Assalamu'alaikum,

E-mail ini adalah kritik saya terhadap Radar Banten yang saya cc-kan ke
Banten Raya Post, Abdul Malik Radar Banten, dan Milis Wongbanten.

Hari minggu kemarin, 11 November, tulisan saya yang berjudul *Menelusuri
Kesusasteraan Banten* dimuat Radar Banten. Sebagaimana tampak dari judul
tulisan itu, tulisan saya ini membicarakan tentang kesusasteraan Banten,
termasuk di dalamnya novel2 indo-cina yang terbit di rangkasbitung dan di
koran-koran banten dari masa kolonial hingga sekarang. Ada satu hal yang
saya sangat sesalkan atas tindakan yang dilakukan (editor) Radar Banten yang
telah menghapus nama "Fajar Banten" di dalam tulisan saya. Dan itu, bagi
saya adalah tindakan bodoh dan membodohi publik.

Bahwa Fajar Banten adalah saingan bisnis Radar Banten, itu silahkan. Itu
urusan bisnis Radar Banten. Tetapi Radar Banten (juga media massa lainnya)
tidak boleh membawa masalah bisnis itu ke ruang ilmu pengetahuan. Dalam
konteks pemuatan tulisan saya, Radar Banten tidak boleh membuang nama "Fajar
Banten" sebagai kenyataan/fakta sejarah. Nama itu tidak boleh dibuang hanya
karena Fajar Banten saingan bisnis atau merasa tidak suka keada pengelola
Fajar Banten. Islam mengajarkan, janganlah berlaku tidak adil karena kita
benci kepada orang lain. Sebagai contoh, sekalipun saya tidak suka kepada
atut, saya harus tetap menyebut nama atut saat saya menulis sejarah gubernur
banten.

Selama ini saya memaklumi tulisan berita di radar banten acak-acakan.
Berita-berita yang muncul di sana mencerminkan bahwa pengelola koran
tersebut tidak paham tatabahasa indonesia atau tidak mau menggunakan
pengetahuannya tentang tatabahasa indonesia. Sekali lagi, itu saya maklumi.
Tetapi ketika editor koran sudah membuang data sejarah, saya atas nama ilmu
pengetahuan menyatakan protes.


-- 
Salam hangat,
Ibnu Adam Aviciena

Kirim email ke