lha makanya Nabi sendiri kan tidak memberikan petunjuk mengenai bentuk pemerintahan setelahnya itu seperti apa masih mending para shahabat yang hidupnya di masa Nabi sehingga masih bisa meneladani sifat-sifat Nabi generasi yang belakangan kan banyak yang cuman ikut2-an saja, mengatakan mengikuti Nabi tapi sebenarnya hanya mengikuti nafsunya sendiri lebih baik memfokuskan diri untuk menjadi khalifah/pemimpin yang baik di level masing2 buat lelaki, bisa jadi ayah dan kepala rumah tangga yang baik buat perempuan, bisa jadi ibu rumah tangga yang baik jadi ketua RT, ketua RW yang baik, yang bisa mengayomi warganya bisa jadi kepala desa, lurah, camat yang baik yang bisa bersikap adil jadi bupati, jadi gubernur, jadi presiden yang bijaksana dan dicintai rakyat menurut saya itu lebih berguna untuk dilakukan buat kemaslahatan umat, ketimbang terus-terusan berangan-angan .. ingat, bahwa setan itu menumpangi angan2 kita dan menghabiskan amal kita yang nyata
salam, -- Wikan 2010/7/13 stSabri <x1...@gmx.com> > > > > wm-ers, > > Meskipun hampir tidak mungkin meminta kaum Islam Utopis (demikain saja saya > sebut) untuk menghentikan impian mereka tentang konsep utopis kekhalifahan > Tunggal untuk seluruh dunia, tapi mungkin bisa dihimbau agar tidak melakukan > upaya mewjudkan mimpi tsb dengan melakukan perusakan di masa kini. Problem > utama imperium utopis ini pada pemilihan pemimpin ; SIAPA YANG BERHAK MENJADI > KHALIFAH (setelah imperium ini terwujud), bagaimana cara memilih sang > khalifah, apakah dengan pemilu, apakah sang khalifah akan memerintah seumur > hidup, lalu bagaimana jalan suksesi, apakah secara keturunan seperti Imperium > Roma dengan konsep Putra/Putri Mahkota, kemudian menjadi Raja. Selain itu > setelah Islam memiliki sedemikain bayak tafsir (Mazhab), apakah kekhalifahan > akan mengakomodir seluruh Mazhab (Termasuk Ahmadiyah), atau memilih-milih > saja (misal sesuai selera HMNA -kadang aku menganggap HMNA ini seperti merasa > mewakili selera Gusti Allah- ). Lalu bagaimana konsep antar penduduk antar > wilayah, apakah perlu pasport atau semua manusia boleh lalu lalang kemana > saja pergi, bagaimana pembagian wilayah (Gubernuran/ ke-Emiran) apa dasar > pembagian wilayahnya. > > Itu saja sudah tidak mungkin di-formulasikan (karena bagiku sulit = bisa), > memilih khalifah demikian bukan saja sulit, tapi tidak bisa dalam arti tanpa > perang/perseteruan, apalagi orang indonesia, lha wong milih Bupati/Walikota > saja siap mati gontok-gontok'an. Terus ras mana yang patut memimpin, apa mau > ras Arab di Pimpin orang Bugis/Makassar (Walapaun Hafidz al-Qur'an). > > Monggo didiskusikan daripada mumet menelusuri nenek moyang Turki dan membahas > Jongos Harem. > > Bukankah lebih baik kita diskusi hal-hal nyata, bagaimana biar di sekian > pesantren di Indonesia ini tidak kekurangan Buku, Guru, Makanan. Supaya > mereka bisa belajar dengan baik, mempelajari teknologi, menciptakan lulusan > berkarakter sehingga jadi sdm yang berkualitas tanpa hasrat korupsi membara. > Cinta sesama dan tidak cinta BANKSAKU (Rekening BANK dan SAKU nya sendiri).