8<--  
Temu akbar HANATA 2004, 3-4 Januari 2004 di Ciater      
Pendaftaran di Milis Anggota, atau SMS ke 0815-9500-697   
-->8 
  
   

> -----Original Message-----
> From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Wednesday, December 10, 2003 10:41 AM
> To: [EMAIL PROTECTED]
> Subject: [yonsatu] Re: Buku Pemberantasan Korupsi
>
>
>
> Kepercayaan yang diberikan Direksi kepada karyawan ini menurut saya
> berkontribusi pada 'mem-beradabkan' dan 'memanusiakan' karyawan.
> Moralitas
> si karyawan akan meningkat dengan sendirinya, dan akibatnya
> 'korupsi' yang
> terjadi akan tetap terjaga dalam batas wajar.  Oleh karena itu
> saya sangat
> tidak setuju dengan pengajaran moral dan keyakinan yang dilakukan dengan
> cara2 menekan, menakut-nakuti apalagi mengintimidasi.  Cara2 ini hanya
> akan membuat orang yang diajarkan itu 'bermuka seribu', seperti yang
> terjadi di republik kita tercinta ini.  Pengajaran moral dan keyakinan
> menurut saya lebih tepat dilakukan dengan cara memperlakukan manusia
> sebagai makhluk yang beradab, kecuali kalau kita hidup dijaman jahiliah.
>
Saya sangat setuju dengan statement "toleransi" ini. Cuman ini kan sifatnya
relatif. Gimana kita bisa menilai bahwa "refreshing" (saya lebih setuju
menggunakan refreshing disini) yang kita lakukan masih dalam batas
toleransi. Beberapa orang melakukannya misalnya dengan merokok, berinternet
(tanpa sensor), minum kopi, jogging, ke toko, jemput anak disekolah, kalau
anda tinggal di belanda 6-kali setahun harus ikut jagain anak2 disekolah
waktu istirahat, dll. Semuanya kan harus sama2 jalan. Menurut saya, kalau
memang jenis kerjaan memungkinkan, di satu hari kita bisa produktif lebih
dari 8 jam. Maka di lain hari kita bisa menggunakan waktu kantor untuk
kepentingan pribadi. Sepanjang dalam seminggu kita bisa menunjukkan bahwa
kita produktif sebanyak 40 jam.

Untuk itu si manajemen (bersama si pekerja) mendefiniskan projek/pekerjaan
yang jelas baik dalam bentuk isi maupun time-stamp. Sehingga setiap hari
senin, kita membicarakan progress mingguan. Dari sini kita dan juga si bos
bisa menilai apakah kita berproduksi sesuai harapan dengan bereferensi pada
project description tadi. Jadi kita tidak punya perasaan bersalah jika
kadang2 sebagian jam kantor kita gunakan untuk kepentingan lain (dalam
batas2 code of conduct yang kita tanda tangani). Pengalaman saya kerja 4
tahun di industri di Indonesia, pihak manajemen tidak bisa memberikan kita
project description yang jelas. Sehingga kita tidak bisa menilai
productifitas kita, pihak manjemen juga nggak bisa. Akhirnya banyak karyawan
yang ngobrol atau ke kantin ber-jam2. Penyelesainnya dilakukan dengan
represive, misalnya nggak boleh keluar kantor dalam jam kantor, kantin hanya
dibuka waktu makan siang saja, akses internet dibatasi, dll. Padahal ini
sangat dibutuhkan baik untuk refreshing maupun sebagai kewajiban.

Sebagai tambahan yang cukup menarik. Konsep diatas sudah diterapkan di
Sekolah dasar di Belanda. Anak saya yang sekarang duduk di kelas 5, setiap
awal minggu mereka mendefiniskan pelajaran2 apa saja yang akan di perlajari
dalam minggu yang bersangkutan. Ini dilakukan oleh guru bersama degan si
murid. Hal ini tertulis dalam agenda mereka sehingga orang tua juga
mengetahuinya. Sehingga guru, anak dan orang tua bisa menilai kemajuan anak
dengan objektif. Menyuruh anak belajar juga semakin mudah, misalnya nggak
boleh nonton tv sebelum pekerjaan rumahnya selesai.

Salam,
Made Mahardika


--[YONSATU - ITB]----------------------------------------------------------   
Arsip           : http://yonsatu.mahawarman.net  
News Groups     : gmane.org.region.indonesia.mahawarman  
News Arsip      : http://news.gmane.org/gmane.org.region.indonesia.mahawarman  

Kirim email ke