nas_zakaria <[EMAIL PROTECTED]> wrote: ...dipotong... Kalau tindakan itu tidak membuahkan hasil, maka pemerintah Islam atau pemerintah yang mayoritas rakyatnya muslim harus menunjukkan ketersinggungan dengan mengusir perwakilan negara, menutup kedutaan, atau memutuskan hubungan diplomasi dengan negara yang bersangkutan. Pada saat yang sama kita umat Islam harus memboikot semua produk mereka, khususnya yang selama ini kita konsumsikan.
... dipotong ... ~a~: mungkin pendapat dari duta besar belanda untuk indonesia, nikalaos van dam, perlu juga disimak dalam kaitan dengan film "fitna" dan geert wilders" ini (sumber: koran tempo, minggu 13 maret 2008), sebelum memutuskan tindakan dengan cara "akibat nila setitik rusak susu sebelanga". ---------------- Nikolaos Van Dam: SEJAK AWAL WILDERS SUDAH DI LUAR KONTEKS GELOMBANG hujatan terhadap film Fitna karya Geert Wilders yang berlangsung di seluruh dunia juga terjadi di Indonesia, negara muslim terbesar di dunia. Sebagai Duta Besar Kerajaan Belanda -- kewarganegaraan yang dipegang Wilders posisi Nikolaos Van Dam, 62 tahun, ikut tersodok. Pemerintah Belanda dianggap tidak bertindak cukup keras terhadap laku anggota Parlemen Belanda itu. Akibatnya muncul anjuran untuk memboikot produk-produk Belanda di Indonesia, bahkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Belanda. Ini kesalahpahaman karena mayoritas masyarakat dan pemerintah Belanda menentang film ini, ujar Van Dam kepada wartawan Tempo Yophiandi, Juli Hantoro dan fotografer Toni Hartawan, Rabu lalu. Nikolaos tak cemas dengan berduyun-duyunnya para pemrotes yang silih berganti berdemonstrasi di depan kantornya di kawasan Rasuna Said, Jakarta Selatan. Bukan cuma menerima langsung petisi yang diberikan beberapa organisasi, ia bahkan membuka pintu kamar kerjanya lebar-lebar dan mengajak para demonstran berdialog. Seringkali kami berdialog dalam bahasa Arab, ujar doktor jurusan Sastra Arab dan Ilmu Politik dari Universitas Amsterdam yang lulus cum laude pada 1977. Minatnya pada Islam awalnya bermuara pada ketertarikannya pada eksotisme dunia Arab. Ayahnya adalah murid Snouck Hurgronje, orientalis terkemuka yang berkiprah di Aceh. Saya melihat kamus bahasa Arab yang dimiliki ayah, dan terpesona dengan bentuk huruf-hurufnya, kenang Van Dam. Sejak itu ketertarikannya terhadap Arab, dan Islam, terpantik. Lebih jauh Van Dam mengungkapkan posisi pemerintah negerinya, pandangannya tentang Wilders, dan situasi dilematis yang disebabkan makin banyaknya pendatang muslim di Negeri Kincir Angin tersebut. Bagaimana situasi terakhir di Belanda terhadap film Fitna? Seperti kita tahu film ini sangat kontroversial. Banyak orang Belanda yang menentang film ini. Begitu juga pemerintah, masyarakat, serta Parlemen, menentang film ini. Uniknya, media biasanya suka sensasi. Kalau ada sensasi mereka pasti publikasikan karena menarik buat publik. Tapi untuk Fitna, pers malah menolak menyiarkan, termasuk provider di Belanda. Makanya film ini menggunakan internet dari jaringan luar Belanda. Sebetulnya kalau disiarkan juga tak masalah. Pemerintah tak bisa melarang. Tapi kalau sudah disiarkan, tayangan yang mengganggu ketentraman masyarakat bisa diselidiki Kejaksaan. Kami menganut kebebasan, tapi kebebasan yang tak melanggar hak orang lain. Jadi harus saling menghormati. Bukankah Wilders sudah memberitahu sebelumnya? Wilders sudah memberitahu pemerintah sejak November lalu akan menyiarkan ini. Saat itu kami sudah meminta dia untuk tidak menayangkan. Tapi ternyata niatnya tetap. Tayangan ini juga distortif karena menayangkan Islam hanya dari potongan-potongan gambar saja. Potongan serangan ke WTC dan Pentagon, Madrid. Ada isu sosial yang mengemuka di Belanda sehingga film ini muncul? Memang, di Belanda sendiri ada problem dengan warga imigran dari Maroko, Turki, yang kini sudah empat generasi. Saat ini generasi ketiganya, adalah orang-orang yang hidup di lingkungan yang kurang mendukung. Tak semua bersekolah atau bekerja, cuma lihat televisi. Pada masa lalu kami tak bicara soal Islam. Kami mengenal mereka dengan identitas nasionalnya: Suriname, Maroko, Turki. Pada perkembangannya mereka ingin menyatukan diri dengan membentuk simbol sendiri, karena kesamaan faktor sosial tadi yang kurang mendukung. Jadilah sekarang kita tahu tentang Islam sebagai identitas. Pada pertemuan dengan pemuka agama Indonesia dan duta besar negara Islam saya ditanya mengapa pemeluk Islam tak diperkenankan mengumandangkan azan? Begini, Katolik juga punya tradisi serupa. Membunyikan bel keras-keras pagi-pagi sekali sehingga yang tak Katolik pun terbangun. Untuk itu kami minta toleransi (dari pihak Katolik). Jika azan dengan pengeras suara yang kencang kami izinkan, maka akan ada juga yang meminta izin dalam bentuk lain. Ini akan mengubah tatanan sosial di Belanda. Ini bukan berarti kami menentang Islam. Di Belanda, kalau mau membuat bunyi-bunyian yang keras, seperti bel gereja dan sebagainya, harus mendapat ijin dari komunitas dan pemerintah Belanda. Bagaimana tanggapan masyarakat Belanda dengan film ini sebetulnya? Antiklimaks. Selama empat bulan sejak November orang-orang menunggu, berharap film itu bagus sekali. Ternyata cuma begitu saja. Alih-alih membuat simpati malah membuat orang marah. Makanya tak banyak yang suka juga dengan karya Wilders. Menginsinuasi banyak gambar kekerasan di luar konteks. Kekhawatiran terhadap pendatang Islam ini seberapa besar sesungguhnya? Ini bukan tentang kekhawatiran antara satu kelompok dengan yang lain. Ada kecenderungan sekarang ini imigran Islam tak berbaur dan membentuk komunitasnya sendiri. Sementara pemerintah dan masyarakat ingin ada toleransi. Mungkin kata yang tepat saling respek. Warga respek, dan pendatang juga respek. Pak Wilders juga diharapkan bisa respek kepada orang lain sebagai satu unsur masyarakat Belanda. Sebagai anggota parlemen, Bukankah Wilders juga memiliki cukup banyak pendukung? Betul. Banyak juga masyarakat yang tak suka dengan kehadiran imigran. Namun ini menyangkut kompetisi mendapat pekerjaan, penghidupan yang baik. Sebagian imigran juga menyebabkan angka kriminalitas melonjak tinggi. Ini yang dimainkan Wilders sebagai kartu politiknya sehingga bisa mendapatkan suara. Tapi seharusnya bukan dengan memprovokasi menjadikan mereka orang-orang yang tak mau berdialog. Tak memecahkan persoalan. Di akhir film, Wilders memperingatkan agar hati-hati terhadap Islam. Seberapa besar pandangan ini mewakili masyarakat Belanda? Sejak awal film Wilders sudah mengutip ayat di luar konteksnya. Banyak sekali potongan gambar dan teks yang diambilnya, tapi di luar konteks. Problemnya, orang-orang yang melakukan kekerasan itu, yang tinggal di New York, Madrid, atau London, melakukannya atas nama Islam. Padahal banyak juga teroris dengan latar agama lain yang melakukannya. Tetapi mereka tak melakukannya atas nama agama. Jadi, orang yang melihat aksi teroris, melihatnya sebagai aksi Islam meski cuma 0,001 persen yang melakukannya. Yang 99,999 persen tak setuju dengan tindakan itu tak terdengar. Padahal mereka ini moderat dan mau berdialog. Pemerintah Indonesia sudah meminta pemerintah Belanda menindak Wilders. Sudah sejauh mana perkembangannya? Ya, pemerintah kami sudah meminta Kejaksaan menyelidiki film Wilders. Namun konstitusi kami menyatakan tak bisa menyelidiki sesuatu yang belum ada di publik. Sekarang proses penyelidikan sedang berlangsung. Bagaimana Anda menilai reaksi dunia terhadap pemerintah Belanda? Ada kesalahpahaman seolah-olah pemerintah Belanda mengijinkan ini. Padahal kami harus meyakinkan dunia bahwa mayoritas masyarakat dan pemerintah Belanda menentang film ini lantaran memang tak diperkenankan dalam konstitusi kami. Ini yang harus kami jelaskan pada negara-negara Islam seperti Iran, Bangladesh. Tapi ada bagusnya juga karena dengan begitu ruang dialog tercipta. Sebagai cum laude dari Jurusan Bahasa Arab dan Politik Timur Tengah, Anda sangat paham situasi ini? Tak ada masalah, karena kami berdialog. Memang selama dua minggu, ada demonstrasi dari Hizbut Tahrir, Gerakan Pemuda Islam, Pemuda PPP, FPI. Kebetulan saat Hizbut Tahrir, Gerakan Pemuda Islam, dialog kami lebih banyak dalam dalam bahasa Arab. Pengalaman saya memang lebih banyak di Timur Tengah. Pertama di Lebanon, lalu ke Libia, Iran, Turki. Saya juga sudah biasa dengar suara azan, pagi, siang, sore, malam. Kemudian saya juga ke Jerman, banyak orang Turki. Mungkin di situlah penduduk Turki terbanyak di luar negaranya. Anda kenal Geert Wilders sebelumnya? Tidak. Paling tahu dia dari VVD. Dulu memang ada yang kenal dia, tapi tak sebanyak sekarang. Kalau dia mempunyai partai pasti ada pendukungnya, dan infrastrukturnya, kantor dan sebagainya. Yang jelas sekarang dia lebih terkenal. Bagaimana komentar anda tentang pelanggaran hak cipta yang dilakukan Wilders dalam filmnya, ada masalah? Kartunis Denmark tak memberikan ijin gambarnya dimuat, makanya dia buat sendiri. Dia juga salah saat memberikan beberapa gambar, akhirnya berujung pada ketidakakuratan. Tapi dia mengambil gambar umum dari peristiwa bom Madrid, London. Apakah Wilders sekarang membahayakan dirinya sendiri sekarang? Kalau saya jadi dia, seharusnya datang dulu ke negara berbasis Islam untuk membuat film. Sekarang, saya pikir, dia perlu berpikir panjang kalau mau datang ke negara Islam, mungkin terbatas hanya bisa ke Arab Saudi atau Indonesia. Padahal dia belum melihat, merasakan dari dekat, berbaur dengan masyarakat Islam. Apakah ini yang Anda lakukan, mengenal dari dekat masyarakat Islam? Saya suka dengan dunia Arab. Perjalanan pertama saya ke Irak saat saya sangat ingin tahu tentang Islam dan dunia Arab. Saya merasa bagus juga kalau punya pendapat pribadi tentang yang saya suka, dibandingkan cuma membaca buku. Ini ujian saya menghadapi realitas. Mengapa Anda suka dunia Arab? Ayah saya yang mengenalkan. Dia juga suka, dan dia murid Snouck Hurgronje. Kemudian saya melihat kamusnya, dan terpesona dengan huruf-hurufnya yang bagus menurut saya. Lalu saya belajar bahasanya, dan ketika kuliah akhirnya saya memilih jurusan ini. Apakah kasus ini akan mempengaruhi hubungan Indonesia-Belanda? Kedua negara punya hubungan yang baik. Dampak dari film ini mudah-mudahan tak berlanjut, karena kita juga sudah berdialog dengan hasil yang konstruktif. Dialog, perdamaian, respek, harus lebih dikedepankan sekarang. Di waktu senggang apa yang Anda lakukan? Olah raga, tapi tak punya banyak waktu. Jadi saya berlari naik turun lewat tangga. Saya juga memotret, jalan-jalan. Mungkin 2/3 provinsi sudah saya datangi. Saat ikut meninjau proyek, saya meluangkan waktu sebentar jalan-jalan sejenak, seperti di Kalimantan, Ternate, Aceh, Papua. * * * Biodata Nama: Nikolaos van Dam Jabatan : Duta Besar Luar Biasa Kerajaan Belanda di Indonesia Tempat dan tanggal lahir : Amsterdam, 1 April 1945 Status : Menikah (istri Marinka van Dam-Bogaerts), dengan satu puteri dan tiga putera. Pendidikan : Doktor Studi Arab dan Ilmu Politik, Universitas Amsterdam (lulus cum laude), 1977 Pekerjaan akademis: Dosen Sejarah Timur Tengah Modern, Universitas Amsterdam Karir politik: Duta Besar untuk Irak, Mesir, Turki, Jerman, Indonesia dan Timor Leste. Recent Activity 17 New Members Visit Your Group Y! Messenger Instant hello Chat over IM with group members. Yahoo! Groups Women of Curves Discuss food, fitness and weight loss. Yahoo! Groups w/ John McEnroe Join the All-Bran Day 10 . minds are like parachutes. they work best when open. [Non-text portions of this message have been removed]