On Fri, 14 Nov 2003 00:39:31 +0700
"Abas F Soeriawidjaja" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
 
> Saya ingin kembali pada "kepercayaan" saya dan pernah saya kemukakan
> dalam milis ini, bahwa sumber ketidak beresan di Tanah Air tercinta
> ini adalah KEMISKINAN.

Saya sepakat.
 
> Sebenarnya setelah Perang Dunia II, negara2 di Asia, khususnya "Timur
> Jauh" yakni Cina, Korea, Taiwan, Negara2 Asia Tenggara,ditahun 1945
> masing2 negara berangkat dari "titik nol" yang sama yaitu sebagai
> negara bekas Jajahan Jepang.
> Tapi kenapa, saat ini kesejahteraannya berbeda-beda ?
> Menurut pendapat saya, kuncinya adalah KEPEMIMPINAN NASIONAL dengan
> SIKAP KERAS, TEGAS, BERANI DAN MEMILIKI KEKUASAAN YANG PENUH
> DITANGANNYA( Cenderung otoriter )
> Negara2 itu Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Malaysia dan sekarang
> Cina sebagai buah hasil Kepemimpinan Mao, yang direformasi oleh Deng
> Tsao Ping.
> Korea Selatan oleh Kim Dae Yung, Taiwan oleh Chang Kai Sek, Singapura
> oleh Lie Kwan Yu, Malaysia oleh Mahatir.
> Mereka adalah PEMIMPIN2 YANG CINTA TANAH AIR DAN BANGSANYA, berhati
> teguh atas keyakinannya untuk membawa bangsanya menjadi bangsa yang
> sejahtera dan dihormati oleh bangsa2 lain didunia.
> Sekarang negara2 itu berpendapatan perkapita diatas USD.3500,
> bandingkan dengan Indonesia yang saat ini adalah USD.660 perkapita dan
> sebelum krisis hanya USD.1100 per kapita.

Lagi saya sepakat dg Mang Abas, soal perlunya pemimpin yg otoriterpun
saya setuju, walau ada batasnya ... ada masanya pola itu diubah.
Di dunia usaha kata-2x dari Konosuke Matsushita sangat pas dg kata hati
saya (saya kutipkan dari ingatan, mungkin tidak persis-2x amat)
" Saat perusahaan baru berdiri, pemimpin harus berada di paling depan
untuk merintis jalan ... saat perusahaan sudah stabil, pemimpin berada
di tengah untuk mengkoordinasikan semua sumber daya...dan saat
perusahaan sudah maju, pemimpin berada disamping untuk mengawasi dan
memberikan nasehat "
 
> Menghidupkan Demokrasi di negara miskin hanya usaha" menegakkan benang
> basah", yang tercipta adalah kekacauan politik, sehingga pembangunan
> menjadi tersendat2,
> 
> Menurut pendapat saya , KKN tidak ada hubungannya dengan agama, tapi
> berhubungan erat dengan Nation Character melalui Kepemimpinan
> Nasional.

Dan karena resouces kita terbatas, maka lebih baik pusatkan resources
itu untuk meningkatkan produktivitas nasional daripada membuat
undang-undang atau komite-2x an utk ngurusin korupsi, cukup 1 kata utk
koruptor "sikat !".


-- 
syafril
-------
Syafril Hermansyah


--[YONSATU - ITB]----------------------------------------------------------
Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
Moderators     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Unsubscribe    : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Vacation       : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>


Kirim email ke