Hallo gank..akankah negara kita tercinta Indonesia mengalami nasib serupa
dengan kapal TITANIC yang karam seabad lalu ? TENTU SAJA JANGAN KAN!
Semoga nurani-nurani kita masih bisa peka melihat kenyataan yang terus
berkembang di negeri kita ini, sayangnya perkembangannya tidak
menggembirakan rakyat umumnya.

Salam
Asodik

-----Original Message-----
From: Firdaus Ibrahim [mailto:[EMAIL PROTECTED]] 
Sent: 25 April 2002 9:11
To: '[EMAIL PROTECTED]'
Subject: [privatisasi_pertamina] Skenario Privatisasi Pertamina


Issue privatisasi di tanah air telah semakin marak. Berbagai silang pendapat
yang mendukung dan menentang dapat dibaca di berbagai media masa.
Privatisasi tersebut juga mengancam Pertamina. Sesuai skenario Bank Dunia,
privatisasi Pertamina sudah di depan mata (World Bank Report 2000). Tahapan
divestasi Pertamina secara rincipun telah diuraikan dalam laporan World Bank
tersebut, yang dimulai dari penggantian UU 8/71 & 44/60 (UU Pertamina) dan
akan diikuti divestasi asset2 Pertamina secara bertahap. 

Belum banyak orang yang menyadari bahwa privatisasi adalah salah satu agenda
kapitalis global untuk menjarah asset2 berharga di berbagai negara.
Privatisasi dipandang oleh Ali Farazmand, Professor at School of Public
Administration Florida Atlantic University, sebagai penjarahan besar2an
(grand looting) atau cara kaya mendadak dalam satu malam.

Agenda kapitalis global tersebut didiktekan oleh pelobby keras berat
segelintir elite Kapitalis Korporasi Global (MNC/TNC) kepada pemerintah AS
dan negara2 G7 dengan dana yang tidak terbatas dan dalam pertemuan2 semi
gelap agar dapat diagendakan dalam WTO, IMF, World Bank yang dikenal dengan
"Structural Adjustment Policies" dan dikenal oleh para ahli sebagai program
"minum racun" yang terdiri dari globalisasi, liberalisasi perdagangan,
privatisasi, pengurangan subsidi, dll. Contoh kasus Enron ( yang terlibat
Fraud dan sedang dalam penyelidikan Kongres AS) melobby elit politik AS
untuk mengagendakan kepentingannya di Lembaga2 Global (World Bank, WTO,
IMF). Salah satu bentuk lobby Enron adalah pada National Energy Development
Policy AS, yang diketuai Dick Cheney (Wapres AS dan dikenal sebagai salah
seorang yang telah menerima dana dari Enron) dimana dalam penyusunannya
syarat dengan kepentingan Enron. NEDP tersebut memuat rekomendasi kepada
Pemerintah AS untuk "memfasilitasi" sepenuhnya kepentingan Korporasi Global,
khusunya Enron, dan Enron juga berada dibalik salah satu agenda WTO yang
dikenal General Agreement on Trade in Services yang memuat berbagai
fasilitasi Korporasi Global untuk merambah batas2 internasional. 

Bagi negara2 yang berhutang, jika mau mendapatkan bantuan dari creditor
(Rentenir Global) World Bank, IMF, WTO, ADB, dll harus menandatangan LOI
yang pada intinya harus menggunakan Structural Adjustment Facilities. Dengan
ditandatangani LOI tersebut, oleh karenanya,  negara2 debitor masuk
perangkap perbudakan dan harus rela melihat negerinya dihisap dan menderita
penjajahan gaya baru.

Hal yang terkait dengan masa depan Pertamina adalah privatisasi sesuai
skenario World Bank tersebut. Ada kata-kata manis yang beracun yang sering
kita dengar: "go public". Pengalaman di negara2 Eropah Timur, termasuk
Rusia, tidak hanya go public, akan tetapi rakyatnya diberikan "stock
voucher" yang akhirnya hanya menjadi bungkus kacang karena tidak ada
harganya. Apa lacur, privatisasi di Rusia dan beberapa negara Eropah Timur
hanya menjadi ajang pesta pora kaum penjarah saja.

Berkaca dari Rusia, privatisasi Pertamina tidak akan berbentuk go public
akan tetapi "strategic partnership," (karena dengan cara ini peluang KKN
paling gampang dilakukan oleh para rent seeker/para calo) salah satu bentuk
"lintah darat" yang telah menghisap/merampas asset2 berharga di berbagai
negara, dengan jalan membayar murah harga saham yang mereka kuasai yang
kebanyakan dibawah 10 persen saja. Contoh, pada kasus Indo Cement (yang
telah dikuasai negara cq. BPPN):  Market Value Indo Cement sebelum krisis
adalah USD 500/ton kapasitas. Pada waktu terkena krisis merosot menjadi USD
100/ton kapasitas, dan beberapa BPPN menjualnya kepada Heidelberger? Hanya
USD 46/ton kapasitas, dan sekarang baru Direksi Indo Cement berteriak, kita
telah dirampok! Terlambat, nasi sudah menjadi bubur. Beberapa kasus lain
seperti pencaplokan Chaebol Korea oleh raksasa Financial Capital Amerika,
dan banyak lagi yang lain.

Apabila penjarahan tersebut terhambat karena peraturan perundang2an negara
terkait, maka UU terkait harus diganti, contoh UU 8/71 & UU 44/60 diganti
dengan UU 22/2001 (UU Migas). Dana yang disediakan untuk menggati UU (biaya
konsultan dan biaya siluman lain) sangat besar biasanya dalam bentuk soft
loan dan akan dibebankan ke rakyat melalui pengurangan subsidi dan
peningkatan pajak, contoh ADB akan membantu USD 850 juta dalam bentuk soft
loan asal UU Kelistrikan segera direalisir (Kompas, 22 April 2002). Dengan
UU baru tersebut maka tahapan untuk mencaplok asset negara, seperti
Pertamina dan PLN, dengan istilah "privatisasi", oleh asing tinggal
menghitung hari, dan oleh karenanya semakin dalam bangsa masuk/tergadai ke
dalam perangkap gurita korporasi global.

Menyikapi rencana tersebut, kiranya layak dipertimbangkan pengalaman di
berbagai negara mengenai dampak negatif privatisasi asset2 publik tersebut,
baik secara makro dan mikro. Pengalaman swastanisasi BUMN YPF Argentina yang
akhirnya dicaplok Repsol dan Gas Authority India Limited (GAIL) yang
dicaplok BP membuat kedua perusahaan tersebut akhirnya lenyap ditelan
Transnational Oil Corporation.

Agenda privatisasi bukan hanya gejala di negara2 yang terpuruk krisis
perekonomian, akan tetapi suatu gejala global, termasuk di negara2 maju
asset2 publik di privatisasi. Perlawanan demi perlawanan dilakukan oleh
kelompok anti globalisasi (termasuk privatisasi sebagai salah satu
derivatnya) terutama marak di negara2 maju karena mereka tahu betul siapa
dibalik agenda tersebut, Global Korporasi (Trans/Multi National
Corporations). Privatisasi di Amerika Serikat sendiri mendapat banyak
tentangan dari publik karena dari berbagai pengalaman di AS privatisasi
sektor publik telah mengakibatkan tingginya harga public goods dan services,
menurunnya kualitas barang dan jasa publik, serta menurunnya tingkat pelayan
terhadap masyarakat kecil. Privatisasi di Inggris hanya menambah derita bagi
masyarakat karena dengan privatisasi sektor pulic menjadikan harga2
pelayanan barang dan jasa publik. Hal yang lucu di Inggris, dengan adanya
privatisasi Perusahaan Air Bersih, masyarakat di pinggiran kota (rural area)
harus membayar tari pemakaian air sumur yang diambil dari pekarangannya
sendiri. Alasan Perusahaan air minum swasta itu sendiri adalah: "air hujan
yang jatuh ke pekarangan Saudara dan meresap ke dalam tanah seharusnya
mengalir ke penampungan kami. Oleh karena air itu anda pakai, maka anda
harus bayar!!!!!

Oleh karenanya, kita jangan termakan strategi pembodohan massal melalui
raksasa mass media yang mengkampanyekan globalisasi dan privatisasi, karena
raksasa mass media itupun dimiliki oleh mereka. Wajar, jika mereka
mengkampanyekan kepentingan tersembuyi (hidden agenda) mereka, tapi kita
jangan gampang terpengaruh. Jangan pula terlalu percaya dengan para ekonom
atau elit politik yang menjadi komparador asing yang telah dibayar untuk
meyuarakan kepentingan Korporasi global. Kita harus tahu asbabunnuzulnya
segala sesuatu, barulah kita mengambil sikap. Ingat, semuanya ini menyangkut
nasib anak cucu kita ke depan yang kalau kita tidak bertindak sekarang, maka
mereka akan terperangkap ke dalam perbudakan abad modern.

Artikel2 yang saya akan saya lampirkan (kirimkan via email ke masing2 email
address) akan membuka mata kita dimana selama ini kita telah termakan
propaganda sistematis yang telah menimbulkan rasa apatis, putus asa, dan
marah. "Ya Tuhan, kutuk apa yang engkau timpakan ke bangsa ini sehingga
terjerembab ke dalam lumpur yang dalam". Mudah2an hal ini menjadi wacana
bagi kita dalam menatap masa depan Pertamina, karena Pertamina bukan hanya
milik kita, akan tetapi milik rakyat yang diamanahkan kepada kita untuk
mengelolanya. Oleh karena itu, kita harus hati2 dengan segala propaganda
manis tapi beracun bahwa swasta selalu lebih baik dari BUMN, dan artikel Ali
Farazmand (impact on globalization) dan Michel Chossudovsky (Financial
Warfare) menelanjangi habis2an kejahatan2 kaum kapitalis global.

Salam takzim,

Firdaus Ibrahim ([EMAIL PROTECTED])
021-3816273, 0811-802534
R: 021-7427446, F; 021-3846949
Ahli Utama Manajemen Karir
SDM Korporat Pertamina

PS; Mengingat attachment filenya besar, maka saya hanya akan mengirimkan
artikelnya sesuai permintaan melalui email saya di [EMAIL PROTECTED]

---
Outgoing mail is certified Virus Free.
Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com).
Version: 6.0.351 / Virus Database: 197 - Release Date: 4/19/2002
 

------------------------ Yahoo! Groups Sponsor ---------------------~--> Buy
Stock for $4 and no minimums. FREE Money 2002.
http://us.click.yahoo.com/k6cvND/n97DAA/ySSFAA/_JjwlB/TM
---------------------------------------------------------------------~->

To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

 

Your use of Yahoo! Groups is subject to http://docs.yahoo.com/info/terms/ 


--[YONSATU - ITB]----------------------------------------------------------
Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
Moderators     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Unsubscribe    : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Vacation       : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu>
1 Mail/day     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=set%20yonsatu%20digest>

Kirim email ke