heheheheheh....maaf ya,,,abis tulangnya empuk2.enak buat disantap.
atau bisa saja supaya gak nyusahin pegawai di resto/tmpat makan,cukup menyantap 
semur jengkol,tahu/tempe,sate bandeng dll yg tidak bertulang...ada gak ya 
makanan itu di resto2/rumahmakan cepat saji yg harganya selangit....alias 
...muaahaaal bangeeeeeet..




________________________________
From: publikasi banten <[EMAIL PROTECTED]>
To: WongBanten@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, November 19, 2008 9:41:58 AM
Subject: Balasan: Re: [WongBanten] Fw: Empati


kata kucing dasar manusia keterlaluan, jatah gua dimakan juga .. hehehe...

Setiadji Achmad <setiadji.achmad@ yahoo.com> wrote:
kalo saya terbiasa makan sampai bersih,kadang tulangnya saya makan 
juga...sayang, kalo menyisakan makanan...hahahah




________________________________
From: Abdul Latief <abdullatiefku@ gmail.com>
To: [EMAIL PROTECTED] ups.com
Sent: Wednesday, November 19, 2008 9:28:38 AM
Subject: [WongBanten] Fw: Empati


 



 
Dear  all,

A nice article,  good to share with others.
 
EMPATI
By: Andy F  Noya

Suatu malam, sepulang kerja,  saya mampir di sebuah restoran cepat saji
dikawasan Bintaro. Suasana sepi.  Di luar hujan. Semua pelayan sudah  berkemas.
Restoran hendak tutup. Tetapi mungkin melihat wajah  saya yang memelas
karena lapar, salah seorang dari mereka memberi  aba-aba untuk tetap
melayani. Padahal, jika mau, bisa saja mereka  menolak.


Sembari makan saya mulai mengamati kegiatan para  pelayan restoran. Ada yang
menghitung uang, mengemas  peralatan masak, mengepel lantai dan ada  pula
yang membersihkan dan merapikan meja-meja yang  berantakan.


Saya membayangkan rutinitas kehidupan mereka  seperti itu dari hari ke hari.
Selama ini hal tersebut luput  dari perhatian saya. Jujur saja, jika
menemani anak-anak makan di  restoran cepat saji seperti ini, saya tidak
terlalu hirau akan keberadaan  mereka. Seakan mereka antara ada dan tiada.
Mereka ada jika saya membutuhkan  bantuan dan mereka serasa tiada jika saya
terlalu asyik menyantap  makanan.


Namun malam itu saya bisa melihat sesuatu yang  selama ini seakan tak
terlihat. Saya melihat bagaimana pelayan restoran  itu membersihkan
sisa-sisa makanan di atas meja. Pemandangan yang  sebenarnya biasa-biasa
saja. Tetapi, mungkin karena malam itu mata hati  saya yang melihat,
pemandangan tersebut menjadi  istimewa.


Melihat tumpukan sisa makan di atas salah satu meja  yang sedang
dibersihkan, saya bertanya-tanya dalam hati: siapa  sebenarnya yang baru
saja bersantap di meja itu? Kalau dilihat dari  sisa-sisa makanan yang
berserakan, tampaknya rombongan yang cukup besar.  Tetapi yang menarik
perhatian saya adalah bagaimana rombongan itu  meninggalkan sampah bekas 
makanan.


Sungguh pemandangan yang  menjijikan. Tulang-tulang ayam berserakan di  atas
meja. Padahal ada kotak-kotak karton yang bisa  dijadikan tempat sampah.
Nasi di sana-sini. Belum lagi di bawah kolong meja  juga kotor oleh tumpahan 
remah-remah. 
Mungkin rombongan itu  membawa anak-anak.


Meja tersebut bagaikan ladang  pembantaian. Tulang belulang berserakan.
Saya tidak habis pikir bagaimana  mereka begitu tega meninggalkan sampah
berserakan seperti itu. Tak  terpikir oleh mereka betapa sisa-sisa  makanan
yang menjijikan itu harus dibersihkan oleh  seseorang, walau dia seorang
pelayan  sekalipun.


Sejak malam itu saya mengambil keputusan untuk  membuang sendiri sisa
makanan jika bersantap di restoran semacam itu.  Saya juga meminta
anak-anak
melakukan hal yang sama. Awalnya  tidak mudah. Sebelum ini saya juga pernah 
melakukannya. 
Tetapi perbuatan saya  itu justru menjadi bahan tertawaan teman-teman. 
Saya dibilang sok  kebarat-baratan. Sok menunjukkan pernah keluar  negeri.
Sebab di banyak  negara, terutama di Eropa dan Amerika, sudah
jamak pelanggan membuang sendiri  sisa makanan ke tong sampah. 
Pelayan terbatas  karena tenaga kerja mahal.


Sebenarnya tidak terlalu sulit  membersihkan sisa-sisa makanan kita.
Tinggal meringkas lalu  membuangnya di tempat sampah. Cuma butuh beberapa  
menit.
Sebuah perbuatan kecil. Tetapi jika semua orang  melakukannya, artinya akan
besar sekali bagi para pelayan  restoran.


Saya pernah membaca sebuah buku tentang perbuatan  kecil yang punya arti
besar. Termasuk kisah seorang bapak yang mengajak  anaknya untuk
membersihkan sampah di sebuah tanah kosong di  kompleks rumah mereka.
Karena setiap hari warga kompleks melihat sang  bapak dan anaknya membersihkan
sampah di situ, lama-lama mereka  malu hati untuk membuang sampah  disitu.


Belakangan seluruh warga bahkan tergerak untuk  mengikuti jejak sang bapak
itu dan ujung-ujungnya  lingkungan perumahan menjadi bersih dan  sehat.
Padahal tidak ada satu kata pun dari bapak  tersebut. Tidak ada slogan,
umbul-umbul, apalagi spanduk  atau baliho. Dia hanya memberikan  keteladanan.
Keteladanan kecil yang berdampak  besar.


Saya juga pernah membaca cerita tentang kekuatan  senyum. Jika saja setiap
orang memberi senyum kepada paling sedikit satu  orang yang dijumpainya hari
itu, maka dampaknya akan luar  biasa. Orang yang mendapat senyum akan  merasa
bahagia. Dia lalu akan tersenyum pada orang lain  yang dijumpainya.
Begitu seterusnya, sehingga senyum tadi meluas  kepada banyak orang. 
Padahal asal mulanya  hanya dari satu orang yang tersenyum.


Terilhami oleh sebuah cerita di  sebuah buku "Chiken Soup", saya kerap
membayar karcis tol bagi mobil  di belakang saya. Tidak perduli siapa di
belakang. Sebab dari cerita di  buku itu, orang di belakang saya pasti akan
merasa mendapat kejutan. Kejutan  yang menyenangkan. Jika hari itu dia
bahagia, maka harinya yang indah  akan membuat dia menyebarkan virus
kebahagiaan tersebut kepada  orang-orang yang dia temui hari itu. Saya
berharap virus itu dapat  menyebar ke banyak orang.


Bayangkan jika Anda memberi  pujian yang tulus bagi minimal satu orang setiap 
hari. 
Pujian itu akan  memberi efek berantai ketika orang yang Anda puji merasa 
bahagia 
dan menularkan virus  kebahagiaan tersebut kepada orang-orang di  sekitarnya.


Anak saya yang di SD selalu  mengingatkan jika saya lupa mengucapkan  kata
"terima kasih" saat petugas jalan tol memberikan  karcis dan uang kembalian.
Menurut dia, kata "terima kasih"  merupakan "magic words" yang akan membuat
orang lain senang. Begitu juga  kata "tolong" ketika kita meminta bantuan
orang lain, misalnya pembantu  rumah tangga kita.


Dulu saya sering marah jika ada  angkutan umum, misalnya bus, mikrolet,
bajaj, atau angkot seenaknya  menyerobot mobil saya. 
Sampai suatu hari  istri saya mengingatkan bahwa saya harus berempati pada 
mereka. 
Para supir kendaraan  umum itu harus berjuang untuk mengejar setoran. 
"Sementara kamu kan  tidak mengejar setoran?'' 
Nasihat itu diperoleh  istri saya dari sebuahtulisan almarhum Romo 
Mangunwijaya. 
Sejak saat itu, jika  ada kendaraan umum yang menyerobot seenak udelnya, 
saya segera teringat  nasihat istri tersebut.


Saya membayangkan, alangkah  indahnya hidup kita jika kita dapat membuat orang 
lain bahagia. 
Alangkah  menyenangkannya jika kita bisa berempati pada perasaan orang lain. 
Betapa bahagianya  jika kita menyadari dengan membuang sisa makanan kita di 
restoran cepat saji, 
kita sudah  meringankan pekerjaan pelayan restoran.


Begitu juga dengan tidak  membuang karcis tol begitu saja setelah  membayar,
kita sudah meringankan beban petugas kebersihan.  Dengan tidak membuang
permen karet sembarangan, kita sudah menghindari  orang dari perasaan kesal
karena sepatu atau celananya  lengket kena permen karet.


Kita sering mengaku bangsa yang  berbudaya tinggi tetapi berapa banyak di
antara kita yang ketika berada  di tempat-tempat publik, ketika membuka
pintu, menahannya sebentar dan  menoleh kebelakang untuk berjaga-jaga  apakah
ada orang lain di belakang kita? Saya pribadi  sering melihat orang yang
membuka pintu lalu melepaskannya  begitu saja tanpa perduli orang di
belakangnya terbentur oleh pintu  tersebut.


Jika kita mau, banyak hal kecil bisa kita lakukan.  Hal yang tidak
memberatkan kita tetapi besar artinya bagi orang  lain. Mulailah dari
hal-hal kecil-kecil. Mulailah dari diri Anda lebih  dulu. Mulailah  sekarang 
juga. 


-- 

thankfully
farjuni"jujun" sofiyanto





The information transmitted is intended only for the person or the entity to 
which it is addressed and may contain confidential and/or privileged material. 
If you have received it by mistake please notify the sender by return e-mail 
and delete this message including any of its attachments from your system. Any 
use, review, reliance or dissemination of this message in whole or in part is 
strictly prohibited. Please note that e-mails are susceptible to change. The 
views expressed herein do not necessarily represent those of PT Astra 
International Tbk and should not be construed as the views, offers or 
acceptances of PT Astra International Tbk.
 


________________________________
 Dapatkan alamat Email baru Anda!  
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!    


      

Reply via email to