Islam yang bermuatan: aqidah (pokok keimanan), jalannya hukum dan akhlaq, 
meliputi cakrawala yang luas, yaitu petunjuk untuk mengatur baik kehidupan 
nafsi-nafsi (individu), maupun kehidupan kolektif dengan substansi yang 
bervariasi seperti keimanan, ibadah ritual (spiritualisme), karakter 
perorangan, akhlaq individu dan kolektif, kebiasaan manusiawi, ibadah 
non-ritual seperti: hubungan keluarga, kehidupan sosial politik ekonomi, 
administrasi, teknologi serta pengelolaan lingkungan, hak dan kewajiban 
warga-negara, dan terakhir yang tak kurang pentingnya yaitu sistem hukum yang 
teridiri atas komponen-komponen: substansi aturan-aturan perdata-pidana, 
damai-perang, nasional-internasional, pranata subsistem peradilan dan apresiasi 
hukum serta rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat yang berakhlaq. Semua 
substansi yang disebutkan itu bahasannya ada dalam Serial Wahyu dan Akal - Iman 
dan Ilmu. Maksudnya Wahyu memayungi akal , dan Iman memayungi ilmu. 

one liner Seri 394
insya-Allah akan diposting hingga no.800 
no.terakhir 928
*******************************************************************

BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM 
 
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU 
[Kolom Tetap Harian Fajar
394. Pengamat Politik dan Pemain Politik

Fakhri Ali dalam diskusi yang ditayangkan RCTI mengenai Pidato 
Pertanggung-jawaban Presiden Habibie mengatakan bahwa banyak orang sekarang 
asal yang datang dari Pak Habibie ditolak dahulu, kemudian baru dicari-cari 
alasannya. Sri Mulyani tersinggung, walaupun ucapan Fakhri itu benar, tetapi 
pahit dirasa oleh Sri Mulyani yang disindir oleh Umar Juaro sebagai bakal 
Menteri Keuangan jika andaikata Megawati menang. Apa yang dikatakan oleh Fakhri 
Ali itu secara substansial sama dengan judul Seri 392: The Singer Not the Song. 
Kalau pemain politik menganut prinsip tolak dahulu kemudian cari alasan masih 
dapat difahami, walaupun secara etika tidak terpuji. Namun apabila yang 
menganut prinsip tolak dahulu baru mencari-cari alasan bukan pemain politik 
melainkan pemain ilmu seperti Sri Mulyani, Rizal Ramli, Syahrir, AS Hikam dan 
orang-orang LIPI yang dijuru-bicarai oleh Pabottingi yang menyerukan menolak 
pertanggung-jawaban Presiden Habibie sebelum pertanggung-jawaban itu 
dikemukakan, maka mereka itu telah melanggar nilai yang esensial dalam dunia 
ilmu. Lebih baik orang-orang yang disebut namanya tersebut mengikuti jejak 
Faisal Basri, Pak Amin Rais dll meninggalkan dunia ilmu pengetahuan, berhenti 
menjadi pengamat politik, lalu terjun ke dalam kacah politik sebagai pemain 
poltik.

Ada pepatah yang mengatakan untuk melempar orang mudah didapatkan batu. Hal ini 
tidak berlaku bagi yang berdemonstrasi secara damai, oleh karena di jalan-jalan 
raya di kota-kota sukar didapatkan batu. Jadi kalau para demonstran yang 
melempar petugas keamanan dengan batu, berarti batu itu dicari dan dikumpul 
terlebih dahulu. Itu berarti maksudnya yang semula memang bukan untuk 
berdemonstrasi secara damai, apa pula jika telah menyediakan botol berminyak 
tanah. Bagi Sri Mulyani batu yang dipakai melempar itu berwujud ucapan yang 
mengatakan utang yang ditumpuk sebagai harga menurunkan inflasi dan menaikkan 
rupiah baru akan terbayar dalam waktu lebih seratus tahun, yang katanya menurut 
matematika Habibie. Itu bukan matematika Habibie, melainkan matematika khas Sri 
Mulyani, yaitu matematika kuda bendi. Mata kuda bendi hanya dapat melihat satu 
arah, yang dalam konteks matematika khas Sri Mulyani, hanya melihat ke arah 
privatisasi BUMN. Sangatlah naif, ibarat pandangan kuda bendi, jika untuk 
membayar utang itu hanya mengandalkan privatisasi BUMN. Masih banyak sumber 
lain yang dapat dipakai untuk membayar hutang, lebih-lebih jika industri sudah 
marak kembali. Di zaman Orde Lama utang itu sukar dibayar, karena dana itu 
dipakai untuk keperluan yang konsumtif, bukan yang produktif. Batu pelempar 
Abimanyu berupa koreksi data dalam pidato pertanggung-jawaban Presiden Habibie 
mengenai dana rekapitalisasi perbankan sejumlah tiga ratus sekian triliyun. 
Menurut Abimanyu seharusnya lima ratus sekian triliyun. Batu pelempar Abimanyu 
itu dijadikan bola besi oleh Sri Mulyani dengan menuduh ada apa gerangan 
dibalik upaya menyembunyikan jumlah uang dua ratus triliyun tesebut. Batu 
pelempar Abimanyu yang dijadikan bola besi oleh Sri Mulyani tersebut luluh 
lantak menjadi abu setelah Menteri Keuangan mengatakan bahwa yang mengatakan 
lima ratus sekian triliyun itu tidak tahu membaca. Jumlah yang tiga ratus 
sekian triliyun dalam pidato pertanggung-jawaban tersebut, benar tidak salah, 
yaitu dana rekapitalisasi tok. Sedangkan yang lima ratus sekian triliyun itu 
adalah dana rekapitalisasi ditambah dengan uang jaminan. Ini adalah cerita 
tentang pengamat politik, pengamat ekonomi yang telah meninggalkan nilai 
esensial dalam ilmu pengetahuan, yaitu bersih dari sikap prejudice.

Sekarang kita beralih kepada pembicaraan tentang para pemain politik. Kita 
mulai dahulu dengan juru bicara fraksi PDIP dalam memberi sanggahan terhadap 
pidato pertanggung-jawaban Presiden Habibie. Prinsip tolak dahulu baru mencari 
alasan dipakai di sini, buktinya jauh-jauh sebelumnya sudah dilontarkan akan 
menolak pidato pertanggung-jawaban tersebut. Prinsip ini dipakai pula oleh dua 
fraksi lain yang menolak yaitu fraksi PKB dan KKI. Namun yang sangat disesalkan 
ialah bentuk kalimat yang penuh gaya sarkasme, semangat kebencian dan 
penampilan juru-bicara PDIP yang vulgar menunjukkan akhlaq yang rendah dari 
penyusun sanggahan itu. Berbeda dengan gaya kedua fraksi yang lain yang menolak 
itu. Sikap keduanya tidak menunjukkan rasa kebencian, tidak bernuansa sarkasme, 
tidak vulgar. Yang lebih disesalkan lagi juru bicara fraksi PDIP tersebut 
membuka dengan salam ditambah dengan hamdalah serta salawat segala, yang sangat 
bertentangan dengan sarkasme, semangat kebencian, vulgar dan tidak berakhlaq 
itu. Inilah yang memancing haa, huu, haa itu, sedangkan Presiden Habibie 
kelihatannya senyum-senyum saja, tetap sabar. AN ALLH M'A ALSHBRYN, dibaca: 
InnaLla-ha ma'ash sha-biri-n, artinya: Sesungguhnya Allah menyertai orang-orang 
yang sabar. Yang paling simpatik ialah juru bicara dari fraksi PBB. Walla-hu 
a'lamu bishshawa-b.

*** Makassar 17 Oktober 1999
    [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/1999/10/394-pengamat-politik-dan-pemain-politik.html




[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to