Di garis depan. 15 Mei 60 tahun silam. Sejumlah manusia yang hak hidupnya 
terampas, diinjak-injak, diburu dalam iringan dentuman mesiu. Darah segar 
mengalir membasahi bumi Al-Quds. Ratusan ribu pasang kaki dipaksa bergerak 
meninggalkan ladang-ladang zaitun, kurma, lahan peternakan, rumah kecil tempat 
mereka menyimpan kenangan, dan Al-Aqsha qiblat kedua setelah kabah. 
  Di garis depan. 15 Mei 60 tahun silam, langit Al-Quds menghitam. Bumbungan 
asap mesiu, mortir, dan ribuan rumah dan mesjid yang terbakar membentuk payung 
hitam mengiringi derak langkah para pengungsi yang dihantui ketakutan. Satu 
persatu, bumi al-Quds jatuh ke tangan para perampok durjana, Jaffa, Haifa, bait 
al lahm, dan terus merambah dari Jenin hingga Hebron.
  Di garis depan. 60 tahun kemudian, 21915 balon hitam dilepas ke langit 
Al-Quds dan mereka masih menyimpan puluhan ribu hingga ratusan ribu balon lagi 
sejumlah bilangan hari saat mereka menjarah negeri para syuhada ini. 
Pertempuran masih belum berakhir dan tak kan pernah berakhir hingga kami atau 
mereka yang habis. Tak peduli sejumlah nama hilang dan berganti.
  Di garis depan. 60 tahun kemudian. Masih ada segolongan manusia yang 
berhianat atas nama negeri, tuhan dan kemanusiaan. Manusia macam apa yang 
mereka wakili? Tuhan macam apa yang mereka sembah? negeri yang dijanjikan  
macam mana yang berdiri di atas kubangan darah dan penderitaan manusia?
  Di garis depan. Manusia-manusia langit antri berjejer menunggu perjumpaan 
indah untuk bertemu Rabbnya. Di langit Al-Quds, 70 bidadari berebutan menjemput 
setiap ruh Sang Syahid dan Syahidah yang terlepas mencelat ke haribaan 
Rabb-Nya. Riuh rendah suka cita dan pujian menyemarakkaan suasana. Tak kan 
pernah habis..takkan pernah henti..
   
  Kafilahcinta, 
  Naqba's Day, Ruwais 2008
   
   


       

Reply via email to