Pak Wahyu, Terima kasih banyak atas uraiannya, sehingga membuka mata saya yang tidak tau bagaimana menjadi guru. Pertanyaan saya pun terjawab, bahwa jam kerja guru = jam mengajar + jam persiapan untuk mengajar + jam evaluasi pengajaran. Dengan demikian, barangkali jam kerja nya bisa lebih dari 40 jam seminggu. Dari standar kerja industri, ini berarti guru harus hadir di sekolah tiap hari Senin - Jumat jam 07.00 - 16.00. Namun karena ini pekerjaan jasa, apalagi jasa mandiri (pekerjaan bisa dibawa pulang, misalnya),maka jam kerja menjadi kurang mengikat lagi. Kalau begitu, kinerja guru jangan dilihat dari jam kerja, tetapi dari hasil output. Tapi bagaimana menilai output pengajaran bagi kinerja guru?
Mengenai gaji guru, saya kira guru lajang baru lulus dari Fak Pendidikan seharusnya bergaji minimal 1.5 - 2 juta per bulan, plus skema renumerasi lainnya. Supaya profesi guru bisa menarik minat orang2 terbaik, ya tentunya harus ada insentif, seperti di negara tetangga kita. Saya kira juga perlu dibentuk semacam "pressure group" di tiap kabupaten / kota supaya dalam APBDnya lebih memperhatikan guru dan pendidikan. Semestinya menekan pemerintah lokal lebih bisa dilaksanakan daripada menekan pemerintah pusat. Mungkin ada baiknya ada kompetisi antar pemkab/pemkot dalam satu provinsi dalam hal membuat skema renumerasi yang bisa menarik guru2 terbaik. Semacam klub bola profesional begitu.. Namun guru juga manusia, ada guru baik, ada guru tidak baik. Sistem renumerasi guru sebaiknya bisa membedakan, mana guru berprestasi, mana guru biasa-biasa saja, mana guru yang sebaiknya tidak usah menjadi guru. Salam hormat untuk para guru. hardi Pada 31 Maret 2009 18:06, Wing Wahyu Winarno <masw...@gmail.com> menulis: > Kembali ke guru, bagaimana mereka mengupdate pengetahuan mereka? > Apakah dari buku2 yang dibagikan gratis oleh pemerintah? Tidak Pak. > Apakah materi2 yang mereka ajarkan ada updatenya di Internet? Ada pak, > tapi jangankan komputer, televisi pun mereka hanya bisa beli merek2 > cina dan ukurannya kecil-kecil. Jadi jangan harap guru mau berlama2 di > depan komputer dan internet seperti kita yang lebih beruntung ini. > Memang tidak semua guru seperti yang saya gambarkan. Ada juga beberapa > sekolah yang kelasnya banyak, muridnya banyak, orang tuanya mampu > membayar mahal SPP, dan... les-les tambahan. > > Masih ingat ketika Pemerintah tidak bisa memenuhi anggaran pendidikan > 20%? Lalu akhirnya MK memutuskan bahwa biaya2 gaji juga harus > dimasukkan agar angka 20% masuk? Sebenarnya mudah sekali kan menambah > anggaran pendidikan? Misalnya saja setiap sekolah diberi > sarana-prasarana minimal. Komputer ada sekian, internet ada sekian > MBPS, proyektor ada sekian buah, buku2 baru setiap tahun ada sekian, > seminar2 setiap semester diselenggarakan secara bergantian di setiap > kabupaten/kota, dst--dst. Banyak cara menaikkan kesejahteraan guru > (dan yang lebih penting lagi: mutu pendidikan). > > > Yang ikut prihatin, > > Wing Wahyu Winarno > > [Non-text portions of this message have been removed]