Di dalam wikipedia bahasa Indonesia dinyatakan bahwa :

Penerapan agenda-agenda ekonomi neoliberal secara mencolok dimotori oleh 
Inggris melalui pelaksanaan privatisasi seluruh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 
mereka. Penyebarluasan agenda-agenda ekonomi neoliberal ke seluruh penjuru 
dunia, menemukan momentum setelah dialaminya krisis moneter oleh beberapa 
Negara Amerika Latin pada penghujung 1980-an. Sebagaimana dikemukakan Stiglitz, 
dalam rangka menanggulangi krisis moneter yang dialami oleh beberapa negara 
Amerika Latin, bekerja sama dengan Departemen keuangan AS dan Bank Dunia, IMF 
sepakat meluncurkan sebuah paket kebijakan ekonomi yang dikenal sebagai paket 
kebijakan Konsensus Washington yang diantaranya berisi agenda pelaksanaan 
liberalisasi perdagangan dan  privatisasi BUMN.

Bagaimana nasib privatisasi di Indonesia?

Koran Tempo hari ini di halaman pertama atas dalam kutipan beritanya di halaman 
A5- A9 menyatakan:

"Setelah lebih dari 10 tahun, semua target yang tertuang di kontrak kerja sama 
nyaris tak ada yang bisa dipenuhi pihak swasta"

Lebih jauh lagi dari artikel di Tempo Interaktif pada Januari 2009 tertulis 
:Koordinator Koalisi Rakyat Untuk Hak Atas Air (Kruha), Hamong Santono menilai 
rencana kenaikan tarif layanan air Jakarta sebesar 22,7 persen tidak wajar. 
Privatisasi air dinilai gagal. "Pasalnya sejak privatisasi pada 1998, tidak ada 
perbaikan kualitas layanan air bersih dari dua operator swasta," 


Jadi apa untungnya ekonomi model neo liberal diterapkan di negeri ini?


Kirim email ke