Mbak Mia,

Kalau di birokrat (dan lembaga penegakan hukum) kayanya birokrat atau aparat
yg masih korupsi mungkin masih banyak atau setidaknya lebih banyak dibanding
yg sudah bebas korupsi hehehe. Tapi gak tau juga ya, dng reformasi birokrasi
yg sedang berjalan. Percobaan pertama kalau tidak salah di Depkeu dan
nantinya menjalar secara bertahap ke departemen lain. Kalau di lembaga
penegakan hukum, starting pointya di MA, nanti menjalar ke Kejaksaan dst.
Bagian dari reformasi ini adalah renumerasi dan peningkatan kesejahteraan,
"resep klasik" mencegah korupsi ("alasan klasik"nya kan korupsi karena gaji
kecil hehehe). Harusnya sih disertai juga dng perampingan, program pensiun
dini atau apalah, peningkatan kualitas dan pengawasan yg ketat. Kalau di MA,
pendisiplinan sbg konsekuensi dr peningkatan kesejahteraan baru ditaraf
disiplin kehadiran yg kalau gak hadir ya dipotong dlm jumlah yg cukup besar.
Efektif utk kehadiran, tapi belum tentu utk pembenahan yang sifatnya
substansial. Kalau sistem pengawasannya thd hakim2 lemah dan hakim2 yg
korupsi kebal dari hukum shg tidak bisa dijerat, ya percuma. Tapi harusnya
pengawasan kedisplinan yg efektif bisa menekan praktek2 korupsi yg "kecil2".

Kalau soal memproduksi calon pemimpin, kita semua bertanggung jawab terhadap
kegagalan kita sendiri dalam menghasilkan calon pemimpin yang teladan.
Sistem politik kita masih belum mendukung dan masyarakatnya masih belum
aware. Maksudnya, kualitas pemimpin yg sekarang tidak bagus (yang 40%), dan
masyarakatnya sendiri belum "beres" (yg 60%) hehehe... Ngebaca trend program
menjelang pemilu sekarang, banyak yg berusaha menjembatani agar kedua faktor
tadi berjalin kelindan. Simplenya sih mempertemukan antara janji dan program
kandidat dengan ekspektasi masyarakat.. kedua hal ini selalu dibarengin,
menciptakan komunikasi dan pengawasan. Supply and demand. Tapi setau saya
ini utk anggota parlemen. Dan lebih mantap lagi bila masa jabatan utk
anggota parlemen bisa dipersingkat, tidak  5 thn kaya sekarang.

Sementara utk presiden... hmmmm.. kayanya lebih kompleks hehehe.. Wong
posisi presiden dan posisi orang2 di kabinetnya nanti aja masih jadi arena
politik dagang sapi.. karena masih bergantung pada (kompromi dng) partai
politik. Calon independent juga menimbulkan keraguan sendiri.. Masalah yg
terbesar adalah dia pastinya akan menghadapi halangan kekuatan sistem bobrok
yg berlapis2. Utk menang, harus berkompromi/negosiasi.. Kalaupun berhasil
menang, masuk perangkap sarang laba-laba. Gak akan bisa mengatasi
permasalahan yg mengakar di sistem kalau dia juga gak punya jaringan lain yg
nge-back-up-nya utk melakukan perubahan (yg berarti, harus
kompromi/negosiasi lagi). Jadi, emang yg perlu dibangun bukan cuma
memproduksi calon pemimpin, tapi jaringan yg baik agar pemimpin yg baik
tidak berjaringan/di-back-up dng jaringan yg tidak baik. Dan sekumpulan
orang sudah memulai ini, sebenarnya (kali aja..).

Soal calon independen yg muda2, saya lebih concern soal metode kampanyenya
aja, duit bermilyar-milyar itu lho..dan siapa yg ngebayarin dibelakangnya
:-) Posisi/jabatan publik ini memang sebaiknya dilihat sbg sebuah "karir"
(makanya kalau bisa milih, saya lebih memilih strategi utk ngambil yg baru
25 th dan digembleng untuk "dipanen" 10-15 th kemudian hehehe). Sebagian
dari mereka memang tidak dari jalur politik, tapi katanya emang mau
"membuka" kebuntuan politik utk ngasih alternatif lain. Bagus sih. Tapi kok
para calonnya belum berhasil menggerakan hati ya? :-) Kemarin salah satunya
(RM09) udah pasang surat buat semua di koran2, nanti ada surat susulan yg
lebih detail. Surat pembuka buat brainstorming aja, isinya kembali ke masa
lampau... masa bertebarnya pemimpin2 yg tauladan di negeri ini. Buat
inspirasi dan nge-set mood dulu. Bagus sih, romantik :-) Iklan2 mereka kan
rata2 begitu. Tapi sayangnya, utk urusan politik saya tidak romantik :-)
Jadi gak usah lah ada makanan pembuka, langsung to the point ajah visi dan
program jualannya apa... hehehe..

Mbak mia ngejagoin siapa buat tahun depan?
Si "hidup adalah perbuatan?" atau Sri Mulyani?
SM dibanding kandidat perempuan lain, gimana?
Ratna Sarumpaet, misalnya


Herni


2008/7/31 Mia <[EMAIL PROTECTED]>

>   Sekumpulan birokrat baby boomer usia diatas 45 juga udah terlepas
> dari budaya korupsi, tapi filosofi kepemimpinannya masih gaya orde
> baru, misalnya bikin kambing hitam melulu, bukan kepemimpinan
> transformasional. Atau mental pegawai negeri banget, mau perubahan
> tapi nggak berani mengelola resiko.
>
> Betul, kepemimpinan grass root belum muncul polanya. Saya percaya,
> singkatnya 60% perubahan itu ada di akar rumput, kalo pelaksanaannya
> beres, atas juga ikutan beres. Misalnya, apakah kita
> masyarakat 'becus' memunculkan pemimpin2 dengan karakter yang tepat?
> kalo ngomongin pemilu/pilkada.
>
> 40% pengaruh keberhasilan ada di pemimpin2 itu sendiri. Irisannya,
> pemimpin yang sukses adalah yang memahami 'kemauan dan kondisi emosi'
> masyarakat, yang tampil dalam bahasa dan expressi yang beragam. Jadi
> faktor 60% dan 40% itu berkelindan.
>
> Kira2 apakah ibu Sri Mulyani itu calon capres/cawapres masa depan?
> nyebut SM karena ini WM, bukan apa2. Bagaimana dengan ibu bupati
> siapa tuh namanya lupa...
>
> salam
> Mia
>
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>,
> "Ary Setijadi Prihatmanto"
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > wah siapa sih mbak tokoh-tokoh barunya...
> >
> > Umur 25 Rasulullah baru saja menikah dg ibunda Khadijah.
> > Beliau jadi rasul pada umur 40 tahun.
> >
> > Salam
> > Ary
> >
> > ----- Original Message -----
> > From: h.s nurbayanti
> > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>
> > Sent: Thursday, July 31, 2008 2:53 PM
> > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Megawati: Golput Itu Paham
> Individualistis
> >
> >
> > golput itu kan sikap apatis aja..
> > simply karena ngeliat lu lagi-lu lagi... cape deee :-)
> > tapi... tahun depan bisa jadi ajang menarik..
> > banyak calon baru.. yg bukan dari muke lama..
> > mukenye sih mungkin lama, tapi baru nyalonin sekarang... hehe
> >
> > kalau mau tau siapa aja mereka..
> > liat aja poster2 di jalan.. iklan2 di tipi... berita2 di milis :-)
> > tapi kalau saya pribadi, saya masih ragu..
> > meski mereka baru, saya gak yakin mereka akan bawa perubahan.
> > akankah mereka bisa mengubah sistem yg sudah menghegemoni?
> > atau seperti dugaan saya (dan mungkin yg lainnya juga..)
> > mereka lama2 jadi terseret arus...
> > seiring berjalannya waktu, mereka gak beda dng tabiat para muka
> lama
> > (obama jangan2 begitu juga hehehe... makanya gak ikut2an
> kesengsem)
> >
> > Yang sudah-sudah kan gitu.. coba perhatikan aja...
> > strateginya kan gini.. ubah "kepala"nya, incer posisi strategis
> > taro orang yg "progresif pro-pembaharuan" di posisi2 itu...
> > lantas "efek domino" bisa muncul..
> > mengubah atasnya dan perubahan itu bisa meluncur ampe bawah..
> > tapi yg terjadi kan gak demikian...
> > si orang baru ternyata gak bisa mengubah sistem yg udah rusak..
> > contohnya bisa disebut satu persatu..
> > sebagian jadi pukulan telak juga buat yg di NGO.
> >
> > kalo mau liat contoh yg gampang..
> > coba liat lembaga2 yg bisa dibilang "sukses"... MK, KPK..
> > itu kan lembaga baru..
> > kalau kita mau bandingkan perubahan di MK dan di MA, misalnya..
> > jelas beda banget..
> > argumentasinya: karena MK serba "baru".
> > dan ini diakui oleh lembaga2 internasional, coba aja bacanya
> report2 mereka
> > soal ini..
> > terutama reportnya IMF tahun 2005, kalau tidak salah.
> > tapi toh pertanyaan utamanya tetap tidak bisa terjawab..
> > gimana bisa mengubah sistem yg rusaknya sudah mengakar?
> >
> > opsi radikalnya, "potong generasi"
> > itu yg juga tampaknya mau diterapkan juga di politik.
> > tapi perlu dipertanyakan juga.. potongnya sejauh mana?
> > hal ini juga coba dilakukan di institusi lain, misalnya
> peradilan..
> > targetnya 35-45.. orang2 umur segini yg didorong2 spy maju..
> > tapi menurut saya pribadi sih, we should go lower than that..
> > karena yg 35-45 bisa jadi sudah "terkontaminasi".
> > birokrat umur segini kan udah bisa "ngocol".. politisi juga :-)
> >
> > idealnya mungkin umur 25.. di bawah 30 lah... tapi apa kita
> berani?
> > termasuk mereka yg 35-45 itu, apa juga mereka berani?
> > wong, mereka pasti bilang..
> > "saat ini gilirannya kami menuntut hak..."
> > hehehe..
> >
> > Padahal itu "sunnah" ya?
> > Muhammad jadi Rasul kan umur 25
> > hehehe..
> >
> > Buat saya, yg muda itu selalu menarik...fresh.
> > Pemikirannya ya, bukan fisiknya.. :-)
> > Kalau yg suka sama yg muda karena mereka kinyis2.. itu ada
> kelompoknya..
> > hehehe..
> > ya gak, con? lho, kok jadi ngelempar ke arcon? :P
> >
> > 2008/7/29 rama yanti <[EMAIL PROTECTED]>
> >
> > > kalau golput itu faham
> > > induvidualistis,..lalu paham bapakistis gimana?
> > >
> > > mosok pilkada di jatim mengancam kalau kalah jagoannya di
> pilkada kali ini
> > > dia akan menmindah kan kuburan bapak nya,....
> > >
> > > duhhh,..ibu,...
> > > mbok jamu lebih pinter dari pada ibu.
> > >
> > > golput adalah suatu pilihan,...
> > >
> > > yg jadi perntanyaan adalah sebab dari golput tu,...kenapa.
> > >
> > > kalau parpol anda mbok, ya bikin atraktif mungkin orang akan
> memilih partai
> > > anda tapi. jika hanya mengatakan "INI BAPAK KU,..
> > >
> > > SIAPA YG MAU MILIH,..
> > >
> > > harus nya anda bilang mbok,...
> > >
> > > INI LHO AKU,...KAMU SIOPO????
> > >
> > > --- On Tue, 7/22/08, IrwanK <[EMAIL PROTECTED] <irwank2k6%
> 40gmail.com>>
> > > wrote:
> > > From: IrwanK <[EMAIL PROTECTED] <irwank2k6%40gmail.com>>
> > > Subject: [wanita-muslimah] Re: Megawati: Golput Itu Paham
> Individualistis
> > > To: 
> > > wanita-muslimah@yahoogroups.com<wanita-muslimah%40yahoogroups.com><wanita-muslimah%
> 40yahoogroups.com>,
> > > "National" <[EMAIL PROTECTED]<nasional-list%40yahoogroups.com>
> <nasional-list%
> 40yahoogroups.com>
> > > >
> > > Date: Tuesday, July 22, 2008, 10:07 PM
> > >
> > >
> > > Yang benar sekarang di Indonesia masih dominan paham
> feodalisme..
> > >
> > > anak raja harus jadi raja.. anak kyai harus jadi kyai.. anak
> jendral
> > >
> > > harus jadi jendral juga.. gak peduli bagaimanapun kualitas si
> anak..
> > >
> > > Begitu mustinya Ibu Mega bilang.. masalahnya, mau/berani apa gak
> > >
> > > dia bilang begitu? :-p
> > >
> > > Wassalam,
> > >
> > > Irwan.K
> > >
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke