Saya kira, Politikus bukanlah sebutan utk ahli politik, melainkan seseorang yg 
sedang melakukan kegiatan politik. Sedangkan politik sendiri bagi saya adalah 
cara mempengaruhi pengambilan 
Politikus berbeda dg ekonom, yg merupkan sebutan profesional atau akademik. 
Orang yg tak punya profesi atau level akademik tertentu tak bisa menyeut 
dirinya ekonom.

Imam Sugema saya pikir adalah ekonom. Tetapi ketika dia berbicara mengenai 
kritik thp kabinet dalam kaitannya dg hutang luar negeri, maka sebenarnya dia 
bermetamorfosis sbg politikus. Layaknya Poliitkus, maka apapun yg disampaikan 
pasti ada ideologi yg mendasarinya, ada keberpihakan.

Jadi kalo bung Poltak mengomentari an sich dari sisi Ekonomi, syah syah saja. 
Walau saya setengah yakin Imam juga "ngeh" dg data yg dimiliki bung Poltak. Toh 
keduanya, sama, yaitu analis ekonomi. Tapi karena peran yg dimainkan berbeda, 
dimana Imam pada saat berkomentar menjadi politikus, sedang bung Poltak tetap 
menjadi ekonom, maka ibarat "Jaka Sembung Bawa Kedondong" (Kagak Nyambung Dong)

Pokok ide-nya, kan soal hutang luar negeri. Saya kira kalo soal hitung2an, kok 
saya separuh yakin Imam tahu ya. Soalnya, data itukan bukan data tersembunyi yg 
cuma bisa diakses bung Poltak doang. Akan tetapi karena Imam tidak menyampaikan 
analisis itu, maka jelas bahwa Imam sedang berusaha mempengaruhi keputusan atas 
kebijakan hutang.

Lalu apakah ekonom tidak boleh jadi politikus? boleh dong. Dalam kasus Imam, 
dia tidak jujur menyampaikan analisis, maka ini jatuh ke area etika.

Apakah politikus boleh berbicara ekonomi? Siapa yang bisa melarang? Tapi kalo 
politikus tersebut tdk punya dasar atau pengetahuan ekonomi, siap2 akan 
ditertawakan.

Oka
Sent from my BlackBerry® smartphone

-----Original Message-----
From: "nazar" <nazart...@gmail.com>

Date: Fri, 20 Mar 2009 02:58:36 
To: <AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com>
Subject: [Keuangan] Re: Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'


Hmm,

Saya pikir itu pandangan diskriminatif. Kalau politisi bicara tentang ekonomi 
boleh2x saja, tetapi kalau ekonom bicara tentang politik kok langsung di suruh 
pindah profesi? Itu diskriminatif. Hmm, padahal pembangunan ekonomi tidak lepas 
dari keadaan politik suatu negara. ekonomi tidak lepas dari politik, kertas 
yang di beri angka 1000, 10.000 dst lalu dinamai uang itu jika tidak dilindungi 
secara politis (hukum, regulasi, keamanan) maka legitimasinya sebagai alat 
tukar menjadi rancu dan kacau. Ekonomi dan politik selalu berdampingan. Ingat? 
Kita dijajah oleh belanda, jepang, inggris, spanyol, portugis salah satu 
motifnya adalah rempah2xan. Sekarang juga pengertian pasar bebas didengungkan 
untuk mempermudah barang2x dari negara maju masuk kedalam negara terbelakang. 
Yang akhirnya pondasi ekonomi negara lokal menjadi rapuh. Dan beragam contoh 
lainnya.

 


--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, yanindyawira...@... wrote:
>
> hi,
> 
> kalo saya boleh re-phrase ucapan pak poltak: politikus sebelum berbicara 
> tentang ekonomi, harus mengerti dahulu apa yang akan diungkapkannya (ie. 
> ngerti ekonomi), dan ekonom kalau mau ngomong tentang politik, ya 
> mendingan jadi politikus aja sekalian....:)
> 
> 
> regards,
> bayu
> sorry, one liner. tapi berhubung jum'at, boleh 'kan...
> 
> 
> 
> 
> 
> "nazar" <nazart...@...> 
> Sent by: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> 20 Mar 2009 07:22 Mail Size: 27969
> 
> Please respond to
> AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> 
> 
> To
> AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> cc
> 
> Subject
> Re: [Keuangan] Tim Ekonomi Dijuluki 'Teh Botol'
> 
> 
> 
> 
> Our Ref
> 
> Your Ref
> 
> 
> 
> 
> Daku la ya bilang, hehe..
> 
> Bung, pendapat bung saya pikir sama saja. Artinya politik dan ekonomi itu 
> harus dikelola secara seimbang dan bersamaan. Wajar jika politisi 
> memikirkan tentang ekonomi (pembangunan ekonomi) dan ekonom memikirkan 
> tentang politik (politik yang sehat, aman dan berkeadilan). Sederhananya, 
> ekonom harus mengerti politik dan politikus harus mengerti ekonomi. Dalam 
> teori ekonomi mikro dan makro juga dibahas tentang ekonomi dan politik. 
> Artinya harus ada kerja sama antara politikus (pemerintah) dengan pelaku 
> ekonomi (ecconomic hit man)
> 
> salam
> 
> nazar
> on: tebo-jambu
> 
> --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero 
> <hotradero@> wrote:
> >
> > At 04:44 PM 3/19/2009, you wrote:
> > 
> > >Bung poltak, kok jadi aneh seperti itu? Apa anda lupa bahwa ekonomi 
> > >dan politik itu berjalan searah? Sederhananya, jika kondisi politik 
> > >kacau bagai mana ekonomi suatu negara akan maju? Hm, ingat bung. 
> > >Politik dan ekonomi berjalan searah.
> > 
> > 
> > Siapa bilang?
> > 
> > Berdasarkan sejarah, gejala kekacauan politik dimulai dengan ketidak 
> > beresan ekonomi. Bukan sebaliknya.
> > 
> > Ekonomi yang normal dan wajar bersifat desentralistik - di mana tiap 
> > orang memilih dan mengambil keputusan ekonomis masing-masing. Pada 
> > keadaan seperti ini, maka otonomi ekonomi akan bermuara pada otonomi 
> > politik. Indikator jelasnya adalah ketika fenomena politik menjadi 
> > fenomena lokal. Saya lebih peduli pada siapa yang menjadi lurah 
> > ketimbang siapa yang menjadi gubernur atau presiden. (dan ini 
> > sebenarnya adalah bentuk partisipasi politik yang paling sehat)
> > 
> > Keadaan jadi kacau ketika ada orang yang tidak rela orang lain 
> > memiliki otonomi dalam memilih keputusan ekonominya sendiri. Mereka 
> > merasa lebih tau apa yang terbaik bagi seseorang - lebih daripada 
> > orang itu sendiri. Inilah awal dari pemerintahan sentralistik.
> > 
> > Itulah awal matinya otonomi seseorang.
> > Itulah awal malapetaka politik (dan ekonomi).
> >
> 
> 
> 
> ******************************************************************
> This message originated from the Internet. Its originator may or may not 
> be who
> they claim to be and the information contained in the message and any
> attachments may or may not be accurate.
> ******************************************************************
> 
> 
> ************************************************************
> The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited
> whose main office in Indonesia is at Jl. Jendral Sudirman Kav. 29-31, 
> Jakarta 12920, Indonesia
> ************************************************************
> 
> 
> -----------------------------------------
> *******************************************************************
> This e-mail is confidential. It may also be legally privileged.
> If you are not the addressee you may not copy, forward, disclose
> or use any part of it. If you have received this message in error,
> please delete it and all copies from your system and notify the
> sender immediately by return e-mail.





[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to