Pak Tjandra Ghozali dan kawan2 yb,

Omongan anda benar adanya bahwa generasi Tionghoa yang sekarang di Milis BT
ini tidak lembek, bahkan terkesan agresif.
Baru saja saya pulang dari mengunjungi kawan2 BT di Jakarta , saya merasa
bangga , terharu , dan simpatik terhadap para shiang seng2 yang mungkin
kalau pada jadul bisa digelar sebagai Shiu Chay. Pokoknya bukan main, nggak
nyangka sama sekali. Betul anda harus bertemu dengan mereka, baru bisa
merasakan kehebatan mereka.

Mereka bahkan haus belajar, kendati buku2 literatur, dvd dan text booknya
bukanlah barang yang murah. Saya selaku orang keturunan Tionghoa sangat
bangga dan menghormati itu. Kalau misalnya saya disuruh Kui sama mereka saya
juga mau dan bersedia dengan hati yang rela , macamnya kalau jadul harus kui
jedukin jidat ke tanah seperti menghadapi Hwang Shang, yang mengucap "Wan
Shuei , Wan Shuei, wan, wan shuei,  Owe juga kamguan.

Karena apa ? Tidak lain tidak bukan, karena komitmen mereka terhadap
preservasi kebudayaan Tionghoa untuk Indonesia. Mereka tidak ada yang paksa
atau di-iming2 duit untuk melakukan itu. Saya sendiri masih ingat waktu di
SD , kalau tidak ada ancaman rotan, boro2 saya mau menyelesaikan latihan
tulis Cung Wen Ze. Padahal saya sekolah di JPP yang WNI dengan pelajaran
bahasa mandarinnya sangat minim sekali. Sampai hari ini juga saya masih
belum bisa baca dan nulis.

Omongan  Pak Tjandra juga Pu Chuo, tentang kalau keahlian itu tidak disyer
keorang banyak juga sangat sayang sekali. Jadi Pak Tjandra betul, kalau bisa
membantu penyiaran keahlian dari para Shiang Seng2 yang pakar ini, dimajalah
anda , itu ada baiknya.

Kami juga dari Indonesia media sudah melaksanakannya , dan yang terbaru ini
adalah
Tulisan dari Shiang Seng Ardian C . dari Bogor. yang bisa disimak disini.
http://www.indonesiamedia.com/2010/02/03/selamat-tahun-baru-imlek-2561-atau-4707/
Semoga berkenan. Maap , kalo ada kata2 owe yang sala.
salam,
Dr.Irawan

2010/2/7 Tjandra Ghozalli <ghozalli2...@yahoo.com>

>
>
> Dear member,
> Owe menjadi merasa bersalah gara gara tulisan owe yang terlalu vulgar,
> sampai sampai para sianseng berpolemik begitu hebat. Owe rasa yang
> disampaikan oleh sianseng Suma dan sianseng Zhoufy, dua dua ada benarnya.
> Tiap orang memang memiliki sudut pandang yang berbeda. Namun di balik itu
> owe gembira ternyata di antara member budaya tionghua punya semangat untuk
> membela pandangannya dan tak gampang menyerah. Tadinya owe kira di kalangan
> warga Tionghoa sudah pada lembek, tidak punya ini semangat perjuangan gara
> gara dibekap oleh rezim orba, selama 35 tahun. Tapi dengan adanya komplein
> dari sianseng Suma, sianseng Zhoufy, sianseng Dipo, sianseng David Kwa, dan
> lain lain yang tidak bisa disebut satu persatu, owe jadi bangga kalau warga
> Tionghoa ternyata "tidak lembek".  Owe juga bangga melihat di munas PSMTI
> dan INTI kalau mereka membela daerah dan argumennya dengan sungguh sungguh,
> malah mau adu jotos segala (jangan ah) - itu artinya warga Tionghoa bukanlah
> warga yang lembek.  Owe lihat pengetahuan para sianseng begitu luas dan
> hebat, sayang kalau cuma diketahui oleh member milis ini. Owe kepikiran
> kalau suatu waktu kita bisa duduk semeja - owe berharap pengetahuan sianseng
> ini dijadikan buah kalam di majalah POST yang pasti berguna bagi warga
> Tionghoa. Yang satu ahli dalam sejarah Tionghoa, satu lagi ahli dalam bidang
> musik, satu lagi ahli dalam bidang budaya. Owe bermimpi para sianseng
> bersedia duduk sebagai jajaran redaksi.  Tapi mohon maaf kalau ajakan owe
> ini dianggap kurang sopan - owe tidak punya maksud apa apa selain
> menginginkan terjaganya martabat warga kita.  Baiklah owe tutup dengan soja
> "Gong Xi Fat Cay" waduh owe sampe lupa nih mestinya "Sin Chun Kiong Hie
> Thiam Hok Siu" semoga kesalahan kesalahan owe di tahun silam, sianseng
> maafkan. RGDS. Tjandra G
> PS: Sepertinya kurang lengkap kalau sianseng Ophung tidak bergabung, beliau
> ini ahli masakan jadul Tionghua. Juga para sianseng lainnya, pintu terbuka
> lebar buat anda semua yang hobi tulis menulis.
>
>  
>

Kirim email ke