Jujur .. saya bingung dengan istilah sosialisasi yang mbak Ning pakai.
Apa konotasinya kayak sosialisasi undang2 gitu???
Atau semacem kampanye dalam pilkada itu???
Sejauh yg saya tahu hanya sebuah deklarasi, sekaligus tuntutan hak
agar mereka tidak mendapat perlakuan diskriminatif. 

Para homoseks juga berkeluarga??? Sangat mungkin. Tapi masalahnya
adakah data berapa persen homoseks yang berkeluarga???

Trus .. apa motivasi mereka berkeluarga? apa sama dengan yang Mbak
Ning katakan itu: "supaya punya anak2 sebagai penerus kehidupan
bangsanya".
Atas dasar apa Mbak berpendapat demikian?

Plis ... deh :-)

Salam

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, sriwening herpribadi
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Mbak Mia &  Pak Syafei....
>   Antara homoseksualnya - include lesbi sich - kaum Luth dengan
jaman sekarang jelas ada persamaan dan ada juga perbedaannya.
Persamaannya : 1. homoseks sebagai suatu perbuatan person per person
jelas suatu penyimpangan, dan saya yakin hal itu disadari oleh para
pelakunya baik itu kaum Luth ataupun pelaku dijaman sekarang. 2. Para
homoseks ini - baik kaum Luth dan jaman sekarang - sama2 aktif
men-sosialisasikan ke-homoseksual-annya kapada anggota masyarakat
lainnya dengan dalih macam..mulai dari HAM, kebebasan berekspresi,
demokrasi dll lah..pokoknya yang senada dan seirama seperti itu...3.
Para homoseks ini juga berkeluarga - jadi beseks gituuu - supaya punya
anak2 sebagai penerus kehidupan bangsanya....gila apa!!! kalau mereka
ngga saling berkeluarga iya kan...hehehe.
>
>   Nah perbedaan homoseks antara kaum Luth dan jaman sekarang cuma
satu doank...para homoseks kaum Luth telah berhasil men-sosialisasikan
kehomoseksualan dari yang awalnya cuma segelintir orang menjadi hampir
semua penduduknya jadi homo & lesbi sehingga mereka semuanya diazab
Allah sedangkan para homoseks jaman sekarang belum/tidak berhasil
men-sosialisasikan ke homoseksualannya...mudah2an para homoseks
sekarang ini insyaf karena dah ada contoh terdahulu mereka.....jadi
pak Syafei syah2 aja yach kalau men-judge mereka dengan kisah kaum
Luth...karena relevansi utama kisah kaum Luth bukan pada homoseks
sebagai gaya hidup tapi pada perlilaku yang menimpang person per
person....maklumlah walaupun ini bukan katagori penyakit tapi yang
pasti bisa ditularkan kepada anggota masyarakat lainnya....gitu aja
dulu deh!!!!
>   
> 
> Mia <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>           Maksudnya Pak Pei, dikondisikan masyarakat pada waktu itu
gaya 
> hidupnya berprilaku homoseks dan memaksa orang lain untuk berprilaku 
> yang sama? Seperti contohnya di ayat itu n. Luth ngomelin 
> tetangga2nya karena maksa tamu2 N. Luth untuk melakukan seks sejenis, 
> padahal mereka nggak suka? Mohon klarifikasi.
> 
> Pemahaman yang menarik. yaitu prilaku seks sejenis, yang dipaksakan 
> ke semua orang termasuk tamu2nya, gitu kan? Makanya kemudian Luth 
> berdoa untuk azab.
> 
> salam
> Mia
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Muhammad Syafei" 
> <muh_syafei@> wrote:
> >
> > Saya hampir selalu mendapati argumen untuk men-judge homoseksual
> > berlandaskan pada kisah Nabi Luth ..
> > 
> > Padahal, ada perbedaan corak homoseksual pada kisah Luth tsb. dengan
> > kecenderungan dewasa ini. Pada kisah Luth, homoseksual pada masa itu
> > bukan sebuah "penyimpangan" dari kondisi umum, tapi dikondisikan 
> oleh
> > masyarakat pada waktu itu (social engineering???) sebagai perilaku
> > seksual yg dominan/utama. (Setidaknya begitu yg bisa ditangkap dari
> > kisah umat jaman Nabi Luth, mengingat tidak ada referensi yg benar2
> > valid).
> > 
> > Sebaliknya homoseksual pada dewasa ini merupakan 
> bentuk "penyimpangan"
> > dari perilaku seksual yg umum/dominan: heteroseksual. Jadi, kutukan
> > pada kisah umat Nabi Luth tidak bisa diterapkan begitu saja pada 
> para
> > pelaku homoseksual dewasa ini.
> > 
> > 
> > Salam
> 
> 
> 
>                            
> 
>        
> ---------------------------------
> Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. 
Try it now.
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke