At 06:16 PM 5/6/2008, you wrote: >Contoh yang saya tulis terkait dengan pegawai outsource jadi bukan pegawai >tetap perusahaan. Intinya adalah pegawai outsouce di Indonesia banyak >dirugikan. Biaya yang dikeluarkan perusahaan cukup besar tetapi yang sampai >ke pegawai outsource bisa sampai kena sunat 50%.
Setahu saya - sebuah bisnis (dalam hal ini outsourcing) bisa memiliki profit margin di atas rata-rata (atau cost jauh di bawah rata-rata) -- hanya bisa terjadi bila tingkat persaingan rendah. Persaingan bisa tidak terjadi bila terdapat channel / saluran yang memungkinkan pebisnis di sektor tersebut membangun barrier yang tinggi sehingga tidak semua orang bisa masuk ke dalam bisnis tersebut. Barrier yang paling umum ada tentunya adalah... perijinan dan hambatan mengakses customer potensial. Bagaimana supaya bisnis penyelenggaraan jasa outsourcing memiliki profit margin yang normal (atau cost yang lebih realistis)...? Ya tentunya dengan cara merobohkan barrier entry ke bisnis tersebut - sehingga semakin banyak kompetitor dan persaingan meningkat. (Contoh lain dari bisnis dengan profit margin "extraordinary" seperti ini adalah: bisnis penyelenggaraan ibadah haji). Dalam persaingan yang tinggi -- perusahaan yang menggaji pegawainya secara asal-asalan akan rugi. Mengapa? Karena pekerja punya pilihan, sehingga mereka akan bergerak ke arah perusahaan yang membayar upah lebih baik. Perusahaan yang menggaji asal-asalan cuma akan kebagian pegawai dengan kualitas terendah. Pada suatu titik - perusahaan seperti ini akan bangkrut - karena tidak mampu bersaing dengan perusahaan yang memiliki pegawai lebih produktif. Kita tidak boleh lupa bahwa seorang entrepreneur bisa menang dalam persaingan tidak hanya dengan menawarkan harga termurah -- tetapi dengan menawarkan solusi terbaik. Untuk bisa mencapai solusi terbaik - diperlukan karyawan yang mampu berpikir dan berinisiatif. Dan mencari karyawan yang mau dan mampu berpikir tentunya tidak mudah. Dan tidak murah. Sekali lagi... ini semua prinsip-prinsip dasarnya bisa dipelajari pada studi ekonomi mikro. Jadi saya sama sekali tidak menyinggung soal ideologi. >Koq bisa begitu? Saya rasa ini sudah rahasia umum, tidak perlu dijelaskan. >============== > >On 5/6/08, Amitz Sekali ><<mailto:verthandy%40yahoo.com>[EMAIL PROTECTED]> wrote: >Dari pengalaman saya, akhirnya perusahaan yang menggaji salesnya terlalu >rendah tanpa diimbangi competitive advantage lain, tidak akan maju. Kalaupun >dia punya keunggulan non-kepegawaian yang lain, akan ada satu batasan >perkembangan usaha yang tidak akan bisa ditembus tanpa mengelola pegawainya >dengan baik.