nama  "fajar banten" saya tulis di paragraf terakhir. di file yang saya
kirimkan ke radar banten ada. tetapi di korannya tidak ada. saya fikir orang
radar banten juga tidak tahu kebijakan editing. di radar banten disebutkan
bahwa radar banten berhak mengedit TANPA menghilangkan esensi tulisan. bila
data dibuangin, itu mah bukan lagi ngedit.

saya melakukan kritik ini untuk mendidik media massa. kita sebagai sipil
harus aktif. dulu di indosiar pernah ada sinetron yang berdasarkan pandangan
umum tidak mendidik, tidak sopan, tidak bermoral, dll. saya ,mengirim e-mail
ke indosiar yang saya cc-kan ke berbagai milis. kemudian indosiar mengirim
e-mail permohonan maaf.

jadi, kita jangan cuma dijadikan tong sampah oleh industri

2008/11/10 Setiadji Achmad <[EMAIL PROTECTED]>

>   Walaikumsalam.
>
> coba kang saya mau liat dimana kata "Fajar Banten" posisinya dalam tulisan
> kang Ibnu
>
> nuhun.
> Adji Okaz
>
> ------------------------------
> *From:* Ibnu Aviciena <[EMAIL PROTECTED]>
> *To:* Radar Banten <[EMAIL PROTECTED]>
> *Cc:* barayapost cilegon <[EMAIL PROTECTED]>;
> wongbanten@yahoogroups.com; abdulmalik <[EMAIL PROTECTED]>
> *Sent:* Monday, November 10, 2008 7:14:36 AM
> *Subject:* [WongBanten] Kritik Untuk Radar Banten
>
>  Assalamu'alaikum,
>
> E-mail ini adalah kritik saya terhadap Radar Banten yang saya cc-kan ke
> Banten Raya Post, Abdul Malik Radar Banten, dan Milis Wongbanten.
>
> Hari minggu kemarin, 11 November, tulisan saya yang berjudul *Menelusuri
> Kesusasteraan Banten* dimuat Radar Banten. Sebagaimana tampak dari judul
> tulisan itu, tulisan saya ini membicarakan tentang kesusasteraan Banten,
> termasuk di dalamnya novel2 indo-cina yang terbit di rangkasbitung dan di
> koran-koran banten dari masa kolonial hingga sekarang. Ada satu hal yang
> saya sangat sesalkan atas tindakan yang dilakukan (editor) Radar Banten yang
> telah menghapus nama "Fajar Banten" di dalam tulisan saya. Dan itu, bagi
> saya adalah tindakan bodoh dan membodohi publik.
>
> Bahwa Fajar Banten adalah saingan bisnis Radar Banten, itu silahkan. Itu
> urusan bisnis Radar Banten. Tetapi Radar Banten (juga media massa lainnya)
> tidak boleh membawa masalah bisnis itu ke ruang ilmu pengetahuan. Dalam
> konteks pemuatan tulisan saya, Radar Banten tidak boleh membuang nama "Fajar
> Banten" sebagai kenyataan/fakta sejarah. Nama itu tidak boleh dibuang hanya
> karena Fajar Banten saingan bisnis atau merasa tidak suka keada pengelola
> Fajar Banten. Islam mengajarkan, janganlah berlaku tidak adil karena kita
> benci kepada orang lain. Sebagai contoh, sekalipun saya tidak suka kepada
> atut, saya harus tetap menyebut nama atut saat saya menulis sejarah gubernur
> banten.
>
> Selama ini saya memaklumi tulisan berita di radar banten acak-acakan.
> Berita-berita yang muncul di sana mencerminkan bahwa pengelola koran
> tersebut tidak paham tatabahasa indonesia atau tidak mau menggunakan
> pengetahuannya tentang tatabahasa indonesia. Sekali lagi, itu saya maklumi.
> Tetapi ketika editor koran sudah membuang data sejarah, saya atas nama ilmu
> pengetahuan menyatakan protes.
>
>
> --
> Salam hangat,
> Ibnu Adam Aviciena
>
>
>  
>



-- 
Salam hangat,
Ibnu Adam Aviciena

Kirim email ke