At 11:06 AM 10/2/2009, you wrote:

Di dunia ini, terdapat bukti kuat bahwa semakin 
kapitalistik suatu negeri - semakin tinggi 
kualitas pengadilan dan semakin tinggi independensinya.

Kenapa begitu?  Karena iklim ekonomi kapitalistik 
memberi penghargaan sangat tinggi terhadap 
kepastian penegakan hukum.  Penegakan hukum ini 
sangat penting karena terkait kontrak, yang 
merupakan landasan hukum bagi setiap kehidupan ekonomi bercorak kapitalistik.

Disamping itu ada aspek reputasi.  Reputasi itu 
harganya mahal dan sangat berharga.  Tidak ada 
bisnis tanpa adanya reputasi yang baik - terutama 
terkait dengan hukum dan kontrak.  (Siapa sih 
yang mau dagang sama orang yang kerjanya nggak 
pernah tepat janji dan cidera hukum melulu?)

Jadi, kalau nggak ada kepastian hukum, maka nggak ada kapitalisme.

Nah bagaimana dengan Indonesia dengan 
pengadilannya yang sedemikian bobrok - di mana 
kontrak antara konsumen dan produsen tidak 
dihormati?  Apakah itu kapitalisme?  Tentu saja bukan.

Indonesia jelas bukan negara kapitalis.  Nggak 
tau apa jelasnya.... (Ekonomi Pancasila mungkin?)


>Inilah sisi kelam dari ekonomi kapitalis. Sudah 
>waktunya memang Ekonomi Pancasila dilaksanakan di negeri ini.
>
>Sunat Kuota Bandwidth Flash Telkomsel Diancam Dilaporkan ke Polisi
>
>Ardhi Suryadhi – detikinet
>
>Jakarta - Buntut disunatnya kuota bandwidth 
>layanan mobile broadband Flash, Telkomsel 
>terancam dilaporkan ke pihak berwajib oleh 
>Indonesia Telecommunication Users Group (IdTUG).
>
>Dalam somasi yang dilayangkan, IdTUG tidak bisa 
>menerima alasan Telkomsel yang memangkas kuota 
>bandwidth Flash didasarkan pada keinginan untuk 
>membatasi 10% abusive user yang secara dominan 
>menghabiskan resources network dengan penggunaan 
>hingga puluhan bahkan ratusan GB yang 
>mengakibatkan gangguan terhadap pengguna lain 
>karena menyebabkan penurunan kualitas secara signifikan.

Reply via email to