Valentine day itu dah jadi tradisi/budaya yg gak usah di ributkan hingga 
menguras enerji kita.
Segala sesuatu yg berasal dari barat selalu diasosiasikan dengan agama kristen
Segala sesuatu yg berasal dari Arab selalu diasosiasikan dengan agama Islam.

Padahal kan gak gitu, setiap bangsa punya tradisi/budayanya sendiri2 mungkin 
berdasarkan agama yg dianutnya 
yg kemudian menjadi bagian kehidupan/yg mungkin diadopsi bangsa lain yg lain 
agama..
Kenapa cuma valentine yg diributkan? Kenapa promnite, halowen, sinterklas, 
paskah cari telur, pesta imlek, 
capgomeh, pesta tahun baru 1/1, pesta ultah, enggak ada yg seheboh valentine 
pembahasannya?

Sekatenan dalam rangka menyambut tahun baru islam, Yaa Qowiyyu menyambut bulan 
Saffar, pesta2 sunatan, 
khatam Qur'an, aqiqah, slamatan kematian seminggu,  40 hari, 100 hari, acara 
halal bilhalal gak ada yg ribut.
Di Qur'an di hadith gak ada ketentuan itu.
Sementara umat islam lain bilang itu bid'ah. Apakah karena ngundang ustad jadi 
ada nuansa Islamnya, jadi sah2 saja?
Ini kan kekayaan budaya bangsa nggak ada hubungannya sama agama.

Begitu juga valentine, minggu lalu pas valentine pengajian di masjid komplek 
saya serba bernuansa pink. Peserta pengajian hampir semuanya berkerudung, 
berjilbab, berbusana yg ada unsur pinknya. Haramkah?, Bid'ahkah? 
Cuma gara2 tradisi/budaya ini berasal dari barat [ baca;kristen]?
-------------- Sedikit renungan
Tanpa disadari kita umat islam indonesia telah lama mengadopsi tradisi/budaya 
barat- kristen dan nggak ada yg ribut.
Kita libur pada hari sabtu dan minggu. Kenapa gak liburnya hari Jum'at dan 
Sabtu misalnya.
Di indonesia kan mayoritas islam. Di kalender  nasional kebanyakan mencantumkan 
hari Senin sebagai hari pertama, kenapa?
Bukankah minggu/ahad adalah semestinya hari pertama.
Kalo Senin hari pertama, inikan nyontek tradisi kristen.
Kalo suruh nyebut hari kita selalu masih mengatakan, senin, slasa. 
rabu...........dst
Mustinya kan minggu, senin, slasa..........dst
Padahal nama2 hari dalam bahasa indonesia niru dari kosakata Arab, mengapa 
menyebutkan/mengurutkannya ikut kebiasaan barat/kristen ? Dan pula, mengapa 
minggu kenapa bukan ahad?
:-)))
Bahkan perusahaan/bank2 yg berjudul syariah, minggu libur, jum'at hari 
bersantai, sabtu libur.
Coba gimana indonesia mau maju, kalo libur/santainya  hampir separuh dari pekan 
yg mustinya produktif.
Ditambah pula acara libur bersama nasional, kita ini bangsa yg penuh sukaria, 
hepi2 sekaligus mudah tersulut.
Masalah valentine saja sampai di seminarkan, mau difatwakan pula
:-)

Di pesantren orang2 duafa dekat saya tinggal, hari Minggu/Ahad justru belajar 
penuh sampai sore. Jum'at libur,
Sabtu kadang2 libur.

salam, 
l.meilany

  ----- Original Message ----- 
  From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, February 19, 2008 4:32 PM
  Subject: RE: Balasan: Re: [wanita-muslimah] Valentine's Day dan Islam


  Pernah baca buku "Jangan Jadi Bebek" karangan Iwan Januar ? Ada juga
  dijelaskan tentang Valentine di situ. Tapi saya tidak hendak membahas
  masalah hukum perayaan Valentine-nya di sini. Saya ingin sampaikan
  keprihatinan saya pada remaja dan masyarakat Indonesia yang banyak
  "menjadi bebek" saja.

  Mungkin bisa ditanyakan pada para remaja atau masyarakat yang merayakan
  valentine itu, tahu kah mereka sejarahnya ? Atau mereka hanya sekedar
  membebek saja ? Kalau memang mereka sekedar membebek, betapa
  menyedihkannya.... Remaja dan masyarakat Indonesia bermental bebek yang
  sekedar ikut-ikutan ini lah yang sebenarnya inferior, tidak punya jati
  diri. Mereka ingin kelihatan "gaul" dengan tidak lagi memilah, mana yang
  haram dan mana yang tidak, yang penting tampak gaul dan tampak menjadi
  bagian dari masyarakat dunia. Mereka tidak PD untuk tampak berbeda
  (khas).

  Menyedihkan, bukan ?

  Wallahua'lam bishowab.
  Wassalaam,
  -Ning


  ________________________________

  From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of noni marlini
  Sent: Tuesday, February 19, 2008 9:53 PM
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Subject: Balasan: Re: [wanita-muslimah] Valentine's Day dan Islam 

  mas, beri juga komentar di bloh penulisnya. biar dia juga tahu. ini
  blognya http://www.buyaku.blogspot.com/
  <http://www.buyaku.blogspot.com/> 

  Sunny <[EMAIL PROTECTED] <mailto:ambon%40tele2.se> > wrote: Valention day
  ini sudah lama diadakan, kalau di Filipnina sduah puluhan tahun, tetapi
  tidak dirayakan secara global. Komersialisme yang dengan "aggresive
  marketing" dalam era globalisasi dagang perusahaan mnc maka di rayakan
  di berbagai pelosok dunia. Di Swedia baru dua atau 3 tahun terakhir ini
  banyak dihebohkan dengan adpertensi choklat, bunga dsb. Tidak ada
  hubungan dengan agama apa, hanya dagang yang maju.

  Di Indonesia dirubutkan seperti dunia mau kiamat. 

  ----- Original Message ----- 
  From: noni marlini 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  <mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com> 
  Sent: Tuesday, February 19, 2008 2:30 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Valentine's Day dan Islam 

  http://www.myrmnews.com/indexframe.php?url=situsberita/index.php?pilih=g
  azebo
  <http://www.myrmnews.com/indexframe.php?url=situsberita/index.php?pilih=
  gazebo> 
  Kamis, 14 Februari 2008, 08:27:57 WIB
  Valentine's Day dan Islam 

  Oleh: Buya Abdul Aziz Aru Bone

  Perayaan Valentine's Day yang jatuh pada setiap 14 Februari menjadi
  tradisi banyak orang di berbagai belahan dunia untuk merayakan
  perwujudan cinta erotis (meminjam istilah Eric Fromm dalam the Art of
  Loving) bersama orang-orang yang dicintai. Tradisi ini pun jamak
  ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. 

  Sebagai momentum merayakan cinta erotis, maka Valentine's Day bukan
  hanya dirayakan oleh sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Namun
  juga perayaan cinta kasih terhadap sesama, pasangan suami istri,
  orangtua anak, kakak terhadap adik dan seterusnya. 

  Meski Valentine's Day telah menjadi tradisi mendunia, tetapi beberapa
  kelompok keislaman di sejumlah negara berpenduduk mayoritas muslim
  melarang perayaan Valentine's Day. 

  Reuters memberitakan, polisi syariah Arab Saudi melarang peredaran mawar
  merah di Valentine's Day (Kompas.com, Selasa, 12 Februari 2008). Bahkan
  siang ini (Rabu, 13 Februari 2008, sekitar pukul 11.00 WIB), program
  infotainment SILET di stasiun televisi RCTI juga menayangkan pernyataan
  Ketua MUI Umar Shihab yang mengharamkan perayaan Valentine's Day. 

  Dalam pelarangan tersebut, Umar Shihab menggunakan argumen yang kerap
  diulang-ulang. Pertama, Islam melarang jalinan cinta erotis antara dua
  insan berlainan jenis kelamin di luar ikatan pernikahan (Umar Shihab
  menyebutnya pacaran). Kedua, perayaan Valentine's Day bukahlah tradisi
  Islam, melainkan Katolik Roma (baca: Kristen). Karena itu, adalah sebuah
  kesesatan jika kaum muslimin merayakan tradisi Valentine's Day, karena
  merayakannya berarti membenarkan ajaran Kristen. 

  *** 

  Menurut saya, adalah sama sekali tidak berdasar jika dikatakan, Islam
  melarang umatnya berpacaran, jika term pacaran didefinisikan sebagai,
  sebuah komitmen cinta erotis dua anak manusia berlainan jenis kelamin
  sebagai fase saling mengenal dengan niat melembagakan hubungan cinta
  dalam mahligai pernikahan. 

  Karena jika yang dilarang oleh agama adalah perbuatan asusila (baca:
  kemaksiatan) , maka sama sekali tidak berdasar jika dijadikan
  pertimbangan untuk melarang berpacaran, lantaran berpacaran tidak
  identik dengan berbuat maksiat. 

  Lebih dari itu, pengharaman terhadap jalinan cinta erotis justeru
  bertentangan dengan kemanusiaan dan tujuan Allah menciptakan cinta
  erotis pada perasaan tiap kita seperti yang Allah memproklamerkan dalam
  Al Qur'an -saya terjemahkan- : 

  "Dan dari tanda-tanda kebesaran-Nya, Dia menciptakan kamu berpasangan
  dari jenis mu sendiri. Agar kamu merasa tenteram dengan pasangan mu. Dan
  Dia menjadikan antara kalian rasa kasih dan sayang (cinta). Sesungguhnya
  pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
  yang berpikir." (Ar Rum ayat 21). 

  Tidak itu saja, Islam juga secara aktif mengabadikan kisah cinta erotis
  para tokohnya dalam tradisi maupun kitab suci. Dalam tradisi Islam, kita
  dikenalkan dengan kisah tragedi cinta erotis putera-puteri Nabi Adam dan
  Siti Hawa, yakni, kisah konflik asmara antara Habil dan Qobil yang
  bersaing memperebutkan cinta saudari perempuan mereka. 

  Al-Qur'an juga mengabadikan kisah cinta erotis Zulekha terhadap Nabi
  Yusuf. Dalam untaian kehidupan Rasulullah Muhammad pun, para ulama dalam
  rentang sejarah Islam tak pernah alpa menyebutkan besarnya rasa cinta
  erotis Siti Khadijah Al-Kubra terhadap Nabi Muhammad. Bahkan kepergian
  Khadijah yang mulia ke haribaan Ilahi mendapat sebutan khusus dalam
  sejarah Islam sebagai 'Aamul Khuzni, tahun duka cita. 

  Para sejarawan muslim juga mengabadikan kisah cinta erotis para putri
  Nabi. Diantara yang paling banyak dirujuk adalah kisah cinta erotis Siti
  Fatimah dengan Sayyidina Ali Ibn Abi Tholib. 

  Saya kira, peran aktif Islam (demikian juga agama-agama besar lain)
  dalam mengabadikan kisah cinta erotis para tokohnya, selain untuk
  menegaskan agama tersebut sebagai agama cinta dan kasih saying dan tidak
  melarang umatnya menjalin cinta, juga karena kisah cinta erotis para
  tokoh agama tersebut memberikan daya dorong dan kontribusi besar dalam
  pengembangan agama. 

  Karenanya, sekali lagi, adalah sama sekali tidak berdasar jika MUI
  mengharamkan jalinan cinta erotis (pacaran), asalkan sepanjang tidak
  melakukan tindakan-tindakan kemaksiatan. Bahkan, jikapun terjadi
  tindakan kemaksiatan, maka yang diharamkan adalah kemaksiatannya, bukan
  komitmen cinta erotis yang dijalin dua insan. 

  *** 
  Selanjutnya, apakah merayakan Valentine's Day berarti membenarkan ajaran
  Kristen? Pun apakah umat Islam boleh mengadopsi dan mengadaptasi tradisi
  Valentine's Day untuk merayakan cinta erotisnya? 

  Tentu saja perayaan Valentine's Day bukan berarti membenarkan ajaran
  Kristen karena Valentine's Day tidak ada sangkut pautnya dengan Kristen
  sebagai agama. Valentine's Day yang konon ditetapkan oleh Paus Gelasius
  pada 14 Febuari tahun 496 M, awalnya adalah sebagai perayaan untuk
  memperingati perjuangan Santo Valentine dan para muda mudi yang hidup
  pada masanya. 

  Ada banyak versi awal mula kisah ini. Diantaranya, seperti yang saya
  telusuri melalui mesin pencari google.com, 200 tahun sebelum masa Paus
  Gelasius, Santo Valentine bersama rekannya Santo Marius secara diam-diam
  menentang Pemerintahan Kaisar Claudius II yang melarang pemuda menikah
  untuk menjaga performa perang pasukannya. 

  Karena tidak setuju, diam-diam Valentine tetap menikahkan setiap
  pasangan muda yang berniat untuk mengikat janji dalam sebuah perkawinan.
  Hal ini dilakukannya secara rahasia. Lambat laun, aksi Valentine tercium
  oleh Claudius II. Valentine harus menanggung perbuatannya. Ia dijatuhi
  hukuman mati. 

  Selama mendekam di balik jeruji besi menunggu hadirnya hari eksekusi,
  Valentine jatuh hati pada anak gadis seorang sipir penjara. Gadis yang
  dikasihinya itu senantiasa setia menjenguk Valentine di penjara.
  Tragisnya, sebelum ajal tiba, Valentine menorehkan sebuah surat untuk
  sang gadis. Ada tiga buah kata yang tertulis sebagai tanda tangannya di
  akhir surat dan menjadi populer hingga saat ini, yang dalam Bahasa
  Inggris kerap ditulis menjadi 'From Your Valentine.' 

  Dengan demikian, maka perayaan Valentine's Day pada awalnya adalah
  perayaan perjuangan hak-hak kemanusiaan, seperti, hak mencintai, hak
  dicintai, hak menikah atau hak berkeluarga, hak memiliki keturunan,
  serta tidak ada kaitannya dengan aqidah Kristen sebagai agama. Karena
  itu, sama sekali tidak berdasar jika umat Islam diharamkan merayakannya.

  Apalagi, dalam perjalanan waktu berabad-abad hingga kini dan melalui
  proses adopsi dan adaptasi tradisi, tradisi Valentine's Day bukan lagi
  hanya milik masyarakat Romawi kuno atau Kristen semata, tetapi telah
  menjadi milik masyarakat dunia. 
  Saya rasa, adalah merupakan hal baik jika umat Islam juga turut
  mengadopsi dan mengadaptasi tradisi Valentine's Day untuk merayakan
  cinta kasihnya terhadap kekasih, suami istri, orangtua, anak, kakak
  terhadap adik dan seterusnya. 

  Selain untuk meneguhkan Islam sebagai agama cinta dan kasih sayang,
  langkah adopsi dan adaptasi tradisi Valentine's Day, semakin menemukan
  relevansinya di tengah hubungan antar umat beragama yang kerap tegang
  dan bertikai di Indonesia maupun di dunia internasional. Langkah ini
  guna menghadirkan Islam sebagai agama dan tradisi terbuka yang siap
  disandingkan serta didialogkan dengan tradisi-tradisi besar lain sebagai
  artikulasi Islam agama rahmatan lil alamin. 

  Bukankah adopsi dan adaptasi tradisi dari luar Islam oleh generasi Islam
  klasik dahulu telah terbukti mampu mengantarkan peradaban Islam klasik
  sedemikian maju dan gemilang, hingga pernah menjadi adi kuasa dunia
  sebelum masa Eropa modern. 

  Berbagai perkembangan displin keilmuan Islam klasik, seperti, Ushul
  Fiqh, Tawasuf, Ilm Kalam, cabang ilmu-ilmu Hadist, 'Ilm Tibb, 'Ilm
  Falak, Fiqh, Fiqh Siyasah, 'Ilm Mantiq dan lain-lain, hanya dapat
  terjadi setelah generasi Islam klasik yang memiliki percaya diri dan
  kreatifitas tinggi menyerap, mengadopsi dan mendaptasi tradisi Filsafat
  Helenisme. 

  Jika generasi muslim pendahulu kita memiliki kepercayaan diri tinggi
  yang disertai keativitas untuk menempatkan Islam sebagai tradisi terbuka
  yang siap didialogkan dan disandingkan dengan tradisi di luar Islam,
  mengapa generasi muslim pasca kolonial bersikap sebaliknya? 

  Saya rasa, sikap menempatkan Islam sebagai tradisi tertutup, seperti,
  yang ditunjukan MUI dan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, hanyalah lahir
  pasca era kolonial Eropa (Kristen). Era panjang kolonial Eropa (Kristen)
  di negara-negara mayoritas muslim telah melahirkan sindrom pasca
  kolonial yang menempatkan Barat (Kristen) sebagai musuh dan ancaman bagi
  tradisi Islam. 

  Dalam konteks Valentine's Day, sindrom tersebut menempatkan perayaan itu
  sebagai bentuk dominasi dan invasi kultural Barat (Kristen) yang
  mengikis kepercayaan umat terhadap validitas ajaran Islam. Selain
  terhadap tradisi Valentine's Day, sikap serupa juga dialamatkan terhadap
  tradisi-tradisi Barat yang lain, seperti, demokrasi, nation-state,
  komunisme, sekularisme, liberalisme. 

  Sikap inferioritas seperti ini selayaknya dibuang ke tong sampah
  sejarah, selain karena tidak relevan dengan kebutuhan pergaulan dunia
  kini, juga akan semakin menjerembabkan umat Islam dalam lumpur sejarah.
  Wallahu a'lam bi as-showab 

  (blog penulis: http://www.buyaku.blogspot.com/
  <http://www.buyaku.blogspot.com/> )

  ---------------------------------
  Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!

  [Non-text portions of this message have been removed]

  ----------------------------------------------------------

  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG Free Edition. 
  Version: 7.5.516 / Virus Database: 269.20.7/1285 - Release Date:
  2/18/2008 5:50 AM

  [Non-text portions of this message have been removed]

  ---------------------------------
  Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di
  Yahoo! Answers

  [Non-text portions of this message have been removed]

  [Non-text portions of this message have been removed]



   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke