Hehehe... emang saya senengnya yg dalem-dalem...
Ada yg bilang, sebaiknya sepertiga hidup kita buat berkreasi, seperti hidup
lagi buat meditasi (maksudnya istirohat), sepertiga lagi buat berefleksi :-)


Pendidikan emang mahal, tapi kalau saya lihat sekarang lumayan banyak
beasiswa yang ditawarkan.
Untuk anak SMA aja sekarang beasiswanya ada.... dan banyak sekolah2
alternatif yang diusahakan oleh masyarakat.
(masyarakat kita kan isinya gak melulu FPI, ya gak? hehehe...).
Di tengah kota aja ada tuuu, pesantren dan sekolah gratis di daerah tebet.
Saya pernah kesana, sekolahnya tidak ada nuansa pesantren tapi "islami"
(moderat).
Ini kan yang sebenarnya nilai2 budaya kita... gak harus tampil dng gaya2
islami tapi berjiwa islami.

Saya sendiri dulu pendidikannya disokong orang banyak. Jadi, saya berhutang
budi pada banyak orang yg membiayai pendidikan saya, termasuk perusahaan
rokok :-)) Prinsipnya adalah: kita ambil aja duitnya, rokoknya jangan
hehehe...
Persoalan kedua biasanya di buku... tapi untunglah... ada pasar buku bajakan
ala senen hehehe... Hidup bajakan lah pokoknya!
Dulu utk beli baju aja, saya beli di senen, kalo gak kiloan, ya beli
ketengan... satu blus manis bisa dibeli dng harga 5000 aja hehehe..
Pulang2 di cuci pake karbol, hahahaha...

Manusia kan makhluk survivor.. keadaan yg super sulit bukan berarti tidak
bisa diakalin, bukan? Difficult, but possible :-)
Kadang kita harus lewat jalan yg "muter" dulu utk sampai ke tujuan yg kita
mau. Gak tau ya, kalau di kedokteran gimana, mungkin bisa lewat dari sekolah
perawat dulu? terus baru sekolah kedokteran?

Apalagi kalau laki2, mungkin lebih gampang dibanding perempuan. Dunia kan
sering tidak ramah terhadap perempuan hehehe...
Ditambah dng stigma bahwa perempuan adalah "investasi" yg kurang
menguntungkan, baik di bidang pendidikan maupun pekerjaan.

Maaf kalau saya terkesan terlalu optimis :-)
Mungkin karena orang tua saya mengajari kalau pendidikan itu adalah sesuatu
yg menyenangkan dan layak utk diperjuangkan hehehe. Bukan utk gaya2an, tapi
utk peningkatan kualitas diri aja, jadi orang yg bijak dan tercerahkan.
Kalau orang tua tidak mampu membayari pendidikan, ya anaknya cari cara
gimana biar bisa sekolah gratisan :-)
Kalau masih tidak mampu cari sekolah gratisan juga, yang penting.. jangan
stop membaca. Itu aja kira2 pesan mereka.

Sekali lagi maaf kalau saya terlalu optimis sehingga kesannya jadi
nge-gampangin masalah..


2008/6/24 Ary Setijadi Prihatmanto <[EMAIL PROTECTED]>:

>   ;-))
> wah mbak Herni mah selalu yang dalem2 saja euy....
>
> ini kan mungkin sama dengan urusan kartu kredit,
> bisa jadi berkah (kasus pengusaha temennya om prie), bisa jadi musibah
> (temennya mas Arcon).
>
> makanya sebelum belajar kan kita berharap, "Rabbi-zidni 'ilman war zuqni
> fahman" lalu doa yang lain lagi
> "Allahumma inniy as aluka 'ilman naafi'an, wa rizqan thayyiban, wa 'amalan
> mutaqabbalan"
> Karena memang ilmu (yang salah satunya diperoleh melalui pendidikan formal)
> itu bisa saja tanpa pemahaman yang baik/sejati dan tidak bermanfaat.
>
> Pemahaman sejati IMHO akan terlihat dari struktur bangunan pemahaman yang
> utuh TANPA KONTRADIKSI. Setiap ilmu baru yang didapat akan menambah kokoh
> bangunan yang lama, bukan malah menambah bangunan baru yang tidak ada
> hubungannya dengan bangunan yang lain. Kemanfaatannya IMHO dapat terlihat
> dari apa efek pengetahuannya itu pada perilaku dan lingkungan sekitarnya.
>
>
> ----- Original Message -----
> From: h.s nurbayanti
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>
> Sent: Tuesday, June 24, 2008 1:59 PM
> Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Masuk Kedokteran Minimal Rp 40-60 Juta
>
> Mas ary,
>
> Yg juga tidak bisa saya mengerti adalah ketika...
> Orang pintar yang berpendidikan tinggi, tapi kok ya masih memiliki:
>
> - wawasan yg sempit
> - pikiran yg picik
> - jiwa yang bodoh dan kerdil
> - hati yang keras spt batu
> - dan sifat2 unbelievable lainnya..
>
> Lalu apa gunanya pendidikan bila tidak mampu mencerahkan?
>
> 2008/6/24 Ary Setijadi Prihatmanto <[EMAIL 
> PROTECTED]<ary.setijadi%40gmail.com>
> >:
>
> > Pendidikan itu memang mahal mas.
> > Tinggal siapa yang bayar.
> >
> > Saya kira semua juga TAHU kalo pendidikan itu aset bangsa.
> > Masalahnya pendidikan "orang lain" itu BUKAN aset pribadi.
> > Keluarga yang sadar arti penting pendidikan akan mengusahakan apa saja
> > untuk pendidikan.
> > Kecuali kalo Bapaknya takut kalah pinter sama anaknya. ;-))
> >
> > Kembali, tidak ada insentif apapun agar pemerintahan kita memprioritaskan
> > pendidikan.
> > Lha wong malah sumber masalah.
> > Semakin banyak orang pinter, kita harus makin pinter lagi supaya bisa
> tetep
> > jadi pejabat.
> > Orang pinter itu harus dibayar lebih mahal dibanding orang bodoh.
> >
> > Soal negara berantakan karena diurusi orang bodoh, itu bukan urusan saya.
> > Anak-cucu saya sudah terjamin kok...
> > jadi ngapain saya harus ngurusin anak orang dan mengusahakan supaya
> > pendidikan bisa murah?
> >
> > kira-kira begitu mas....
> >
> >
> > ----- Original Message -----
> > From: kayung
> > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
> > <wanita-muslimah%40yahoogroups.com><wanita-muslimah%
> 40yahoogroups.com>
> > Sent: Monday, June 23, 2008 3:42 PM
> > Subject: [wanita-muslimah] Re: Masuk Kedokteran Minimal Rp 40-60 Juta
> >
> > Negara seharusnya memenuhi hak rakyatnya apalagi generasi penerus
> > untuk mendapatkan pendidikan. apalagi indonesia kan negara kaya,
> > gemah ripah loh jinawi. bukannya minta digratisin biaya
> > pendidikannya tapi masa sekolah aja bayarnya selangit. kesannya jadi
> > kalau engga punya duit selangit engga bakal punya pendidikan yg
> > memadai buat masa depan. hla gimana entar indonesia kedepannya? Yg
> > mimpin akhirnya cuma orang2 dr generasi tak berpendidikan atau
> > generasi orang2 'terdidik' tapi karena duit.
> >
> > selain pendidikan, nyari kerja di indonesia juga harus pakai duit
> > selangit. padahal gaji engga naik2 ke langit. kebutuhan ajah yang
> > naik kelangit. akhirnya orang miskin pada milih jalan kelangit deh.
> > pengangguran melangit. jumlah tki juga melangit karena nyari kerja
> > di negara sendiri bayar selangit tapi gaji membumi. hiks.....
> >
> > ironis.....indonesiaku inih.
> > celakanya udah rela berkorban kerja jadi tki ke LN, kalau ada
> > masalah negara engga melindungi. berapa tuh tki yg mengalami
> > kekerasan atau bahkan meninggal di LN. negara cuma tutup mata, tutup
> > telinga. mau melindungi kalau udah ada korban atau kalau dioprak2
> > sama publik. mbelgedhes!!!
> >
> > kapan yah indonesia bisa seperti negara lain? yg menjamin hak hidup
> > layak buat rakyatnya?
> >
> > kayung
> >
> > --- In 
> > wanita-muslimah@yahoogroups.com<wanita-muslimah%40yahoogroups.com><wanita-muslimah%
> 40yahoogroups.com>,
>
> > "Sunny" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > >
> > > Refleksi: Dirgahayu NKRI!? Hehehehe, NKRI bukan untuk Anda yang
> > orang tua berpendapatan rendah atau miskin.
> > >
> > > -----
> > > Harian Komentar
> > > 23 Juni 2008
> > >
> > > Masuk Kedokteran Minimal Rp 40-60 Juta
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > Menjadi mahasiswa program studi pendidikan dokter di Unsrat
> > Manado, memang jauh jangkauan bagi kalangan ekonomi paspasan yang
> > tidak memiliki prestasi akademik tinggi. Program studi ini
> > hanya 'tersedia' bagi calon mahasiswa yang berduit. Pasalnya, untuk
> > masuk lewat jalur SNMPTN atau kemitraan dan sumikolah, calon
> > mahasiswa harus menyiapkan (minimal) Rp 40-60 juta.
> > >
> > > Sedangkan bagi calon mahasiswa dengan prestasi yang bagus pun,
> > tetap harus menyiapkan uang minimal Rp10 juta. Berdasarkan data yang
> > diperoleh koran ini, ranking 1-15 bagi calon mahasiswa T2 di
> > Fakultas Kedokteran harus membayar Rp 10 juta. Sedangkan ranking 6-
> > 10 membayar Rp 15 juta dan seterusnya sampai ranking 31 ke atas (Rp
> > 40 juta). Plt Rektor Unsrat, Prof Dr LW Sondakh MEc sendiri dalam
> > konfirmasi lalu membenarkan bahwa biaya masuk maksimal Rp 75 juta.
> > >
> > >
> > > Menanggapi hal ini, sejumlah warga Manado mengaku prihatin bahwa
> > biaya masuk Unsrat yang didambakan anak mereka, makin
> > melangit. ''Kami sadari bahwa biaya pendidikan mahal. Tapi dengan
> > biaya puluhan juta, kami kira terlalu besar. Apa kami PNS tidak bisa
> > menyeko-lahkan anak ke Unsrat?'' ungkap Ny Patrice prihatin.
> > >
> > >
> > > Sementara Pembantu Rektor I Unsrat Manado, Prof dr Bootje Moningka
> > Daf. Sp.FK-K menegaskan bahwa biaya pendaftaran masuk di setiap
> > fakultas keseluruhannya tidak ada perubahan melainkan memakai
> > standard pembiayaan tahun 2007, sesuai rapat senat yang dilakukan
> > tahun lalu. "Sesuai penyampaian pak rektor kepada saya kemarin,
> > bahwa untuk pembiayaan pendaftaran Mahasiswa Baru (Maba) ke empat
> > jalur yaitu Jalur T2, Sumikolah, SNMPTN dan Kemitraan bahwa tidak
> > ada perubahan," ungkap Moningka, kepada harian ini di sela-sela
> > penyerahan ISO di Politeknik Manado, akhir (20/06) pekan lalu.
> > >
> > >
> > > Lebih lanjut Moningka menga-takan bahwa alasannya untuk tidak akan
> > memakai mekanis-me pembiayaan pendaftaran untuk tahun 2008 ini,
> > karena saat ini diri rektor masih berstatus pelaksana tugas, "Pak
> > Rektor mengatakan bahwa nantilah jika sudah ada rektor terpilih maka
> > biaya pendaftaran akan diubah.'' Di sisi lain, Moningka meminta
> > agar pungutan di luar ketentuan dilaporkan. "Sekali lagi saya
> > mengingatkan kepada para mahasiswa baru agar jangan takut untuk
> > melapor jika ada pungutan yang di luar batas dari kewajaran yang
> > dilaku-kan oleh panitia pendaftaran di setiap fakultas. Jika ada
> > salah satu dosen ataupun dekan yang coba-coba melakukan pungutan
> > liar maka dosen tersebut akan kami proses," warning Moningka.(
> > >
> > >
> > > [Non-text portions of this message have been removed]
> > >
> >
> >
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
> ----------------------------------------------------------
>
> No virus found in this incoming message.
> Checked by AVG.
> Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.4.1/1515 - Release Date: 23/06/2008
> 19:16
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>  
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke