Innalillahi wainnailaihi rajjiun.. Tarip si penjual ikan sudah berpulang tadi malam. Langlang meminjam mobil ke saya sekitar pukul 21.30. "Tarip kritis," kata Langlang. Tarip ada di kamar kos langlang. Tarip sudah dibawa ke tabib, Pak Bagus, ahli prana chikung. Kata Pak Bagus, bawa pulang saja. sudah tidak ada harapan. Tarip pun dibawa pulang ke Kronjo, Balaraja, Tangerang Sekitar pukul 02.00, supirku pulang. "Tarip sudah meninggal...."
Istirahatlah yang damai. Saya ada puisi yang cocok buat Tarip: 1. ASAL MULA IKAN ketika kecil emak mengajak makan di meja makan terhidang nasi ikan saking semangat lupa berkah doa makan tandas sudah tinggal tulang ikan ikan dihidang di meja makan tak tahu jalan datang ikan emak ngingatkan asal mula ikan dari laut hingga meja makan tak tau asal mula ikan perut lapar langsung makan lambung kembung rakus makan tak tau siapa menanam ikan ke laut nelayan lupa makan ke laut nelayan cari ikan ke laut nelayan tak dapat makan ke laut nelayan tak makan ikan : hey, buat siapa ikan di meja makan? Rumah Dunia, Serang 70208 *** 2. NELAYAN perahu renta, tubuh meronta jala koyak, airmata diayak ikan terjerat, nasib disunat Rumah Dunia, Serang 240208 *** Istiraatlah, Tarip. Ikan-ikan akan berenang menemanimu. GG --- On Thu, 6/24/10, Jaeni deden <muhzen_...@yahoo.com> wrote: From: Jaeni deden <muhzen_...@yahoo.com> Subject: Re: [rumahdunia] Mari menolong Tarip si penjual Ikan To: rumahdu...@yahoogroups.com, "WONG BANTEN" <wongbanten@yahoogroups.com>, "PASAR BUKU" <pasarb...@yahoogroups.com>, "milis" <1001b...@yahoogroups.com>, "pembacakompas fpk" <forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com>, "Pena Lingkar" <forum_lingkarp...@yahoogroups.com>, "sanggar tasik" <sanggar-sastra-ta...@yahoogroups.com>, "POJOK TEATER" <pojoktea...@yahoogroups.com>, "PUBLIKSENI" <publiks...@yahoogroups.com>, "PENYAIR" <peny...@yahoogroups.com>, "gongmedia cakrawala" <gm_cakraw...@yahoo.com>, "media care" <mediac...@yahoogroups.com> Date: Thursday, June 24, 2010, 12:28 AM jika aku seorang milionaer, aku akan membawa mang Tarip ke Singapura, tapi aku bukan siapa-siapa dan bukan milionaer. Namun, aku punya hati dan jiwa, maka aku bantu meski lewat doa. From: Rumah Dunia <rumahdu...@yahoo.com> To: milisrumahdunia <rumahdu...@yahoogroups.com>; WONG BANTEN <wongbanten@yahoogroups.com>; PASAR BUKU <pasarb...@yahoogroups.com>; milis <1001b...@yahoogroups.com>; pembacakompas fpk <forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com>; Pena Lingkar <forum_lingkarp...@yahoogroups.com>; sanggar tasik <sanggar-sastra-ta...@yahoogroups.com>; POJOK TEATER <pojoktea...@yahoogroups.com>; PUBLIKSENI <publiks...@yahoogroups.com>; PENYAIR <peny...@yahoogroups.com>; gongmedia cakrawala <gm_cakraw...@yahoo.com>; media care <mediac...@yahoogroups.com> Sent: Sat, June 19, 2010 8:18:31 PM Subject: [rumahdunia] Mari menolong Tarip si penjual Ikan Saya mendapat SMS dari Langlang Randhawa, tentang kondisi pamannya, Tarip, si penjual ikan. Langlang adalah Wakil Presiden Rumah Dunia/ Langlang bergabung di Rumah dunia pada tahun 2004. Bunyi SMS-nya mengabarkan, pamannya harus dioperasi dengan biaya Rp. 100 juta. Pamannya sakt kanker hati. ”Tiga bulan lagi hantinya akan mengeras dan tidak berfungsi. Apa yang bisa saya lakukan? Rp. 100 juta? Saya sendir harus terapi seminggu 3 kali di dokter Agus; ultra sound di leher dan tusuk jarum seminggu 2 kali. Terus menerus, tanpa henti, karena pengapuran di leher secara medi tidak bisa disembuhkan. Mungkin kalau gotong royong, bisa lebih ringan. Bagaimana kalau setiap orang bersedekah antara Rp. 50.000,- sd Rp. 100 ribu. Jika mau tranfers, langsung saja transfer. Nomor rekening bank aa di surat di bawah ini. Ada seribu orang, kita sudah ikut andil menyelamatkan nyawa seseorang. Silahkan baca surat di bawah ini. Semoga Allah sWT memudahkan segala urusan kita. Wass Gol A Gong ASssalamu’alaikum. Wr. Wb. Sahabat yang baik di mana pun berada. Semoga kita selalu berada dalam lindungan Allah SWT. Amin. Mohon maaf jika tulisan ini mengganggu. Saya terpaksa menulis ini. Bismillah... Tarip (50), warga Desa Gandaria, Kecamatan Mekar Baru, Kabupaten Tangerang, sehari-hari bekerja sebagai penjual ikan. Hampir setiap pukul 03:00 WIB dini hari dia berangkat ke Palelangan (tempat penjualan ikan yang baru ditangkap) di daerah Kronjo, untuk membeli ikan yang akan dijualnya kembali di pasar pagi harinya. Jarak yang ditempuh dari rumah ke Pelelangan sekitar belasan kilometer menggunakan motor. Hampir setiap malam ia selalu begadang agar bisa tepat waktu ke lokasi. Bertahun-tahun ia lakukan itu demi menghidupi istri dan ke-empat anaknya. Hanya anak pertama yang berhasil ia loloskan ke tingkat SMA dan belum genap dua bulan bekerja sebagai buruh pabrik di kawasan Industri Legok, Tangerang. Sementara anak kedua putus di bangku SMP. Anak ketiganya duduk di bangku SD. Sementara anak ke-empatnya belum sekolah. Tarip. Bawaannya yang periang dan kocak, membuatnya memang terlihat tegar. Tapi, Tarip tak bisa lagi berbohong dan ia menyerah. Kini dia sakit, meski sesekali dia berkelakar; dia sehat dan masih bisa berlari jika ada yang menantang balap lari. Dan benar saja, seminggu yang lalu dia divonis oleh dokter di RSUD Tangerang mengidap kanker Hati. Dokter menyarankan agar Tarip segera dilarikan ke RSCM Jakarta atau juga ke Singapura untuk dilakukan operasi pencangkokan hati. Betapa kagetnya keluarga Tarip saat Dokter menyebutkan nominal biaya operasi sebesar 100 juta rupiah. Dan Tarip sendiri sampai kini tidak tahu penyakitnya. Anak pertamanya pun yang hanya bisa pulang seminggu sekali masih belum tahu karena pertimbangan kekhawatiran keluarga mengingat kondisinya yang sedang dalam tahap awal bekerja membantu keluarga. Kini, keluarganya pasrah. Tarip pun dirawat di rumah dengan penanganan obat-obat tradisional. Bantuan sanak saudara dan para tetangga di kampung pun nampaknya masih mustahil untuk membayar biaya sebesar itu. Bahkan untuk masuk RSUD pun, keluarga Tarip harus pontang-panting mengurus semacam jaminan kesehatan masyarakat dari pihak-pihak terkait dengan prosedur yang melelahkan banyak orang. Air mata keluarganya memang mengering dan berganti dengan senyuman-senyuman yang menguatkan hati Tarip. Dua anaknya yang masih kecil-kecil pun tak mengerti sambil ikut menunggui ayahnya yang terlelap dengan suara napas yang tak biasa. Benarkah warga miskin seperti Tarip hanya bisa menunggu ajal tiba karena persoalan klasik yang mendera rakyat lain di bangsa ini: keuangan? Sahabat yang baik, lewat surat terbuka ini, saya memohon bantuannya untuk memforward tulisan ini ke khalayak ramai. Semoga ada “orang gila” yang kebingungan membuang hartanya yang berlebih. Hanya ini yang bisa saya lakukan untuk pamanku, Tarip. Alangkah kami sangat bersyukur yang jelas melebihi ucapan terimakasih, jika sahabat mau menyebarkan tulisan ini. Segala do’a kami harapkan. Jika ada yang mau berbagi kami akan sangat bersyukur. Silahkan layangkan ke norek BCA: 54102 61806 a/n Bahroni Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb. Muhammad Bahroni. langlang_randhawa@ yahoo.com Wakil Presiden Rumah Dunia [081 513 682 943/ 08522 0876 934]