya kan 
  > cuma mengatakan itu dosa masuk neraka?
  > Yg terjadi kan lebih parah lagi malahan terjadi: penistaan,
  eksploitasi... lantas terjadi tindak kriminal.
  > Itu maksudnya.
  > 
  > Jadi saya berharap mengartikan pecuran sebagai melulu sebuah kenistaan.
  > Bahwa banyak faktor lain yg lebih mengerikan. dan kita wajibnya
  berempati tidak kemudian 
  > menistakannya lagi. Ibarat sudah jatuh, ketimpa tangga pulak.
  > 
  > salam, 
  > l.meilany



   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke