Subject: [ID] Hidup Tanpa Ijazah [ Andy F Noya talkshow di jaringan TV kabel, 
Q-TV. Yang menjadi host-nya Peter Gontha, mantan orang kuat RCTI ]


Hidup Tanpa Ijazah

Andy F Noya terkenal sebagai host Kick Andy di Metro TV, tapi pekan lalu 
justru ia duduk sebagai bintang tamu. Bukan di acara Kick Andy memang, 
melainkan talkshow di jaringan TV kabel, Q-TV. Yang menjadi host-nya: 
Peter Gontha, mantan orang kuat RCTI.

“Hahahahahaha…………..jadi ternyata anda tidak memiliki selembar pun ijazah 
kesarjanaan,” Peter Gontha bereaksi atas pengakuan Andy. Yups, ternyata 
Andy yang sangat cerdas tampil sebagai presenter dan host pada Kick 
Andy, dan juga pernah menjadi Pemimpin Redaksi Metro TV itu ternyata 
tak lulus sarjana.

Di tempat lain, seorang begawan budaya Sunda sedang asyik membahas 
bukunya yang berjudul: Hidup Tanpa Ijazah. Dia adalah Ajip Rosidi, yang 
menolak mengikuti ujian akhir SMA. Naif memang, tapi itulah faktanya.
Dua kenyataan tadi kembali menggulirkan pertanyaan menggelitik: Bisakah 
kita hidup atau berkarir tanpa ijazah atau gelar. Lebih dalam lagi, 
bisakah kita menjadi orang sukses tanpa mengandalkan ijazah?

Kita pernah mengenal Adam Malik yang tak pernah mengenyam bangku sekolah 
sehingga otomatis tak punya ijazah. Namun dengan semangat belajar 
otodidak yang militan telah menghantarkannya menjadi Menlu dan Wapres 
Indonesia.

Tokoh lain yang tak punya ijazah kesarjanaan, tapi mampu menjadi tokoh 
yang diakui keilmuannya antara lain budayawan kondang Emha Ainun Nadjib, 
dan dai Aa Gym. Emha Ainun Nadjib hanya tiga bulan kuliah di FE UGM, 
selebihnya jadi pengembara ilmu di luar sekolah hingga dia bisa jadi 
manusia dengan bermacam sebutan (multifungsi) . Aa Gym meski berhasil 
lulus, namun sampai sekarang ijazahnya di sebuah akademi tak pernah 
diambilnya ternyata berhasil menjadi dai dan pengusaha sukses.

Ajip Rosidi bahkan lebih `radikal’ Iagi.dengan tak mau mengikuti ujian 
akhir SMA nya. Dia menolak ikut ujian karena waktu itu beredar kabar 
bocornya soal-soal ujian. Dia berkesimpulan bahwa banyak orang 
menggantungkan hidupnya kepada ijazah. “Saya tidak jadi ikut ujian, 
karena ingin membuktikan bisa hidup tanpa ijazah”. Dan itu dibuktikan 
dengan terus menulis, membaca dan menabung buku sampai ribuan jumlahnya. 
Walhasil sampai pensiun sebagai guru besar tamu di Jepang, Dia yang 
tidak punya ijazah SMA , pada usia 29 tahun diangkat sebagai dosen luar 
biasa Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. Lalu jadi Direktur 
Penerbit Dunia Pustaka Jaya, Ketua Ikapi Pusat, Ketua DKJ dan akhirnya 
pada usia 43 tahun menjadi profesor tamu di Jepang sampai pensiun.

Mengapa tiba-tiba saya membahas hal ini? Tidak lain karena keprihatinan 
saya dengan budaya dunia profesional di negeri ini yang masih sangat 
mengagungkan ijazah sebagai parameter utama. Bukan, jam terbang dan 
portofolio real seseorang.

Teman saya, yang kini Chief Editor (Kepala Biro) Kantor Berita Foto 
European Photopress Agency (EPA) di Indonesia mengawali karirnya sebagai 
fotografer tanpa ijazah (meski ia seorang sarjana Biologi). Bahkan, 
hingga di usianya yang mendekati 40 tahun, belum pernah ia pegang ijazah 
kesarjanaannya itu karena ia memang tidak pernah mengambil ijazahnya. 
Namun, kantor berita foto AFP, yang menjadi tempat pertamanya berkiprah 
sebagai fotografer, tak mempedulikan itu.

Kemarin, untuk penulisan beberapa buku, kami para penulis dimintai 
ijazah. Kami paham betul, itu semata demi alasan administratif, belaka. 
Tapi, naif, jika itu kemudian menggugurkan profesionalisme yang sudah 
dirintis.

Jadi bisakah kita hidup sukses tanpa ijazah atau gelar kesarjanaan, saya 
yakin pasti Anda bisa menjawab dengan tepat.





Kirim email ke