Pak muiz nggak perlu merasa risi karena ada Ge-eR,karena rasanya emang malah 
jadi berat. 
Saya bilang itu karena sering kita kudu mengingatkan diri untuk saling memuji, 
wong setiap hari kita memuji Allah, masak pelit pujian ke orang lain.
Tentunya pujian itu mesti tulis apa adanya bukan basa basi.

Kadang saya tulis "muiz dan hmna" bukan maksudnya pak muiz dan pak hmna, 
artinya ngga personal lagi karena kita semua terlibat di peran kondisi dan 
tempatnya masing2. Ingat bahwa di suatu masa suatu wacana/pemikiran 
terakumulasi seolah begitu saja secara alamiah, dan teratualisasi "dengan indah 
ketika tiba waktunya" - meminjam kata2 mba fero.

Salam
Mia

-----Original Message-----
From: Abdul Muiz <mui...@yahoo.com>
Sender: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Sun, 25 Jul 2010 15:14:18 
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Reply-To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Allah itu Personal?

Saya juga perna mendengar ceramah Isra' dan Mi'raj, penceramahnya alumni dari 
universitas di Mekah. Kurang lebih beginilah yang disampaikan, "Nabi pernah 
merasa gelisah setelah merenungi berbagai kesulitan hidup, berbagai daftar 
penderitaan dan kesulitan hidup yang beliau alami adalah : Pamanda yang 
mensupport sebagai pelindung suku quraisy meninggal dunia, disusul istri beliau 
Khadijah mensupport dari segi ekonomi juga meninggal dunia, dakwah di Mekkah 
ditolak, pindah ke Thaif ditolak juga, bahkan dilempari dan dihina 
habis-habisan, sampai-sampai malaikat jibril menawarkan, "biar penduduk Thaif 
saya timpuk dengan jabal (gunung) saja biar tahu rasa deh" dijawab beliau, 
"Jangan, mereka begitu karena tidak tahu". Malaikat pun pergi".

Masih kata penceramah, dalam keadaan gundah itu beliau curhat kepada Allah, "Ya 
Allah alangkah beratnya berdakwah menyebarkan risalah/wahyu engkau, 
rasa-rasanya saya tidak pantas deh menjadi Nabi betapa berat menyampaikan 
misi-Mu. Rasa-rasanya gak pantas hamba memikul beban ini....." maka Allahpun 
memberikan hadiah picnik Isra' dan Mir'raj. Saya ingat betul ceramah ini dan 
sang penceramah tidak menyebutkan riwayat dari mana yang disampaikan tersebut.

Saya pikir pada titik-titik tertentu Nabi Muhammadpun juga mengalami yang 
namanya gelisah dan pertanyaan ala curhat itu juga lumrah dialami yang namanya 
manusia. Saya setuju mbak Mia kalau semua para Nabi termasuk Nabi Muhammad 
adalah Risk Taker yang hebat. Saya tentu tidak berani Ge eR sebagai Risk Taker, 
tetapi terima kasih atas analisis mbak Mia.

Wassalam
Abdul Mu'iz

--- Pada Ming, 25/7/10, al...@yahoo.com <al...@yahoo.com> menulis:

Dari: al...@yahoo.com <al...@yahoo.com>
Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Allah itu Personal?
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Tanggal: Minggu, 25 Juli, 2010, 10:03 AM







 



  


    
      
      
      Pak Muiz, itu mungkin termasuk resiko yg mesti diambil  "durhaka kepada 
Allah/Quran". Kuberi tanda kutip karena untuk mengidentifikasi irisan HMNA dan 
Muiz. Isi irisan itu a.l adalah "durhaka kepada Allah"  (versi HMNA) dan "nggak 
durhaka kepada Allah" (versi Muiz).  





Nggak ngaruh, walaupun masing2 teriak setinggi langit "durhaka!" Atau "nggak 
durhaka!"- HMNA dan Muiz pada titik ini dalam irisan yang sama.





Yang membedakannya nanti adalah aksi risk taking itu. Kalo MuiZ gagal irisan 
itu hilang jadi warna semula, kalau sukses irisan itu membesar, mentransformasi 
seluruh lingkaran.





Salam


Mia


-----Original Message-----


From: Abdul Muiz <mui...@yahoo.com>


Sender: wanita-muslimah@yahoogroups.com


Date: Sun, 25 Jul 2010 06:40:00 


To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>


Reply-To: wanita-muslimah@yahoogroups.com


Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Allah itu Personal?





soal durhaka kepada Allah (Al Qur'an), saya pikir bukan monopoli abah HMNA 
seorang, skeptis dalam artian menggali info lebih dalam tentang iman adalah hal 
yang lumrah tidak ada yang aneh apalagi hendak mendurhakai Allah.





Wassalam


Abdul Mu'iz





--- Pada Ming, 25/7/10, H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrah...@yahoo.co.id> 
menulis:





Dari: H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrah...@yahoo.co.id>


Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Allah itu Personal?


Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com


Tanggal: Minggu, 25 Juli, 2010, 5:16 AM























 











  








    


      


      


      ----- Original Message ----- 





From: "aldiy" <al...@yahoo.com>





To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>





Sent: Saturday, July 24, 2010 21:44





Subject: [wanita-muslimah] Re: Allah itu Personal?











Pak Arcon,





Bayangkan saja HMNA dan Muiz sama-sama di garis depan. Keduanya sama berilmu  
pengetahuan, sama-sama beriman dan berkeyakinan.  











Mungkin keduanya sama-sama skeptis (i.e meragukan).  Pak Muiz ingin bergerak ke 
depan karena "curiga, ingin tahu, mempertanyakan, dsb".  Dia akan terus2an 
gelisah kalau nggak bergerak ke depan.  Pak HMNA skeptikal tentang gerak ke 
depan.











Bedanya adalah Pak Muiz mengambil resiko, pak HMNA nggak mau.





###############################################################################





HMNA:





Pokok perbincagan : "terhadap obyek iman yaitu terhadap ayat Qawliyah (verbal, 
wahyu, Al-Quran) dilarang bersikap skeptis. Saya tidak perduli tentang 
penilaian manusia bahwa sikap tidak skeptis terhadap Al-Quran itu dinilai saya 
tidak bergerak ke depan atau ke samping atau melompat, pada pokoknya saya tidak 
berani mengambil risiko, karena saya tidak berani durhaka menentang Al-Quran, 
seperti diFirmankan Allah:





-- DzLK ALKTB LA RYB FYH HDY LLMTQYN (S. ALBQRt, 2:2), dibaca: dza-likal 
kita-bu la- rayba fi-hi hudal lilmuttaqi-n (tanda - dipanjangkan membacanya), 
artinya: 





-- Inilah Al-Kitab(*), tidak ada syak / skeptis padanya, ia pula menjadi 
petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa;





-----------------





(*)





Dari akar kata [KTB = tulis] artinya yang ditulis, nama kain dari Al-Quran dari 
akar kata [QRA = baca] artinya yang dibaca.











-- This is the Book; In it is guidance sure, without skeptical, to those who 
fear Allah. 





#################################################################################





.





 











Kurasa sebagian (besar) orang nggak mau mengambil resiko.  Para nabi, pemimpin, 
orang2 biasa berkualitas kenabian adalah risk taker. Kesuksesan/kegagalan 
mereka tergantung latar belakang, keahlian dan banyak faktor eksternal.  Contoh 
yang lagi diomongin di sini adalah nabi Ibrahim.  Kesuksesannya terletak pada 
keahliannya sebagai astronomer, mungkin juga sebagai tentara bayaran yang 
mondar-mandir antara jazirah arab dan daerah bulan sabit.  Contoh nabi "gagal" 
adalah nabi Yunus, itu pun diabadikan sebagai hikmah-ajar.











Kalo nggak ada orang2 kayak gini, kita masih tinggal di pohon.











salam





Mia











--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, papabonbon <masar...@...> wrote:





>





> beda definisi skeptis antara pak muiz dan pak hmna.  btw, saya merasa lebih





> akrab dengan contoh contoh skeptis ala pak muiz.  boleh jadi saya setuju





> dengan pandangan pak muiz tentang masalah skeptis ini.





> 





> karena beragama dan percaya Tuhan buahnya adalah ketenangan.  dan ketenangan





> didapatkan setelah ada keyakinan.keyakinan hadir ketika kita gelisah,





> bertanya, skeptis, mendapatkan pencerahan.





> 





> salam,





> papabonbon.wordpress.com











[Non-text portions of this message have been removed]

















    


     





    


    








 











  























[Non-text portions of this message have been removed]










[Non-text portions of this message have been removed]





    
     

    
    


 



  







[Non-text portions of this message have been removed]




[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to