Kalau anakku sih suka pakai jilbab sapi dan jilbab kumbang.  Ada antena dan 
kupingnya gitu.  :))

Bedanya apa yah sama jilbab lontong dan jilbab teletubbies ?  Kayaknya kok 
lucu.  Dapat beli di mana, oom ?


salam,



-----Original Message-----
From: "herri.permana" <herri.perm...@yahoo.co.id>

Date: Tue, 23 Dec 2008 05:27:16 
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Subject: [wanita-muslimah] Jilbab Warna Warni


Jilbab Warna Warni

oleh : Herri Permana

"Tidak ada manusia yang sempurna , contohnya saya" begitu tulisan
di sebuah kaos yang diproduksi oleh Dagadu Jogja.Walaupun "nakal"
tapi sebetulnya tulisan tersebut memiliki makna juga.Walaupun kita
mengakui manusia itu tidak ada sempurna tapi jarang ada orang yang
mau mengakui bahwa dirinya juga tidak sempurna.

Kegairahan masyarakat Indonesia terutama di kalangan menengah
keatas terhadap hal-hal yang berbau spritualitas menggairahkan pula
trend pemakaian jilbab.Di pesta-pesta perkawinan termasuk yang
dilakukan di gedung-gedung mewah dengan biaya ratusan juta bahkan
miliaran rupiah , baju muslimah  menjadi busana wajib kalangan ibu
ibu seperti juga gaun malam yang menjadi busana wajib dalam pesta
pesta kalangan Eropa.

Trend ini juga berimbas pada remaja putri.Banyak remaja putri yang
tidak canggung lagi mengenakan kerudung , termasuk untuk pergi
ke tempat-tempat gaul seperti mall , cafe , arena ice skating , 
bowling
dll.Berkembanglah trend "jilbab gaul" di kalangan remaja putri yang
biasanya terdiri dari kerudung dengan beragam corak dan warna
yang biasanya diikatkan dibelakang dan digabungkan dengan busana
casual berlengan panjang yang kadang kala cukup ketat.

Trend terakhir ini kemudian melahirkan protes dan kecaman dari
berbagai kalangan terutama kalangan yang merasa berjilbab dengan
"benar".Istilah "jilbab lontong" , "jilbab teletubbies" dan semacamnya
kemudian muncul untuk menanggapi trend "jilbab gaul" tersebut.
Mereka langsung mengangkat wacana mengenai berjilbab yang baik
dan benar seraya menuding "jilbab gaul" itu sebagai contoh yang buruk.

Sebenarnya bagaimanakah berjilbab yang benar itu.Sebagian kalangan
secara umum mengatakan berjilbab yang benar itu cukup dengan tidak
menunjukkan atau menonjolkan bentuk potongan tubuh , tapi sebagian
kalangan lainnya menganggapnya belum cukup dan belum benar , mereka
mengharuskan berjilbab itu dengan mengenakan baju terusan/jubah tebal
dan kerudung yang lebar dan panjang , sebagian lagi kemudian 
mengatakan
itu belum benar , yang benar itu pakaian jilbab itu harus berwarna 
gelap ,
sebagian lagi kemudian menganggapnya belum cukup dan belum benar ,
berjilbab yang benar itu harus pakai cadar , sebagian lainnya kemudian
menganggapnya belum cukup dan belum benar , karena matanya pun
harus ditutup dengan kain tipis (burqa).

Dalam Tuntunan Adabul Mar'ah Fil Islam (Fatwa Tarjih Muhammadiyah
ke XX di Garut) disebutkan walaupun dalam surah An Nur 30 ada
potongan pakaian yang disebut jilbab dan khimar , itu tidak berarti
bahwa semua wanita dari bangsa apapun dan zaman apapun harus
memakai jilbab dan khimar tersebut , Fatima Mernissi dalam sebuah
tulisannya menyebut jilbab itu statusnya adalah hanya sebagai pembeda
antara perempuan merdeka dengan perempuan budak , selain itu wacana
jilbab ini jarang diulas dalam fiqh-fiqh klasik karena sebagian ulama
memandangnya tidak wajib karena tidak adanya kata amr (perintah)
disana.

Dari sini kita bisa melihat adanya banyak keaneragaman tafsir mengenai
jilbab ini baik yang mewajibkannya ataupun tidak memiliki kecabangan
kecabangan lain.Tapi di luar perbedaan fiqh dan tafsiran tersebuut 
yang
lebih utama adalah masalah sikap dan penerimaan kita terhadap yang
berjilbab ataupun tidak , yang berjilbab panjang atau pendek , yang
berjilbab gaul atau yang pakai cadar.

Sudah bukan rahasia lagi kalau perilaku para aktivis putri di masjid
masjid kadangkala menyebabkan orang lain enggan datang ke masjid.
Identitas berupa salah satu jenis jilbab tertentu cenderung dipaksakan
pada semua orang.Mereka menganggap diri sebagai pemilik kebenaran
tunggal , dan semua perempuan yang berjilbab beda bahkan tidak
berjilbab dianggap sebagai kelompok pendosa dan cenderung disisihkan
dari pergaulan di kalangan mereka.Apakah perilaku seperti ini 
merupakan
perilaku yang berakhlaq.Bukankah Rasulullah diutus Allah untuk
menyempurnakan akhlaq bukan memaksa orang supaya berjilbab.

Jadi kenapa harus mengecam dan mengejek para pengguna jilbab gaul ,
apakah dengan melakukan hal ini maka anda akan merasa diri paling 
benar.
Bukankah Al Qur'an surah Al Hujurat ayat 11 melarang perilaku seperti 
ini.
Kenapa tidak membiarkan semuanya berproses secara bertahap.Orang
yang memegang pendapat yang mewajibkan jilbab seharusnya juga
berpikir bahwa proses untuk itu tidak mudah , keputusan tersebut
merupakan keputusan revolusioner bagi seorang perempuan , contoh
kecil saja ia tentu harus "mempensiunkan" sejumlah besar koleksi
bajunya , membeli sejumlah baju baru dan kerudung , dan kemungkinan
bakal tersisih dari pergaulan , bagi seseorang apalagi seorang remaja
tersisih dari komunitas pergaulan akan menjadi sebuah bencana besar.
Jadi hargailah kalangan "jilbab gaul"  ini karena mereka sedang 
berusaha
untuk berproses dan ini hal yang tidak mudah , jangan malahan mengecam
dan memberi mereka julukan yang buruk-buruk Bukankah Allah melarang
kita member gelar yang buruk-buruk pada seseorangpun mengetahui 
kehendak
Allah , bisa jadi para jilbaber gaul itu lebih mendapat banyak pahala 
dari 
Allah daripada kalangan yang berjilbab panjang tapi bersikap sombong 
dan eksklusif serta ujub pada diri sendiri merasa dirinya paling 
sholeh 
dan alim.

Jadi bagi yang merasa memakai jilbab dengan benar berhentilah 
berpikir 
sebagai yang paling benar lalu memandang remeh dan rendah orang lain
yang berjilbab beda atau juga yang tidak berjilbab.Biarkanlah warna
warni ini sebagai sesuatu yang pantas disyukuri bukankah Allah 
menciptakan
perbedaan itu agar kita semua saling mengenal (QS Al-Hujurat : 13).
Jadi mamfaatkanlah bulan Ramadhan ini untuk merenung dan mejauhi 
sikap eksklusif dan penuh prasangka terhadap yang berpakaian beda , 
mulailah belajar untuk saling menghormati dan memahami  , karena 
inilah
inti ajaran Islam.




[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke